NovelToon NovelToon
The Absurd Girl And The Cold Flat Boy

The Absurd Girl And The Cold Flat Boy

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos
Popularitas:355
Nilai: 5
Nama Author: Irma pratama

Gimana jadinya gadis bebas masuk ke pesantren?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penunggu Pohon Mangga

...BAB 3...

...PENUNGGU POHON MANGGA...

Malam di pesantren terasa lebih sunyi dari biasanya. Di luar, angin berdesir pelan, menyusup lewat jendela yang sedikit terbuka. Cahaya bulan pucat menyorot ke dalam kamar asrama, cetakan-cetakan kasur berderet yang diisi santri yang sudah terlelap. Tapi Arabella masih bertahan duduk di tepi ranjang dengan kebosanan yang memeluk jiwanya.

“Hah... bosen banget deh, biasanya jam segini gue lagi siap-siap ikut nongkrong.” Gumamnya menerawang.

Arabella yang semakin bosan melangkahkan kakinya keuar kamar, sunyi sepi itulah gambaran keadaan luar kamar, di temani angin malam yang berhembus lembut menyapu halaman yang lenggang, Arabella melangkah pelan menuju tempat sekiranya dia bisa mengusir kebosanannya.

Hingga tatapan binar muncul kala melihat pohon mangga besar yang menjulang dihalaman pesantren. Senyum jahil muncul di wajahnya.

Hah... kenapa nggak? Pikirnya.

Dengan gesit, Arabella mengumpulkan lengan bajunya dan mulai melepas sandal yang dia pakai. Arabella sudah biasa melakukan hal ini sejak kecil di rumahnya yang besar. Dia sering naik pagar atau pohon hanya sekedar cari angin atau iseng.

ilustrasi

Dalam waktu singkat, Arabella sudah duduk di salah satu cabang besar, menggoyangkan kakinya dengan santai. Dari atas sini, dia bisa melihat seluruh halaman pesantren.

“Hmmm.. kalo diliat dari sini pesantrennya luas banget ya, hoaaaammmm”

Angin lembut menerpa wajah Arabella, hingga membuatnya mengantuk.

“Ck.. kok gue malah ngantuk sih?!” gumamnya dan mencari posisi nyaman untuk merebahkan dirinya di dahan pohon.

“Tidur disini bentaran boleh kali ya...” monolognya melipat tangan dan meringkuk dengan nyaman di atas pohon.

Dini hari di pesantren selalu terasa berbeda. Udara masih dingin, menyelusup melalui celah jendela, menyentuh kulit dengan lembut namun menusuk hingga ke tulang. Langit gelap bertabur bintang, masih menampakkan keindahannya.

Dari perbincangan, suara ayam pertama mulai berkokok, memecah kesunyian yang sejak tadi begitu khusyuk. Beberapa santri sudah bangun lebih awal, berjalan pelan menuju tempat wudhu dengan mata yang masih setengah terpejam. Di sudut masjid ada yang duduk bersimpuh, berbisik dalam doa yang hanya Tuhan dan dirinya yang tau.

Di asrama, sebagian santri masih terlelap, sesekali bergerak dalam mimpi mereka. Tapi ada juga yang sudah bangun diam-diam, hanya duduk termenung di tepian kasur, memikirkan sesuatu yang mungkin tidak bisa mereka ungkapkan dengan kata-kata.

Dini hari di pesantren bukan sekedar waktu sebelum subuh. Dia adalah peralihan antara mimpi dan kenyataan, antara kesunyian dan doa. Dan di suatu tempat dalam ketenangan itu, selalu ada cerita yang berbeda.

“Loh, Bella kemana ya?” tanya Dina yang memang tidur di sebelah Arabella.

“Mungkin nggak sih teh dia udah bangun?!” jawan Elis sambil mengucek matanya yang masih mengantuk.

“Sari di kamar mandi ada Bella nggak?” tanya Dina yang melihat Sari dari arah kamar mandi.

Sari pun menggeleng kepala pertanda bahwa Arabella tidak ada di kamar mandi.

“Lah, trus kemana itu anak ya, apa dia udah ke masjid duluan?” tebak Sari.

“Ya udah sih, kita susul aja yuk...” ajak Dina.

Mereka semua beranjak menuju masjid, untuk sholat tahajud dan tadarus sambil menunggu adzan subuh.

****

Dari arah santri putra Balwa dan Balwi santri kembar, yang selalu kemana-mana berdua sedang duduk di bawah pohon mangga menunggu teman-temannya untuk pergi bersama ke masjid.

Grooooookkkk...

“Astagfirullah... Wa kamu denger sesuatu nggak?” tanya Balwi celingukan.

Balwa yang sedang membaca tulisan di bukunya berhenti sejenak menatap kembarannya.

“Suara apa?”

Groooooookkkk...

“Nah... denger kan?” heboh Balwi.

“Kayak suara orang yang lagi tidur ngorok..” jawab Balwa saling pandang dengan Balwi.

“Jangan-jangan penunggu pohon ini lagi Wa..” terka Balwi sambil beranjak ingin melirik ke atas pohon.

Balwa sudah menggosok lengannya entah karna dia merasa merinding gara-gara perkataan Balwi, atau karena angin malam yang menerpa kulitnya.

Groooooookkkk...

“Astagfirullah...” kaget Balwi ketika mendongak menatap ke atas pohon melihat kain putih yang tertiup angin.

“Kenapa Wi?” bisik Balwa.

“Ada kain putih melayang..” jawab Balwi berbisik tak kalah lirih.

Mereka saling pandang, rasa takut mengalahkan rasa penasaran mereka, bukannya berlari tapi mereka ingin memastikan makhluk apa yang berada di atas pohon.

Groooooookkkk...

“Makhluk apa kira-kira ya Wi, kalo itu teh ‘Nti pasti ketawa atau nangis kan? Tapi kenapa ini malah ngorok? Apa teh ‘ntinya kecapean terus ketiduran?” cerocos Balwa dengan tebakan absurdnya.

Tuk..

Balwi pun menyentil Balwi.

“Mana ada kuntilanak tidur?! Mungkin kuntilanaknya lagi batuk jadi suaranya serak,” jawab Balwi tak kalah absurd.

Tak lama perbincangan mereka terhenti, karena kemunculan santri lain dari arah asrama putra.

“Balwa.. Balwi... ayok! Kalian kenapa pe;ukan dah? Udah kayak teletubis aja..” ledek Devan menatap Balwa dan Balwi yang berpelukan mesra.

Balwa dan Balwi yang mendengar ledekan Devan, melirik satu sama lain dan melepaskan pelukannya.

“Dev.. Dev sini dulu deh... kalian juga ikut sini..” Balwa menarik tangan Devan ke arah pohon mangga.

“Apaan sih Wa... Jangan maen tarik-tarik gini ihh...” gerutu Devan.

“Nah coba deh kalian liat di atas pohon menurut kalian makhluk apa itu?” tunjuk Balwa.

Groooooookkkk... Groooooookkkk... Groooooookkkk...

Semua melirik kearah yang ditunjuk Balwa dan semua membelalak saat melihat kain putih melambai-lambai terttiup angin.

“Astagfirullah...” teriak mereka kaget sampai mengundang seisi pesantren penasaran.

“Makhluk apa itu?”

Teman-teman Arabella yang melintasi Balwa dan Balwi CS pun ikut penasaran ada kehebohan apa yang terjadi disana.

“Din, ada apa ya? Kenapa mereka ngumpul disana?” tanya Sari kepo.

“Nggak tau juga, kita liat aja yuk?!” ajak Dina.

“Assalamualaikum...” suara lembut Sari membuat para santri pria melirik ke arahnya.

“Waalaikumsalam, eh Neng Sari ada apa ya Neng?” tanya Devan menggoda.

Groooooookkkk...

“Astagfirullah.. suara apa itu?” kaget Elis.

Para pria tidak menjawab hanya menunjuk ke atas pohon, teman Arabella mengikuti arah yang ditunjuk mereka dan seketika melotot karena melihat kain putih melambai-lambai, Elis dan Sari saling berpelukan karena takut, tapi Dina yang penasaran menyelidik makhluk apa yang berada di atas pohon hingga matanya membelalak.

“Astagfirullah! Arabella?! Ngapain kamu di sana?!” teriak Dina membuat semua orang menutup telinganya.

“Hah? Arabella?”

“Arabella...” teriakan heboh Dina mengundang perhatian para Ustad dan Ustadzah serta Ustad Izzan yang akan menuju Masjid.

“Ada apa ini?” suara bariton dengan nada dingin menyapu pendengaran mereka.

“Ustad..”

Mereka menunduk saat melihat Gus Izzan saat menatap mereka.

“Ada apa?” tanyanya kembali.

“Iiii--- Itu Ustad.. teman saya.. ada di atas pohon..” jawab Sari dengan gugup karena takut.

Sedangkan diatas pohon Arabella yang terganggu karena banyak nyamuk akhirnya terbangun.

“Hooaaaaaaammm... Ukhh.. nyenyak banget akhirnya... padahal Cuma tidur bentar..”

Mendengar suara riuh dari bawah pohon membuat Arabella penasaran dan menunduk, Arabella pun kaget kenapa sudah ada banyak orang yang berkumpul.

“Hei... kalian lagi ngapain di bawah pohon? Mau metik mangga? Besok aja deh.. kalo jam segini mah nggak keliatan!” cerocos Arabella membuat semua orang menepuk jidat.

“Harusnya tuh kita yang nanya, kamu ngapain diatas pohon?” teriak Dina membuat semua orang kembali mengusap kupingnya.

“Eeee.. gue Cuma nyobain tidur di sini...” jawab Arabella cengengesan.

“Turun!” suara Ustad Izzan menghentikan tawa Arabella.

“Eh.. Agus... Gus ngapain di situ juga?” tannya Arabella heran.

“Arabella turun ya... kita tahajud dan tadarus dulu sambil nunggu adzan subuh..” Rayu salah satu Ustadzah lembut membuat Arabella mengangguk.

“Iya Bell, ayok turun nanti kalo kamu jatoh gimana?” ucap Elis khawatir.

Sementara Arabella hanya cengengesan.

“Santai aja kali, gue tuh udah biasa naek ginian.”

Tiba-tiba...

KRRRAAAAAKKK

Cabang tempatnya berpijak berbunyi patah. Arabella pun menegang. Beberapa detik kemudian...

BRRRUUKKK!!!

Arabella jatuh dengan sukses, bukan langsung ke tanah, tapi ke semak-semak di bawah pohon. Santri-santri berteriak, beberapa berlari mendekat. Sari yang pertama kali sampai, melihat Arabella yang masih terduduk di semak-semak dengan ekspresi kaget.

...ilustrasi...

“Bell... Kamu nggak apa-apa kan?” tanya Sari panik.

Alih-alih kesakitan, Arabella malah tertawa ngakak. “Tenang Sar, Gue baik-baik aja! Wah seru juga sih!” katanya sambil memegang pantatnya yang ngilu.

Santri-santri lain melongo. Semua menggelengkan kepala, tidak percaya dengan kelakuan gadis absurd ini. Tapi sejak hari itu, pohon mangga di taman pesantren memiliki sejarah baru, tempat pertama dimana Arabella terjatuh.

ilustrasi

“Hahahaha...” tawa Balwa melihat Arabella.

“Katanya udah biasa tapi malah nyungseb!” ledek Balwa yang langsung mendapat tatapan tajam Arabella.

Semua yang mendengar ledekan Balwa menahan tawanya, karena penampilan Arabella yang acak-acakan gegara nyungseb.

“Heh... gue cuman akting ya! Biar ada keseruan aja pas turun..”

“Trus sakitnya juga akting?” ledek Balwi membuat Arabella cemberut.

Dan tanpa mereka sadari dan ketahui Ustad Izzan diam-diam tersenyum kecil melihat Arabella yang cemberut.

Lucu... batinnya.

1
Tara
jodohmu kaga jauh ...smoga cepat bucin ya...🤭🫣🥰😱🤗👏👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!