Sandra, gadis yang terbangun dari tidur panjangnya selama 2 tahun dan kini terbebas dari pengasingan selama 5 tahun.
Baru saja kemarin ia bertemu dengan teman teman kuliahnya, namun sekarang ia bahkan tidak mengenali tempat yang ia tinggali selama ini. Dunia seakan telah berubah, Alat-alat canggih yang sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari, anak kecil yang kini sudah memiliki smartphone masing-masing, dan cahaya gemerlap malam dari lampu-lampu yang memenuhi jalan ditengah kota serta Gedung-gedung yang menjulang tinggi dihadapannya.
Seberapa jauh ia tertinggal selama ini? dari sahabat-sahabat bodohnya, dan dari orang-orang yang selalu ada di keseharian Sandra saat itu. Apakah sandra masih dapat bertemu dengan mereka, apakah mereka masih menerima sandra setelah semua yang sandra lakukan kepada mereka.
Pikirannya berkecamuk memikirkan hal-hal yang telah ia lewati begitu saja.
‘Biarlah semua berlalu, kini ia harus memulai lembaran yang baru, orang-orang baru dan dunia ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adsetian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20 - Pria Rombeng Seribu Wajah
Sandra baru saja tiba dikantor dan tanpa diduga pula ia bertemu dengan seseorang yang sangan tidak ingin ia temui berada tepat di hadapannya, Tino Ferdiansyah. Wajah datar pria yang sedikit tambun tersebut membuat ia takut. Ia tau dan sangat tau betul bahwa Tino sangat tidak menyukai sandra sedari dulu.
Tino merupakan orang yang sangat perfectionist, tak lupa bahkan dulu secara terang terangan tino sangat tidak menyukai sandra, bahkan dengan lantang ia mengatakan bahwa sandra tak pantas bersanding dengan nathan, sandra memang cantik tapi nathan masih bisa mendapatkan yang lebih jauh dari sekedar seorang sandra.
“kamu?” ucap tino datar namun dengan wajah yang tentu saja terkejut,
“saya pak” jawab sandra sekenannya berusaha untuk tetap sopan. Terlebih mau bagaimanapun Tino adala CEO dari perubahan tersebut.
“kenapa kamu disini?” tanya nya lagi denga aura yang sangat mengintimidasi.
“saya bekerja di sini pak?” jawab sandra gugup,
“di sini? Apa jabatan kamu di sini?” tanya tino.
“saya sekretaris direktur pak” ucap sandra takut,
“Apa?! Kamu yang jadi sekretaris nathan?” tanya tino tak terima,
“i-iya pak” jawab sandra gugup.
Dengan segera Tino menyeret sandra menuju ruang bagian HRD dan mendapati bu endah di sana,
“bu endah” panggil Tino,
“iya pak tino” jawab bu endah sambil berdiri,
“jelaskan kepada saya kenapa wanita ini sampai bekerja menjadi sekretaris di sini?” tanya Tino meminta dengan nada marah.
Bu endah pun menjelaskan semua hal-hal yang membuat sandra bisa menjadi sekretaris nathan.
“baik lah, terimakasih” ucap Tino setelah mendapatkan jawaban dari bu endah lalu meninggalkan ruang HRD bersama sandra yang mengikutinya.
Tino menarik tangan sandra memasuki ruangannya yang tak jauh dari ruangan nathan, Tino tidak terlalu sering ke kantor seperti nathan karna semua pekerjaan di kantor nathan lah yang mengerjakan dan menghandelnya, sedangkan Tino hanya perlu menunggu nathan melaporkan secara keseluruhan mengenai kantor, dan memikirkan desain baru untuk game yang akan di ciptakan oleh otaknya.
Sandra merasa ketakutan terlebih aura mengintimidasi yang tino ciptakan semakin membuat sandra ketakutan, sandra melangkah mundur saat Tino berjalan menghampirinya dan semakin mendekat sandra mulai merasakan kerasnya tembok yang ia tabrak dan tak dapat mundur lagi, kini Tino tepat berada di depannya dengan wajah yang menyeramkan bagi sandra.
“aku peringatkan ke kamu” ucap tino penuh penekanan,
“jika saja ada pengganti mu aku pasti sudah menyingkirkanmu” tambahnya,
“dan jika aku melihat kamu merayu nathan terlebih lagi mendekati nathan, aku tidak akan segan-segan menghancurkan kehidupanmu” kata kata tino bagaikan jarum yang sangat tajam dan tak pernah bisa tumpul.
“ingat kau hanyalah seorang sekretaris, jadi bertindaklah sesuai dengan profesimu saat ini. tenang saja aku cukup profesional untuk urusan pekerjaan dan urusan pribadi, tapi harus kau ingat perkataanku tadi karna gerak gerikmu akan selalu ku awasi, sedikit saja kau melenceng dari pekerjaanmu, maka kau akan merasakan hukumannya” ucap Tino lalu meninggalkan sandra yang sudah ingin menangis akan ancaman kejam Tino.
Sandra merasa sangat risih, sangat-sangat risih. Entah kenapa Tino sangat takut jika sandra mendekati nathan, dengan menyewa begitu banyak bodyguard untuk memata-matai gerak gerik sandra, di mulai saat bekerja, istirahat, bejalan di taman, pulang ke rumah, dan ke tempat lainnya, bahkan saat sandra pulang ke rumah orang tua nya pun masih ada yang mengikuti sandra.
Tak tahan, sandra memaki dengan keras menggunakan bahasa jerman di rumahnya. Sandra merasa frustasi akan perlakuan Tino yang membuatnya tak bebas ini. Keesokan harinya, dengan memberanikan diri, sandra menghampiri Tino di tempat kerjanya.
“permisi” ucap sandra setelah mengetuk pintu ruang kerja Tino,
“masuk” terdengar suara berat pria tersebut dari dalam ruangan,
“ada urusan apa kamu kemari” tanya Tino dengan wajah datarnya,
“saya cuman meminta agar bapak tidak perlu repot-repot memata-matai saya seperti ini. Bapak tenang saja, saya tidak akan mendekati nathan sesuai yang bapak perintahkan. Saya juga memiliki kehidupan pribadi saya sendiri” ucap sandra panjang lebar, sedangkan Tino hanya menanggapi ucapan sandra dengan sebelah alis yang terangkat,
“oh ya?” ujar Tino meremehkan,
“entah kenapa saya tidak yakin dengan ucapan racunmu itu sandra” tambahnya lagi yang mebuat sandra semakn geram.
sandra tak dapat mebantah perkataan petinggi perusahaannya tersebut, sandra hanya dapat mengertakkan giginya dan mengepalkan tangannya dengan kuat.
“baiklah, saya turuti permintaan kamu, lagi pula selama 1 minggu para pekerjaku mengintaimu dan kau tidak sedikitpun medekati nathan. Baguslah” ucap Tino,
“sekarang kamu pergilah, aku muak berlama-lama melihat wajah racunmu itu” ucap Tino mengusir sandra.
‘racun? Segitu jeleknya ya gue dimata lo?, hina banget rasanya gue’ pikir sandra setelah keluar dari ruang kerja Tino.
Sudah beberapa hari ini sandra sudah merasa tidak terganggu lagi, ternyata Tino dapat menepati janjinya untuk tidak mengirimkan orang-orang aneh tersebut untuk memata-matainya.
Kini sandra sudah memulai kehidupan barunya dengan cukup tenang, ia tak memperdulikan keberadaan nathan yang kian hari cukup aneh, ia juga tak memperdulikan sikap boni yang mulai sering menyapanya. Ia tidak memperdulikan itu semua. Ia hanya perlu fokus bekerja dan bekerja. Namun, sekuat apapun sandra untuk tidak perduli, hati kecilnya tetap saja masih memikirkan tentang mereka. Sandra tidak tau apa yang ia rasakan, bahkan ia tidak tau apa yang hatinya inginkan.
Pagi itu Sandra berjalan di sekitar taman untuk berjoging, namun ada 3 orang yang ia hindari yaitu Tino, nathan dan boni. Baru ia sadari ternyata Tino tinggal bersama Boni, selama ini Tino baru muncul dikarenakan ia harus pergi ke singapur untuk menemani ayahnya berobat.
‘shit, ini masih pagi. Kenapa harus ketemu mereka sih?’ pikir sandra frustasi.
Namun dengan memasang wajah datarnya sandra hanya melewati mereka be-3 dengan santainya tanpa menyapa, ataupun menoleh, hia anya berlari pelan melewati mereka seolah tak mengenal mereka.
“sandra!” pangil Tino, yang terpaksa membuat sandra berhenti.
‘ni orang maunya apa sih?’ pikir sandra geram.
“iya pak?” jawab sandra setelah ia menghampiri Tino dengan wajah congkak yang terpasang di wajahnya.
“lo mau joging? Bareng kita aja yuk” ajak Tino.
“enggak deh pak, saya sendiri aja” jawab sandra menolak.
“kita bukan lagi di kantor, jadi panggil Tino aja, terus ngga perlu seformal itu, ngomong biasa aja” ucap Tino.
“iya, emm... Tino” ucap sandra ragu,
“ya udah gue lanjut dulu ya, makasih buat tawarannya” tambah sandra lalu pergi meninggalkan mereka.
‘gue tau apa maksud lo Tino, lo pasti sengaja ngelakuin itu supaya nathan sama boni ngira gue nggak perduli lagi sama mereka, iya kan’ ucap batin sandra. Di lihatnya Tino dari jauh dengan senyum kemenangannya.
'cih, dasar cowo bermuka seribu bermulut rombeng' pikir sandra menjauhi ketiga pria tersebut.