NovelToon NovelToon
JANGAN KE SANA!

JANGAN KE SANA!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Kutukan / Tumbal
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: DENI TINT

DILARANG KERAS PLAGIARISME!

Aruni adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama. Dia berencana untuk berlibur bersama kawan-kawan baik ke kampung halamannya di sebuah desa yang bahkan dirinya sendiri tak pernah tau. Karena ada rahasia besar yang dijaga rapat-rapat oleh ke dua orang tua Aruni. Akankah rahasia besar itu terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENI TINT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21 - KEKUATAN DAN TAKDIR

"Anakku... Maafkan Ibu Nak..." ucap Aruni kepada Asih. "Ibu terpaksa melakukan ini semua anakku..." tambah Aruni yang juga terisak.

Sejurus kemudian Asih menjadi sesak nafasnya, pandangannya kabur, dan ia pingsan tak sadarkan diri. Dan Aruni kembali mencoba bangkit, dengan kedua kaki yang lemas, ia berlari ke luar rumah. Semakin tak bisa dipercaya oleh Aruni tentang semua yang terjadi.

Ia kembali berlari masuk ke dalam gelapnya hutan. Dengan tangisan yang semakin memilukan. Dan tiba-tiba larinya terhenti ketika Anjani kembali muncul di hadapannya. Dengan senyuman yang datar.

"KAU TAK BISA MENOLAK TAKDIRMU ARUNI..."

"Tidak!!! Ini bukan takdirku!! Ini semua bukan takdir hidupku Nek!!!" kali ini Aruni mencoba melawan ucapan Anjani. Meski masih dalam ketakutan dan kengerian yang dirasakan oleh Aruni.

Anjani tersenyum datar, menatap Aruni. Lalu perlahan berjalan mendekat. Aruni seperti terpaku di atas tanah. Kakinya tak bisa ia gerakkan walau hanya satu langkah. Ia hanya bisa menatap Anjani yang kini sudah berdiri tepat di hadapannya.

Anjani dengan tangan kirinya menyentuh pipi kiri Aruni. Terasa dingin, namun halus dan lembut sentuhan itu. Lalu Anjani dengan tangan kanannya menyentuh kepala Aruni, dibelainya dengan rasa kasih sayang yang mencekam.

Seketika itu juga Aruni kembali tak sadar. Ke dua matanya menyala kemerahan. Namun kosong menatap Anjani di depannya. Lalu Anjani mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Aruni. Dan berbisik.

"KEKUATAN INI ADALAH TAKDIRMU CUCUKU..."

Seketika itu juga, Anjani kembali menghilang perlahan, mundur ke dalam gelapnya hutan.

Aruni kembali bergerak tanpa kesadarannya. Jiwanya seperti meninggalkan tubuhnya. Berjalan menyusuri gelapnya hutan yang sunyi mencekam. Lalu... Aruni mendapati sebuah area pemakaman. Saat tubuhnya berjalan melewati sebuah makam, wajahnya menoleh perlahan dengan tatapan kosong yang mencekam. Dilihat olehnya batu nisan di makam itu.

Dan tertulislah sebuah nama, yaitu nama ayah Aruni.

Aruni kembali menatap kosong ke depan. Berjalan menyusuri jalan setapak yang kembali dikelilingi hutan gelap. Dan sampailah Aruni di hadapan sebuah rumah. Rumah yang terasa tak asing bagi dirinya meski dalam keadaan tak sadar pikirannya. Ya... itu adalah rumah kakek dan nenek Aruni setelah direnovasi.

Aruni berjalan perlahan menuju ke arah pohon beringin di luar area pekarangannya. Dan tiba-tiba dirinya bisa melayang naik pohon itu, lalu duduk tepat di atas dua cabangnya yang terbelah.

Aruni perhatiannya terfokus pada seorang gadis kecil yang keluar dari dalam rumah. Gadis kecil itu berjalan sambil membawa sebuah boneka, lalu duduk di bawah pohon beringin. Tepat di bawah Aruni.

Aruni memperhatikan gadis kecil itu. Dan tak lama kemudian, gadis kecil itu seperti merasakan kehadiran dirinya. Gadis itu menoleh ke atas, bertatapan lah ia dengan Aruni.

Dari dalam rumah, keluar Bu Asih, meminta gadis kecil itu untuk masuk dengan nada khawatir. "Aruni... Ngapain kamu di situ? Ayo masuk ke dalam!"

"Iya Bu... sebentar..." jawab gadis kecil itu yang ternyata adalah Aruni saat masih berusia tujuh tahun.

Aruni kecil yang menatap Aruni di atasnya, tersenyum hangat. Lalu berucap, "Aku gak takut sama kamu, kamu mau gak jadi sahabat aku?".

Aruni yang berada di atas pohon beringin melayang turun, mendekat ke Aruni kecil, dan memegang pipinya penuh kelembutan kemudian menjawab...

"AKU AKAN SELALU ADA BERSAMAMU... ARUNI..."

Aruni kecil tersenyum dengan polosnya. Lalu berucap, "Tapi aku gak mau seperti kamu! Kamu harus seperti aku!"

Aruni yang mendengarnya tersenyum pelan, lalu mencubit pelan hidung Aruni kecil.

"Aku akan tetap seperti ini... Tapi aku akan selalu menjagamu... Dan kamu jangan takut..." ucap Aruni kepada Aruni kecil.

"Iya deh kalau itu maumu... Oh iya, siapa namamu?" tanyanya kepada Aruni.

"NAMAKU ANJANI..." jawab Aruni.

"Oh... Anjani ya namamu... Kayaknya aku gak asing deh sama namamu itu. Sebenarnya kamu siapa Anjani?" tanya Aruni kecil.

"JIKA SUDAH TIBA WAKTUNYA, KAMU AKAN TAU." jawab Aruni.

Percakapan mereka terhenti saat Bu Asih kembali memanggil Aruni kecil dengan suara lebih tinggi. Memintanya untuk segera masuk karena waktu sudah beranjak malam.

"Aku masuk dulu ya Anjani, Ibuku udah marah." ucap Aruni kecil, lalu berjalan dengan gaya anak kecil yang menggemaskan sambil memegangi bonekanya.

Sebelum Aruni kecil masuk ke dalam, Aruni kembali memanggilnya dengan suara halus dan lembut.

"ARUNIII..."

Aruni kecil menoleh ke arah pohon beringin tua itu. Menatap Aruni sesaat, dengan wajah datar, tatapan mata yang dingin, tenang, namun tajam.

Dan.... Bibir mungilnya tersenyum tipis...

Lalu ia masuk ke dalam rumah.

Setelah Aruni kecil masuk, Aruni kembali kesadarannya. Jiwa dan pikirannya seperti dilemparkan kembali ke dalam tubuhnya. Aruni terduduk lemas di bawah pohon beringin itu. Namun gambaran rumah kakek dan neneknya menghilang perlahan. Lalu semuanya menjadi gelap. Aruni pingsan.

**********

Aruni tersadar dari pingsannya. Ia membuka pelan ke dua matanya. Tapi kini dirinya sudah berada di sebuah rumah gubuk bambu. Hanya ada sumber cahaya dari lampu minyak di beberapa titik.

Ia terbaring di atas dipan bambu. Namun tak bisa bergerak. Tubuhnya sudah tak memiliki kekuatan. Habis. Lemas.

Kedua matanya mencoba memperhatikan sekitar. Matanya melihat ada sebuah meja membentuk altar kecil. Di atasnya tersusun rapi sesajen. Dan dupa yang sudah dibakar. Menimbulkan aroma harum khasnya. Tak lama kemudian ia mendengar suara seorang lelaki datang menghampirinya.

"Anjani? Nduk? Kau sudah sadar anakku?" ucap lelaki itu sambil membelai kepalanya, dan itu adalah kakek buyut Aruni.

"Ayah... Apakah... Aku baik-baik saja?" tanya Aruni.

"Syukurlah Nduk, kamu baik-baik saja Anjani..." jawab sang kakek buyut.

Kemudian datanglah seorang wanita, dan itu adalah nenek buyut Aruni. "Nduuuk... Syukurlah kamu sudah sadar anakku..." ucapnya sambil ikut membelai kepala dan pipi Aruni.

"Ibu..." Aruni terisak saat melihat nenek buyutnya. "Kenapa... harus Anjani yang mewarisi semua ini Bu?" tambahnya.

Sang nenek dan kakek buyut Aruni saling bertatapan, lalu kakek buyut Aruni menjawab, "Nduk, ini semua sudah menjadi garis takdir. Kalau tidak dilakukan, maka akan banyak darah yang menjadi tumbal Nduk..."

"Yang sabar ya Nduk... Sabar..." tambah sang nenek buyut.

Aruni kembali memeluk nenek buyutnya sambil terisak sedih, masih dalam posisi terbaring lemas di atas dipan bambu.

"Nduk... Ayah dan Ibu akan selalu menjaga dan membimbingmu Nduk... Sampai kekuatan ini tunduk dan menyatu sepenuhnya dalam dirimu." jelas sang kakek buyut.

"Iya Ayah..." jawab Aruni.

Lalu...

Pandangan Aruni kembali samar, perlahan menjadi gelap...

Terdengar suara kakek dan nenek buyutnya memanggil...

Sambil mencoba menyadarkan kembali Aruni...

"Anjani? Nduk? Kamu kenapa Nduk?" ucap sang nenek buyut.

"Anjani? Sadar Nduk! Bukalah matamu Anjani!" tambah sang kakek buyut.

Namun pandangan Aruni semakin samar. Semakin gelap. Segalanya menjadi gelap dan hening. Sangat hening.

**********

Aruni kembali tersadar dari pingsannya di bawah pohon beringin tua. Namun sekitarnya hanyalah kegelapan.

Saat ia membuka perlahan ke dua matanya, ia mendapati dirinya sudah dipangku oleh sosok makhluk mengerikan bermahkota itu. Makhluk itu memangku Aruni sambil membelai rambut dan pipinya dengan darah memenuhi tangannya. Tatapan Aruni langsung ke arah wajah makhluk itu. Aruni sudah sangat tak berdaya. Seluruh tenaganya sudah hilang. Hanya bisa terkulai lemas dalam pangkuan makhluk itu.

Sejurus kemudian, mata Aruni terbelalak saat melirik ke arah samping makhluk itu, nafasnya menjadi tak karuan, rasa ngeri yang mencekam menjalar cepat ke seluruh tubuhnya.

Aruni melihat dengan mata kepala sendiri, ia melihat dua sosok jasad tergeletak tak bernyawa di atas tanah dengan perut yang menganga dan isinya sudah habis. Jasad Bella dan Caca.

Lalu mata Aruni kembali menatap makhluk itu. Beberapa saat kemudian aruni melihat tangan dengan kuku panjang makhluk itu menyentuh perutnya.

Aruni...

Mulai dimangsa makhluk itu...

Perutnya dirobek...

Ditarik segala isinya keluar...

Bersimbah darah lah tubuh Aruni...

Dan Aruni akhirnya mampu berteriak...

"AAAAAAAAAAH!!!!!"

1
Marta Quispe
Suka banget!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih Kak... Dukung terus ya... ☺️☺️☺️
total 1 replies
Gusti Raihan
Ditunggu kelanjutannya!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih sudah kasih komentar ya Kak... Oh iya, BAB 3 sudah rilis Kak... Selamat membaca ya...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!