Di dunia kultivasi, Lin Chen, seorang pemuda dari Desa Hutan Bambu yang dianggap cacat karena tidak memiliki Dantian, menemukan sebuah kristal misterius di danau dekat rumahnya. Kristal itu menyatu dengan mata kanannya, memberinya kekuatan Mata Dewa—artefak ciptaan Sang Maha Pencipta yang mampu mengendalikan sembilan hukum di alam semesta.
Dengan kekuatan barunya, Lin Chen perlahan bangkit dari posisi terendah menuju puncak kekuasaan, menjadi sosok yang berpengaruh besar dalam menjaga keseimbangan alam semesta.
Namun, warisan ini membawa tanggung jawab besar, menempatkannya di tengah takdir yang akan mengubah dunia, juga dirinya, selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Berlatih Keras.
Bab 21. Berlatih Keras.
Tak terasa, satu minggu berlalu dengan cepat. Seorang pemuda berdiri di area luas, tepatnya di tengah hutan yang dipenuhi pohon bambu hijau yang menjulang tinggi.
Tubuhnya basah oleh keringat. Tangannya terkepal erat, dan energi Qi berwarna hijau serta putih menyelimuti kepalan tangannya. Itu adalah elemen Kehidupan dan Angin, saling beresonansi dengan harmonis. Setelah mengompresi kekuatan di tinjunya hingga batas maksimal untuk kesekian kalinya, dengan suara lantang, dia berseru:
"TINJU GELOMBANG!"
"LEDAKAN EMPAT GELOMBANG!"
"WUSH! BOOM!"
Gelombang pertama meluncur seperti angin topan, menghantam pohon-pohon bambu yang langsung terbelah menjadi serpihan kayu kecil.
"BOOM!"
Gelombang kedua menyusul, menghancurkan lebih banyak pohon dan menciptakan retakan besar di tanah.
"BOOM!"
Gelombang ketiga menyapu sisa hutan di depannya, meratakan segalanya hingga tak tersisa apa pun. Lalu,
"BOOM!"
Gelombang keempat datang dengan kekuatan yang lebih besar, meledak dengan gemuruh yang memekakkan telinga, menghancurkan area di sekitarnya menjadi kawah luas.
Namun, ketika gemuruh gelombang keempat mulai mereda, Lin Chen tiba-tiba merasakan getaran tak biasa di udara. Sebuah ledakan lain terdengar—ledakan kelima—yang membuat matanya terbelalak lebar.
"BOOM!"
Suara itu mengguncang tanah dengan kekuatan yang jauh melampaui gelombang sebelumnya. Lin Chen mundur selangkah, tubuhnya sejenak membeku karena keterkejutan. Angin kencang dari ledakan itu menghempaskan debu dan serpihan bambu di sekitarnya, menyelimuti area tersebut dengan kabut tipis.
Dengan mata yang penuh ketidakpercayaan, dia bergumam pelan, suaranya bergetar:
"I-Ini... terobosan? Tinju Gelombang Kelima?"
Saat kesadaran mulai datang, mata Lin Chen berubah berbinar penuh semangat. Dia mengepalkan tangannya erat, menyadari apa yang baru saja terjadi. Setelah sekian lama melatih tekniknya, menekan energinya hingga batas maksimal, akhirnya kekuatan itu terkondensasi secara stabil di bawah tekanan luar biasa yang ia ciptakan.
Tak kuasa menahan rasa bahagianya, Lin Chen tertawa lepas.
"Hahaha! Akhirnya! Setelah bekerja keras selama satu minggu penuh, Tinju Gelombang-ku berhasil menembus ke gelombang kelima!"
Dia menghela napas panjang, lalu melanjutkan dengan suara penuh tekad:
"Baiklah. Karena Tinju Gelombang sudah mencapai lima ledakan, mulai besok aku akan berlatih Tinju Ombak Menghancurkan Langit."
Matanya memancarkan kilau hijau yang khas, penuh dengan semangat yang membara.
◦~●❃●~◦
Satu Minggu Kemudian.
Masih seorang pemuda yang sama yaitu Lin Chen, berdiri di tengah-tengah hutan bambu yang sunyi, dikelilingi oleh pohon-pohon hijau yang menjulang tinggi. Udara terasa tegang, seolah menunggu sesuatu yang besar terjadi.
Tubuh Lin Chen diselimuti oleh aura Qi yang memancar kuat. Tinjunya terulur ke depan, dipenuhi energi dari tiga elemen yang berbeda: elemen Kehidupan, Air, dan Angin, yang terkondensasi hingga batas maksimal. Energi itu berputar-putar dengan intens, menghasilkan riak-riak di udara di sekitarnya.
Dengan tatapan penuh fokus dan tekad yang membara, Lin Chen berseru lantang,
"TINJU OMBAK MENGHANCURKAN LANGIT!"
"WUSH!"
Tiba-tiba, angin di sekitar hutan berhembus kencang, memutar dedaunan bambu hingga berjatuhan ke tanah. Energi dari tinju itu melepaskan tekanan luar biasa, membuat tanah bergetar. Suara gemuruh bergema saat kekuatan besar itu dilepaskan.
"WUSH!"
Tinju itu melesat ke depan, menghasilkan tekanan udara yang luar biasa. Energi dari tiga elemen—Kehidupan, Air, dan Angin—berputar seperti pusaran badai, memukul udara dengan keras hingga terdengar seperti ledakan halus.
Gelombang energi menghantam area di depannya. Pohon-pohon bambu yang berada dalam jalur serangan itu bergoyang hebat, lalu patah dan terhempas ke segala arah. Namun, berbeda dengan serangan sebelumnya, kehancuran kali ini tidak langsung meluas secara brutal. Sebaliknya, tekanan energi tersebar merata, menciptakan efek ledakan terkendali yang mengoyak tanah secara bertahap.
Udara di sekitar Lin Chen menjadi berat. Riak-riak energi menyebar seperti ombak kecil di permukaan danau, menyeret dedaunan dan serpihan bambu ke dalam pusat ledakan. Suara gemuruh pelan terus terdengar saat tanah retak perlahan, menciptakan celah-celah kecil di area yang lebih luas.
Lin Chen berdiri tegap, napasnya teratur meskipun wajahnya serius. Dia memperhatikan efek dari serangan itu dengan seksama, memperkirakan apakah kekuatannya sudah mendekati tahap sempurna. Matanya menatap area yang mulai porak-poranda, tapi belum sepenuhnya rata.
“Ini... belum cukup,” gumamnya, menyeka peluh di dahinya. Ayo lakukan lagi,” ucapnya dengan tatapan membara.
Meskipun efeknya cukup dahsyat, Lin Chen tahu bahwa ini masih tahap pertengahan. Dia bisa merasakan ada lebih banyak kekuatan yang bisa dia tingkatkan dari teknik Tinju Ombak Menghancurkan Langit.
Dengan senyum kecil di bibirnya, dia mengepalkan tinju lagi, bersiap untuk mencoba sekali lagi.
“Baiklah, ayo coba sekali lagi,” ucapnya.
... ◦~●❃●~◦...
Sementara Itu, Ditempat Lain...
Di sebuah lembah luas yang membentang hampir satu kilometer, keheningan menciptakan suasana magis. Lembah itu diselimuti oleh kubah energi tak kasat mata yang menjaga kedamaiannya dari gangguan luar. Langit terlihat biru jernih, dengan angin lembut yang berhembus, membawa aroma bunga liar.
Di sudut lembah yang paling menenangkan, berdiri sebuah pohon willow besar yang anggun. Cabang-cabangnya menjuntai ke tanah, seperti tirai hijau alami yang bergoyang lembut mengikuti hembusan angin. Daun-daunnya yang tipis melambai seolah melindungi kolam jernih di bawahnya. Tak jauh dari sana, sebuah air terjun kecil mengalir dengan suara gemericik yang menenangkan, menumpahkan airnya ke kolam yang dihuni ikan koi berwarna cerah, menciptakan harmoni visual dan suara yang menenangkan jiwa.
Di bawah pohon willow itu, seorang wanita duduk bersila di atas batu halus, tubuhnya terlihat begitu menyatu dengan pemandangan di sekitarnya. Sekilas, ia tampak seperti bagian dari alam itu sendiri, keindahannya melampaui imajinasi. Rambut hitam panjangnya terurai lembut hingga pinggang, bergelombang seperti aliran sungai yang tenang. Gaun putih sederhana yang dikenakannya melambai lembut ditiup angin, berpadu dengan aura Qi emas samar yang mengelilinginya, seolah ia menjadi pusat harmoni alam.
Matanya terpejam, menyembunyikan kilau rahasia yang mendalam. Wajahnya begitu tenang, namun memancarkan kekuatan dan kewibawaan yang sulit dijelaskan. Setiap helaan napasnya terasa selaras dengan aliran angin, gemericik air terjun, dan desiran daun willow yang berayun ringan.
Wanita itu adalah Zhao ZhiQing, seorang kultivator berbakat dengan keanggunan dan kekuatan tersembunyi yang sulit dilukiskan. Dalam meditasi mendalamnya, aura ketenangan yang ia pancarkan seolah menyatu dengan lembah itu sendiri.
Tiba-tiba, dari kehampaan di dekat Zhao ZhiQing, muncul sebuah bayangan hitam. Dia adalah penjaga bayangan Zhao ZhiQing, seorang pria paruh baya dengan jubah hitam yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Pria itu berlutut dengan satu kaki sambil berkata dengan hormat,
"Tuan Putri, perjanjian delapan tahun tersisa tiga tahun lagi."
Mendengarnya, Zhao ZhiQing hanya berkata dengan acuh tak acuh,
"Aku tahu," ucapnya pendek.
Setelah berhenti sejenak, wanita itu bergumam,
"Paman, sebagai pengawal pribadiku yang terus melindungiku dan melihatku tumbuh dari usia 9 tahun hingga sekarang, apakah menurutmu, jika aku benar-benar menyetujui lamaran pria itu tanpa harus membuat perjanjian delapan tahun seperti ini, apakah Kerajaan Singa Emas kita benar-benar bisa makmur? Apakah semua rakyat di kerajaan kita akan benar-benar aman dan sejahtera?"
Dia menatap jauh ke arah langit, seolah sedang memikirkan masa depan yang begitu jauh.
Ditanya seperti itu oleh nona mudanya, pria paruh baya yang menjadi pelindung bayangan terdiam lama sebelum akhirnya menjawab,
"Jika bicara tentang kesejahteraan rakyat, aku rasa mungkin hanya mencapai 50%, mengingat kepribadian Pangeran itu yang terlalu ambisius, kejam, dan egois, bahkan seringkali sikapnya tidak masuk akal. Tapi, jika menyangkut kekuatan militer Kerajaan, maka kekuatannya bisa dijamin meningkat 100%. Kejayaan Kerajaan Singa Emas pasti akan bertahan lama lagi. Dan jika itu menyangkut kebahagiaan Anda, saya tidak tahu harus berkata apa, karena segalanya terlalu rumit dan bisa membuat orang terjebak dalam dilema," ucapnya degan ekspresi rumit. Bahkan nadanya sedikit bergetar.
Mendengar kata-kata terakhir dari pelindung bayangan yang sudah dia anggap seperti pamannya sendiri itu, Zhao ZhiQing hanya tersenyum kecil. Namun, jika diperhatikan lebih seksama, senyum itu mengandung jejak sedikit keputusasaan.
Setelah menarik napas dalam-dalam, akhirnya dia berkata,
"Maka dari itulah aku membuat perjanjian delapan tahun untuk membuktikan takdirku sendiri. Untuk membuktikan bahwa aku, meskipun seorang wanita, bisa membawa kejayaan bagi Kerajaan Singa Emas dan mensejahterakan rakyat dengan kekuatanku sendiri," ucapnya
Bagi Zhao ZhiQing sendiri, jika hanya mengandalkan kekuatan ayahnya, yaitu Raja dari Kerajaan Singa Emas saat ini, sepertinya akan semakin sulit. Kesehatan ayahnya semakin menurun akhir-akhir ini, dan kakak laki-lakinya sebagai calon raja berikutnya menanggung beban yang berat di pundaknya.
Untuk sementara suasana terasa hening, di sertai hembusan angin yang sesekali menerpa wajah cantik Zhao ZhiQing.
Kemudian, setelah beberapa saat kemudian, suara Zhao ZhiQing memecah keheningan diantara keduanya...
"Oh iya, Paman. Bagaimana perkembangan anak itu?" tanya Zhao ZhiQing.