Tak pernah terbayangkan dalam hidup Selena Arunika (28), jika pernikahan yang ia bangun dengan penuh cinta selama tiga tahun ini, akhirnya runtuh karena sebuah pengkhianatan.
Erlan Ardana (31), pria yang ia harapkan bisa menjadi sandaran hatinya ternyata tega bermain api dibelakangnya. Rasa sakit dan amarah, akhirnya membuat Selena memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka dan memilih hidup sendiri.
Tapi, bagaimana jika Tuhan mempermainkan hidup Selena? Tepat disaat Selena sudah tak berminat lagi untuk menjalin hubungan dengan siapapun, tiba-tiba pria dari masalalu Selena datang kembali dan menawarkan sejuta pengobat lara dan ketenangan untuk Selena.
Akankah Selena tetap pada pendiriannya yaitu menutup hati pada siapapun? atau justru Selena kembali goyah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 03.
"Mas Erlan ..." Seru Selena memanggil suaminya seraya membuka pintu ruang kerja Erlan dengan kasar.
Brakk!!!
Sontak saja, Erlan dan seorang wanita berpakaian perawat itu langsung menolehkan kepalanya menatap kearah pintu.
"Sayang.. Kamu kenapa kesini ?" ujar Erlan bertanya, ia beranjak dari duduknya mendorong pelan bahu perawat itu lalu berjalan menghampiri Selena.
Terlihat perawat muda dengan name tag Vera itu mengepalkan kedua tangannya melihat kedatangan Selena.
Selena tak langsung menjawab pertanyaan Erlan, ia melirik sekilas kearah Vera yang terlihat menunjukkan raut wajah kesalnya pada Selena. Setelah itu, ia mengalihkan pandangannya kembali menatap Erlan yang tengah memegang kedua bahunya dengan lembut.
"Sebenarnya aku mau keruang IGD tapi gak sengaja lewat ruangan kamu mas". Jawab Selena
"Tadi sayang bilang apa? Mau keruang IGD? Siapa yang sakit?" ujar Erlan dengan kening yang mengernyit kebingungan.
"Papa kecelakaan mas". Sahut Selena
"Apa ? Papa kecelakaan?" pekik Erlan terkejut
Selena mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ya sudah ayo kita segera kesana". Ajaknya lalu meraih tangan Selena dan menggengam tangan perempuan itu. Bergegas kedua nya segera melangkahkan kakinya menuju ruang IGD.
Tapi, baru saja langkah kaki mereka sampai diambang pintu suara Vera terdengar memanggil nama Erlan.
"Dokter Erlan, anda belum mengecek semua berkas-berkas pasien dari Rumah Sakit Sabda Husada". Seru Vera mencoba untuk bersikap formal dan profesional, meskipun didalam hatinya merasa jengkel sekali dengan kedatangan Selena.
Erlan menghentikan sejenak langkah kakinya lalu melirik sekilas kearah Vera.
"Aku akan cek lagi nanti, sekarang aku ingin melihat kondisi mertua ku dulu. Ayo sayang..."
Tanpa mengatakan apapun lagi, Erlan segera menarik Selena menuju ruang IGD.
"Aarrgghhhh... Lihat saja nanti, aku akan menghukum mu". Geram Vera seraya meremat lembaran kertas yang ada ditangannya.
.
.
Sesampainya diruang IGD, terlihat mama Jana tengah mondar-mandir didepan pintu ruangan tersebut dengan perasaan cemas bercampur khawatir.
"Mama..." panggil Selena berteriak
Mendengar suara Selena, sontak Mama Jana langsung menoleh menatap putri dan menantunya yang berjalan mendekat.
"Selena..."
"Ma gimana kondisi papa? Kenapa bisa sampai terjadi kecelakaan begini". Cecar Selena dengan tidak sabaran
"Sayang tenang dulu, ajak mama duduk dulu. Kasihan mama pasti juga lelah menunggu papa yang masih ditangani dokter didalam sana.." kata Erlan mencoba menenangkan istrinya. "Mah, ayo duduk dulu".
Selena segera meraih tangan mama Jana, mengajak wanita paruh baya itu untuk duduk dikursi besi panjang didepan ruang IGD. Selena duduk disamping mama Jana, sedangkan Erlan memilih untuk tetap berdiri disamping Selena.
"Sayang, aku beli minum dulu buat mama". Ujar Erlan
"Iya mas". Sahut Selena
Bergegas Erlan melangkahkan kakinya menuju kantin yang ada dibelakang rumah sakit untuk membelikan mertua juga istrinya itu minum.
"Ma, sekarang cerita sama Selena. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa bisa papa sampai kecelakaan begini?". Ujar Selena tak sabaran
Mama Jana menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. "Mama tidak tau pasti apa yang terjadi, tapi yang jelas mama dapat kabar dari Fandi kalo papa mu mengalami kecelakaan dan dilarikan kerumah sakit".
"Dari uncle Fandi ? Terus dimana dia sekarang ?" tanya Selena seraya mengedarkan pandangannya menatap sekeliling mencari sosok asisten pribadi papa Riza.
"Mama gak tau di kemana Sel. Setelah mengantar papa kerumah sakit, Fandi langsung pergi. Dia hanya bilang sama kalo ada urusan penting yang harus diselesaikan". Jawab Mama Jana lirih, bibir nya bergetar menahan tangis melihat kondisi suaminya.
Mendengar itu, Selena hanya bisa menghela nafas panjang sambil menganggukkan kepala paham dan tak lagi banyak bertanya.
.
Tak lama kemudian, Erlan kembali dengan dua botol air mineral ditangannya. Ia menyerahkan satu pada mama Jana, satu lagi pada Selena.
“Ini, ma. Minum dulu ya,” katanya lembut sambil membantu membuka tutup botol.
Mama Jana menerima air itu dengan tangan gemetar. “Terima kasih, Lan...” ucap Mama Jana lirih.
Suasana hening sejenak. Hanya terdengar suara langkah kaki perawat yang berlalu-lalang di lorong IGD. Hingga kemudian, pintu ruang tindakan terbuka dan seorang dokter keluar dengan ekspresi serius.
“Siapa keluarga pasien atas nama Riza Pradipta?”Seru dokter tersebut
“Saya, dok,” jawab Mama Jana cepat seraya berdiri dari duduknya dan segera menghampiri dokter itu.
“Pasien sudah kami tangani. Syukurlah tidak ada luka berat, hanya patah tulang ringan di lengan kanan dan beberapa luka lecet. Tapi beliau sempat mengalami syok, jadi butuh istirahat total untuk sementara waktu.”Terang Dokter menjelaskan
Mendengar itu, Selena spontan menutup mulutnya, menahan air mata yang hampir jatuh. “Syukurlah, ma…" tukas nya pelan seraya menoleh menatap mama Jana dengan lega.
Erlan merangkul pundak istrinya, berusaha menenangkan. “Syukurlah papa, gak kenapa-napa sayang".
"Kami akan pindahkan pasien ke ruang perawatan sebentar lagi. Silakan menunggu beberapa menit.”Kata Dokter itu
"Dokter Bondan terimakasih". Ucap Erlan
Mendengar Erlan menyebut nama nya, sontak saja Dokter tersebut langsung menolehkan kepalanya menatap serius kearah Erlan dengan mata yang memicing.
"Dokter Erlan?" cicit nya memastikan
Erlan melempar senyum tipis, "Saya dokter Bondan". Jawabnya ramah
"Astaga maaf saya tidak menyadari jika itu anda dokter Erlan". Kata Dokter Bondan sungkan
"Tidak apa-apa dokter Bondan. Terimakasih sudah berjuang menangani papa mertua saya dengan sebaik mungkin". Ucap Erlan dengan tulus
"Sama-sama dokter Erlan, kalau begitu saya pamit undur diri". Ujar Dokter Bondan lalu berbalik badan kembali melangkah masuk kedalam ruang IGD.
Mereka bertiga hanya bisa mengangguk sebagai balasan. Mama Jana dan Selena menghela nafas panjang merasa lega ketika mendengar kondisi Papa Riza yang baik-baik saja.
Tak berselang lama, beberapa perawat terlihat keluar dari ruang IGD sambil mendorong brankar papa Riza. Dengan cepat, Mama Jana dan Erlan langsung mengikuti nya.
Namun, tidak dengan Selena. Perempuan itu masih diam terpaku saat tak sengaja menangkap bayangan seseorang dari kaca jendela di ujung koridor. Seorang wanita berseragam putih perawat, berdiri memandangi mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.
Kening Selena sedikit berkerut, mencoba memastikan siapa perempuan itu. Tapi begitu tatapan mereka beradu, wanita itu langsung memalingkan wajahnya dan melangkah pergi begitu saja.
Selena mengerjapkan kedua matanya pelan, merasa ada yang janggal tapi ia memilih diam. Selena hanya menatap punggung wanita itu yang menghilang di tikungan lorong rumah sakit, lalu menghela napas panjang.
“Sayang, kamu kenapa?” tanya Erlan lembut, berhasil mengalihkan atensi Selenaa.
“E-enggak, gak apa-apa, mas.” jawabnya pelan, sambil tersenyum samar untuk menutupi perasaan tak nyaman yang tiba-tiba muncul tanpa alasan.
.
.
.
Haiii²🤗🤗 jangan lupa dukungannya semua readers kesayangan Buna. Like, vote dan komen... Thank you 🎀❤️
dan sekarang datang