Ayunda Nafsha Azia, seorang siswi badung dan merupakan ketua Geng Srikandi.
Ia harus rela melepas status lajang di usia 18 tahun dan terpaksa menikah dengan pria yang paling menyebalkan sedunia baginya, Arjuna Tsaqif. Guru fisika sekaligus wali kelasnya sendiri.
Benci dan cinta melebur jadi satu. Mencipta kisah cinta yang penuh warna.
Kehadiran Ayu di hidup Arjuna mampu membalut luka karena jalinan cinta yang telah lalu dan menyentuhkan bahagia.
Namun rumah tangga mereka tak lepas dari badai ujian. Hingga membuat Ayu dilema.
Tetap mempertahankan hubungan, atau merelakan Arjuna kembali pada mantan kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 21 Bukti
Happy reading
Bukan hanya Nofiya yang terkejut kala mendengar ucapan Ayu tentang keburukan Conal. Machan dan Ririn pun tak kalah terkejut.
Mereka bertanya-tanya, dari mana Ayu memperoleh informasi itu.
"Yu, dari mana kamu tau kalau Si Conal suka manjain tante-tante?" Machan mengutarakan rasa penasarannya dengan melayangkan pertanyaan. Ia berharap Ayu segera menjawabnya.
"Tadi, aku sama Pak Juna buntutin Conal ke kamar mandi. Nggak taunya dia lagi teleponan sama tante-tante. Dia bilang sepulang dari kumpul sama kita, mau mampir ke CK buat beli tisu. Terus langsung ke apartemen buat manjain tuch Tante."
"Conal juga bilang, dia butuh dana buat beli tisu sama obat biar mainnya lama, makanya dia minta transferan," ucap Ayu panjang lebar seraya menjawab pertanyaan Machan.
"Ada bukti?" Nofiya menyahut, lalu mengusap wajahnya yang basah dengan sedikit kasar.
Baru kali ini Nofiya merasa sulit untuk percaya dengan ucapan Ayu--sahabatnya sendiri.
"Kamu nggak percaya sama aku, Nyit?"
"Bukannya nggak percaya, tapi aku butuh bukti."
Ayu menghela napas dalam. Ia merutuki dirinya sendiri yang terlupa merekam percakapan Conal.
Kalau sudah begini, bagaimana bisa membuktikan ucapannya?
"Ini buktinya." Arjuna turut bicara, lalu memperdengarkan rekaman suara percakapan Conal yang tersimpan di gawainya.
Beruntung, Arjuna merekam percakapan Conal disaat Ayu sedang fokus menguping dan mengawasi Conal.
Nofiya, Machan, dan Ririn menyimak rekaman suara percakapan itu. Kini mereka percaya jika Ayu tidak mengada-ngada.
Sepasang mata Nofiya terlihat nyalang. Tangannya terkepal kuat. Amarah memenuhi rongga dada dan membuatnya serasa ingin meremukkan tulang-tulang Conal.
Ia marah karena Conal telah berkata dusta. Kata cinta yang pernah diutarakan ternyata palsu dan hanya bualan semu.
Nofiya menyesal karena telah mengizinkan Conal singgah di hati, padahal ia menyadari jika Conal hanyalah pembawa sial yang harus dihempas pergi.
"Bagaimana, Nof? Kamu masih belum percaya?" Arjuna melontarkan tanya dan menoleh sekilas ke belakang.
"Udah, Pak. Aku udah percaya."
"Kalau kamu masih belum percaya, kita ikuti Conal dan kamu bisa membuktikan kebenarannya sendiri. Mumpung dia ada di depan."
Ayu memutar tubuhnya yang semula menghadap ke arah Nofiya, lantas mengalihkan pandangan mata ke luar jendela. Terlihat jelas objek yang dimaksud oleh Arjuna tengah mengendarai sepeda motor tepat di depan mobil yang mereka tumpangi.
Sama seperti Ayu. Nofiya, Machan, dan Ririn pun mengalihkan pandangan mata mereka.
"Bagaimana, Nof?"
Nofiya sejenak terdiam. Ia merasa dilema. Membuktikan perbuatan Conal dengan mata kepalanya sendiri atau mengabaikannya.
"Kita ikuti dia. Aku ingin ngebuktiin sendiri," ujarnya setelah sejenak berpikir.
Arjuna mengindahkan ucapan Nofiya. Ia memperlambat laju kendaraan besinya dan mengikuti sepeda motor yang ditunggangi oleh Conal. Beruntung, Conal tidak menyadari jika tengah dibuntuti.
Sebelum meluncur ke apartemen, Conal mampir terlebih dahulu di sebuah mini market untuk mengambil uang transferan dan membeli beberapa barang yang ingin digunakannya untuk berbagi peluh di atas ranjang.
Sepeda motor Conal kembali melaju, melewati jalanan yang cukup sepi, menuju sebuah apartemen mewah yang khusus dihuni oleh para wanita.
Degup jantung Nofiya bertalu kencang ketika mobil yang dikendarai oleh Arjuna memasuki area apartemen yang dijaga oleh dua orang security.
Ia ragu. Tetap membuntuti Conal dan melihat perbuatan buruk yang dilakukan oleh Conal dengan mata kepalanya sendiri atau mengurungkan keinginannya itu.
Bukankah, Conal bukan siapa-siapa baginya? Jadi, untuk apa melakukan sesuatu hal yang sia-sia. Itu yang terbesit di dalam pikiran Nofiya saat ini.
"Machan dan Ririn, kalian menunggu di sini. Aku, Ayu, dan Nofiya yang akan membuntuti Conal," titah Arjuna.
"Iya, Pak." Machan dan Ririn mengindahkan perintah Arjuna. Mereka tetap menunggu di dalam mobil sampai ketiga sahabatnya dan Arjuna kembali.
Kebetulan Arjuna mengenal salah satu security yang berjaga di apartemen itu, sehingga tidak sulit baginya untuk membawa Ayu dan teman-temannya memasuki area apartemen.
Fauzan, nama security yang dikenal oleh Arjuna. Mereka berteman sejak duduk di bangku SMA.
"Zan, aku nitip mobilku," ucap Arjuna begitu Fauzan berdiri tepat di hadapan.
"Siap, Jun. Malam-malam begini ada perlu apa kamu datang ke sini?"
"Tadi aku melihat salah satu muridku memasuki gerbang. Makanya, aku mengikutinya."
"Siapa nama muridmu?"
"Conal."
Jawaban yang terucap dari bibir Arjuna membuat Fauzan mengerutkan dahi. Ia berusaha mengingat-ingat deretan nama pria yang sering bertandang ke apartemen.
"Conal --" gumamnya.
"Kamu kenal?"
"Iya. Dia langganan Tante Mira."
Fix, yang dikatakan oleh Ayu benar. Conal bukan lelaki baik-baik. Dia lelaki me-sum yang gemar memanjakan tante-tante.
"Gimana, Nof? Mau lanjut?"
Nofiya menggeleng pelan.
"Nggak usah, Pak. Lagian, nggak ada untungnya. Cukup tau aja kelakuan dia gimana."
"Baiklah, kalau itu mau mu."
Arjuna berpamitan pada Fauzan dan rekannya. Ia dan keempat anak didiknya urung memergoki Conal yang mungkin tengah berbagi peluh di atas ranjang bersama seorang wanita dewasa.
Sebelum pulang ke apartemen, Arjuna mengantar Nofiya, Machan, dan Ririn terlebih dahulu ke rumah mereka masing-masing. Hingga menyisakan dirinya dan Ayu yang masih berada di dalam mobil.
"Ay, sudah ngantuk?" Arjuna menoleh sekilas ke arah Ayu yang tampak terdiam sambil menyandarkan kepalanya pada headrest.
"Belum --"
"Aku masih kepikiran soal tadi." Ayu menyambung ucapannya.
"Andai kamu nggak ngerekam percakapan Conal, mungkin Nyit-Nyit nggak bakal percaya sama aku. Dan persahabatan kami berakhir di malam ini."
"Nggak usah dipikirkan. Yang penting sekarang Nofiya sudah percaya. Selain mendengar rekaman percakapan Conal, ia juga mendengar sendiri dari Fauzan kalau Conal langganan salah satu penghuni di apartemen itu."
Ayu mengangguk, lalu mengalihkan pandangan matanya ke arah Arjuna.
"Makasih ya, udah mau bantuin aku."
Ucapan Ayu mencipta senyum di wajah Arjuna dan mendorongnya untuk kembali menoleh.
"Sudah sepatutnya seorang suami membantu istrinya," tuturnya.
Roda kendaraan besi yang dikendarai oleh Arjuna terus menggelinding, menembus kegelapan malam dan mengantar mereka ke apartemen.
...🌹🌹🌹...
Meski rasa kantuk sedari tadi menyerang, Nofiya masih enggan memejamkan mata. Ia terus merutuki dirinya sendiri yang sempat tidak percaya pada ucapan Ayu.
Terbesit rasa bersalah yang bercokol di dalam hati dan menuntun jarinya untuk mendial nomor sahabatnya itu.
Nofiya berkeinginan meminta maaf untuk menebus rasa bersalah.
Berulang kali ia menghubungi nomor Ayu untuk melakukan vidio call. Namun Ayu tidak mengangkatnya.
Nofiya berpikir, Ayu pasti marah.
Tak berselang lama, terdengar nada dering yang berasal dari gawainya. Ternyata ada panggilan masuk.
Bibir Nofiya melengkung, matanya terbingkai binar kala membaca nama yang tertera di layar gawai 'Monyet'.
"Hallo, Nyit." Terdengar suara khas Ayu yang kembali membuat bibir Nofiya melengkung hingga membentuk seutas senyum.
"Nyet, maaf ya --" Suara Nofiya sedikit tertahan.
"Aku udah maafin. Buruan merem. Udah jam satu malem."
"Kamu juga buruan merem, Nyet --"
"Ay, ayo tidur."
Bukan suara Ayu yang didengar oleh Nofiya, melainkan suara Arjuna. Setelah itu panggilan telepon dari Ayu berakhir dan menyisakan tanya di hati.
Ayu, Pak Juna, kalian ---
🍁🍁🍁
Bersambung
Apa dia masih sempat bobok siang dgn tugas sebanyak itu.
Mas Win juga CEO..ya kali cuma suamimu aja
Dia tetap Deng Weiku.
Di tik tok aku udah banyak saingan. masa di sini juga
Ayu udah gak perawan.
Dan dia perawani oleh gurunya sendiri...😁😁