PENJARA CINTA Untuk STELLA

Stella menangis menjadi-jadi. Ia tak menyangka jika pria yang ia percaya, yang ia yakini baik hati dan peduli padanya malah menyakitinya melebihi Zein, sang mantan suami. Kebencian Stella pada hidupnya semakin bertambah. Rasanya, ingin sekali ia mengakhiri hidupnya saja. Agar tak ada lagi orang-orang yang akan memanfaatkan kelemahannya. Stella lelah berurusan dengan pria-pria jahat seperti mereka.

"Silakan tanda tangan, Nona ... di sini," ucap salah satu pengacara Juan.

Stella menghentikan tangisannya, ia melirik kesal pada pria itu.

"Nggak apa-apa Sayang, kan aku nikahin kamu. Masak kamu nggak mau sih. Aku kan mau tanggung jawab atas perbuatanku," ucap Juan lembut.

"Aku nggak mau nikah sama kamu Juan, kamu jahat," jawab Stella kesal.

"Jahat gimana sih, Baby. Kan, papinya yang tampan ini mau tanggung jawab. Kecuali kalau aku udah menghamili kamu, terus nggak mau tanggung jawab. Itu baru jahat." Juan mengelus manja rambut Stella membuat wanita ini semakin kesal.

Tak ada pilihan lain, akhirnya tanpa berpikir panjang Stella pun menandatangani surat perjanjian gila itu.

"Nah gitu dong, kan enak. Jadi nggak memeperkeruh masalah kita," ucap Juan, sambil mencolek dagu Stella. Terang saja darah wanita ini langsung mendidih.

Setelah menyelesaikan tugas mereka, kedua pengacara Juan pun berpamitan dan menunggu tugas selanjutnya.

Kini tinggalah Stella yang terus saja menangis menyesali perbuatannya. Menyesali nasibnya. Kenapa waktu ia dibuang sang ayah tidak mati saja. Seandainya mati di waktu itu, maka ia tak perlu melewati hari yang jauh lebih melelahkan di banding ketika Zein menceraikannya.

"Siapkan dirimu, besok kita menikah!" ucap Juan tegas. Tak bercanda seperti ketika ada dua pengacaranya tadi.

"Kenapa kamu sejahat ini, Juan?" tanya Stella lirih. Rasanya tak sanggup lagi berteriak. Tenaga Stella telah habis untuk melawan kekesalannya sendiri.

"Aku memang jahat dan aku akan lebih jahat lagi padamu, jika kamu tak menjaga dengan baik bayiku," jawab Juan tak kalah lembut.

"Kamu hanya menginginkan bayi ini, lalu untuk apa kita menikah brengsek!" bentak Stella.

Juan mendekati Stella dan berkacak pinggang menantang wanita pemarah ini.

"Apa kamu pikir aku pria bodoh?" tanya Juan dengan tatapan mengintimidasi. Stella hanya melirik kesal.

"Aku tak ingin anakku lahir tanpa seorang ayah. Di samping itu aku juga ingin mendapatkan bayiku secara hukum. Tak akan ada yang bisa menggugatnya, baik kamu maupun ayah kandungnya. Maka, untuk meluruskan ambisiku itu kita harus menikah ... bisa saja, setelah kamu lihat bayi munggil itu, kamu jatuh cinta dan kamu berubah pikiran lalu tak mau menyerahkan bayi itu padaku. Lalu aku rugi, tak mau aku begitu," jawab Juan santai.

Sungguh, Stella tak berpikir sampai sana. Ia pikir Juan hanya menginginkan bayi ini, mengadopsinya. Ia tak berpikir bahwa Juan ingin memiliki bayinya secara hukum tanpa harus mengurus surat adopsi lagi.

"Kamu gila Juan!" ucap Stella menatap benci pada Juan.

"Ya kamu benar Nona, aku memang gila. Ternyata indah ya jadi orang gila," balas Juan.

Stella semakin geram. Wanita ini memilih diam.

"Selain itu aku mau bayiku sehat. Makan makanan yang bergizi. Mendapatkan nutrisi yang cukup. Mendapatkan vitamin yang cukup. Oleh sebab itu, aku harus mengawasi dan menjagamu Nona, dan untuk meluruskan niatku itu maka kita harus tinggal serumah, satu atap, satu kamar bila perlu ... biar aku yakin kamu tak menyia-nyiakan bayiku. Itu sebabnya kita harus menikah. Mengerti?" jawab Juan, masih dengan nada santai.

Sekarang, Stella tak ingin mendebat pria ini. Percuam, ia pasti kalah. Pria ini punya seribu akal untuk mencapai tujuannya. Pria ini punya ribuan cara untuk menjeratnya. Stella semakin tak berkutik.

Hanya menangis dan mengumpat pada dirinya sendiri. Merutuki kebodohannya dan ingin mati saja

***

Di sudut ruang yang lain, Rehan sang asisten sedang menjalankan tugas yanh diberikan oleh Zein, sang Big Bos untuk mencari keberadaan sang mantan istri. Namun, ia dan timnya kesulitan. Sebab, tak ada satupun petunjuk yang mengarah pada keberadaan wanita itu.

Lelah pun mendera Rehan. Untuk menghilangkan rasa lelahnya, duda satu anak ini pun pergi ke club bersama teman-temannya. Kali aja dia di sana mendapat info yang bisa membawanya kepada Stella.

Saat sedang asik menikmati minuman dan juga musik yang menggema, tanpa sengaja mata Rehan menangkap seorang wanita yang sedang menjadi bulan-bulanan para lelaki hidung belang. Wanita itu menangis dan memohon ampun. Rasa kasihan pun menghampiri pria ini. Dengan cepat Rehan berbisik pada genknya, meminta mereka untuk membatunya menyelamatkan wanita itu.

BERSAMBUNG ....

Jangan lupa like komennya ya .... biar aku semangat up ...