NovelToon NovelToon
Star Shine The Moon

Star Shine The Moon

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Murni
Popularitas:513
Nilai: 5
Nama Author: Ulfa Nadia

Setelah kecelakaan misterius, Jung Ha Young terbangun dalam tubuh orang lain Lee Ji Soo, seorang wanita yang dikenal dingin dan penuh rahasia. Identitasnya yang tertukar bukan hanya teka-teki medis, tapi juga awal dari pengungkapan masa lalu kelam yang melibatkan keluarga, pengkhianatan, dan jejak kriminal yang tak terduga.

Di sisi lain, Detektif Han Jae Wan menyelidiki kasus pembakaran kios ikan milik Ibu Shin. Tersangka utama, Nam Gi Taek, menyebut Ji Soo sebagai dalang pembakaran, bahkan mengisyaratkan keterlibatannya dalam kecelakaan Ha Young. Ketika Ji Soo dikabarkan sadar dari koma, penyelidikan memasuki babak baru antara kebenaran dan manipulasi, antara korban dan pelaku.

Ha Young, yang hidup sebagai Ji Soo, harus menghadapi dunia yang tak mengenal dirinya, ibu yang terasa asing, dan teman-teman yang tak bisa ia dekati. Di tengah tubuh yang bukan miliknya, ia mencari makna, kebenaran, dan jalan pulang menuju dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulfa Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

제 3 장

Yeo Jin menjemput Ha Young di depan Sunhwa Galeri. Matanya sempat menangkap sosok gadis berambut panjang yang tadi bersama Hee Jae. Ha Young melirik ke arah mereka, lalu bergumam pelan, “Aku benar-benar penasaran siapa gadis itu…”  Ia tampak lumayan. Cukup... untuk membuat Ha Young merasa cemburu.

Malam itu, Ha Young baru saja pindah ke apartemen barunya. Ruang yang seharusnya memberi ketenangan justru menjadi saksi kesakitan. Ia meringis, tubuhnya melipat menahan nyeri. Awalnya ia pikir penyakit maagnya kambuh. Tapi kali ini berbeda rasa sakit menusuk di perut bagian kanan bawah, tajam dan tak biasa.

Dengan susah payah, ia berdiri dan mencari pil penghilang rasa sakit. “Kenapa harus kambuh saat Eunjung tidak ada…” keluhnya, suara nyaris tenggelam oleh rasa sakit.

Biasanya Eunjung yang tahu di mana obat disimpan. Biasanya Eunjung yang mengurusnya saat tubuhnya menyerah. Tapi malam ini, ia sendirian.

Tak kuat lagi, Ha Young keluar dari apartemen. Langkahnya sempoyongan, tangan memegang perut, berharap ada seseorang yang bisa menolong. Di lorong yang sepi, ia mendengar langkah kaki mendekat. Tapi sebelum sempat meminta tolong, tubuhnya tumbang.

Samar-samar, suara seseorang menyentuh telinganya. “Sadarlah… sadarlah, nona. Ada apa denganmu?” Suaranya terdengar khawatir, tapi jauh.

“Tol...long aku…” bisik Ha Young, nyaris tak terdengar.

Lalu semuanya gelap.

Saat cahaya menyentuh matanya, Ha Young tersadar. Tapi tempat itu bukan rumah sakit. Ia berada di ruang gelap, sunyi, seperti mimpi yang tak ramah.

Dari kegelapan, muncul sosok laki-laki berpakaian serba hitam. Wajahnya tak jelas, tapi suaranya dingin dan datar.

“Apakah kamu bintang itu?” tanyanya.

Ha Young diam. Tubuhnya gemetar, pikirannya bingung. Ia tidak tahu siapa laki-laki itu, atau di mana ia berada.

“kamu bersinar seperti bintang,” lanjutnya. “Tapi kamu tahu, bintang harus berada di sisi bulan agar tetap bersinar.”

“Apa maksudmu?” tanya Ha Young, suara bergetar.

“Kamu akan mengerti… saat tragedi itu datang. Saat kau bersatu dengan bayanganmu. Bintang memang punya sinarnya sendiri. Tapi sinar itu hanya untuk bulan. Dan meski bintang tampak kuat, ia tak bisa melindungi bulan. Justru bulanlah yang akan melindungi bintang. Karena bintang… sangat lemah.”

Laki-laki itu berbalik, melangkah pergi, meninggalkan Ha Young dalam gelap dan gemetar.

“Siapa kamu? Di mana aku?” pekik Ha Young, suaranya menggema dalam ruang gelap itu.

Laki-laki berpakaian hitam terus berjalan, tak menoleh. Asap tebal mulai menyelimuti sekeliling, menelan sosoknya perlahan. Ha Young panik. Ia ingin berlari, tapi tubuhnya tak bisa bergerak.

Dan tiba-tiba gelap itu pecah.

Ha Young terbangun. Napasnya terengah, matanya menatap langit-langit putih. Ia berada di rumah sakit. Lampu redup, aroma antiseptik, dan suara mesin monitor yang berdetak pelan.

Di sampingnya, Yeo Jin dan CEO Song sudah menunggu.

“Kamu sudah sadar, Jung Ha Young?” tanya CEO Song, nada suaranya tenang tapi khawatir.

“Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa di sini?” tanya Ha Young, bingung.

“Kamu baru saja menjalani operasi usus buntu. Untung saja ada seseorang yang langsung membawamu ke rumah sakit,” jelas CEO Song.

Seorang pengawal masuk. “Wartawan semakin banyak di depan, tapi tenang saja. Mereka tidak akan bisa masuk.”

“Terus kau awasi saja di luar. Biar aku yang urus semuanya,” kata CEO Song. Ia menoleh ke Ha Young. “Dokter bilang kamu harus istirahat di sini selama tiga hari. Jangan pikirkan hal lain. Serahkan semuanya padaku.”

Ha Young menatap pria berbadan besar yang berdiri di pintu. “Aku kenal dia. Dia adalah bodyguard-ku saat kecil,” ujarnya pelan.

CEO Song hanya mengangkat alis, mengiyakan.

Ha Young kembali berbaring, mencoba memejamkan mata. Tapi mimpi tadi kembali menghantui pikirannya. Sosok laki-laki itu, kata-katanya, bayangan yang menyelimuti.

“Apa yang baru saja aku lihat?” gumamnya pelan. “aku benar-benar tidak mengerti.”ujar Ha Young sambil memegang kepalanya yang masih sedikit pusing

Ia bangkit perlahan dari tempat tidur, menatap sekeliling ruangan yang begitu sepi. Dinding putih, tirai abu-abu, dan suara detak jam yang terdengar terlalu nyaring. Semuanya terasa asing. Seperti dirinya sedang berada di antara dua dunia yang nyata dan yang tak terlihat.

Ha Young meraih remote dan menyalakan televisi, sekadar untuk mengusir sepi. Tapi seketika, siaran itu menyorot dirinya.

“Jung Ha Young, dewi korea kita saat ini tengah dirawat di rumah sakit akibat serangan usus buntu. Ia telah menjalani operasi dan kini dalam masa pemulihan. Menariknya, orang yang menyelamatkan dan membawanya ke rumah sakit ternyata adalah seorang detektif dari Kepolisian Seoul, yang menemukannya pingsan di depan apartemennya,” ujar reporter dengan nada antusias.

“Kita akan berbicara dengan saksi mata yang melihat kejadian tersebut.”

“Bu, apa yang Anda lihat saat kejadian itu?” tanya reporter pada seorang ajumma, tetangga Ha Young.

“Saya benar-benar tidak tahu kalau tetangga saya itu Jung Ha Young. Tapi saya melihat pria itu menggendongnya di punggungnya. Ia tampak sangat khawatir,” tutur ajumma itu.

“Siapakah pria misterius yang menyelamatkan dewi Korea kita, Jung Ha Young? Identitasnya masih belum diketahui,” tutup reporter.

Ha Young mematikan televisi. Ruangan kembali sunyi. Semua orang tahu ia sedang dirawat. Semua orang bicara tentangnya. Tapi satu orang yang paling ia harapkan... tidak datang.

Ayahnya.

Ia teringat saat ibunya pergi meninggalkannya. Ia hanya bisa menangis di sudut kamar, dalam diam, karena tak ingin ayahnya tahu bahwa ia rapuh. Dan malam ini, ia kembali menangis dalam kesunyian. Kepala tertunduk, bahu bergetar pelan. Ia tak sadar, ada seseorang yang melihatnya dari kejauhan.

Entah berapa lama ia mencurahkan kesedihannya. Kini ia duduk di taman rumah sakit, menatap bintang-bintang yang bertabur di langit. Malam terasa dingin, tapi langit tetap indah.

Tiba-tiba, seorang pria mendekat dan menyodorkan sebotol air.

Ha Young terkejut. Ia buru-buru bangkit dari bangku, mengira pria itu adalah wartawan yang berhasil menyusup.

“kamu belum sempat mengucapkan terima kasih padaku, Jung Ha Young-ssi,” sapa pria itu tenang.

Ha Young menghentikan langkahnya. Ia menoleh perlahan, menatap pria yang menyapanya. Pria itu berjalan mendekat, tapi Ha Young hanya berdiri mematung, tak tahu harus berkata apa.

Ada sesuatu dalam sorot mata pria itu tenang, dalam, dan tak asing. Tapi juga menyimpan misteri.

“Perkenalkan, aku Han Jae Wan. Detektif dari Kepolisian Seoul,” ujar pria itu tenang, menyodorkan botol air dengan sopan.

Ha Young tersentak. Ia menatap Jae Wan dengan mata membulat. “Kau... detektif yang dibicarakan di televisi? Yang menggendongku ke rumah sakit?” tebak Ha Young

Jae Wan hanya tersenyum tipis, tak menjawab langsung. Ia memandang wajah Ha Young yang masih tampak pucat, sorot matanya penuh perhatian.

“apa kamu masih merasa tidak sehat, Jung Ha Young-ssi?” tanyanya lembut. “Wajahmu terlihat sangat pucat.”

“Benarkah?” sahut Ha Young, sedikit cemas seraya memegang pipinya dengan kedua tangannya “Aku merasa jauh lebih baik sekarang. Dan... terima kasih. Berkatmu, aku masih bisa hidup hari ini.”

Ia menunduk sedikit, tangannya refleks memegang perutnya yang kembali terasa nyeri. Tepat saat itu, tubuhnya bereaksi secara tak terduga suara kecil terdengar, dan Ha Young membeku.

Matanya membesar. Wajahnya memerah. Ia tahu, untuk seorang artis sepertinya, momen seperti itu sangat memalukan.

Jae Wan, yang menyadari situasi, hanya tersenyum sopan dan mengalihkan pandangan. Ia tidak menertawakan, tidak mengomentari. Justru sikapnya yang tenang membuat Ha Young merasa sedikit lega.

“Maaf...” bisik Ha Young, nyaris tak terdengar. “Kebetulan... apa kamu dengar suara tadi?” tanya Ha Young pelan, wajahnya memerah, menahan malu.

Mimik polosnya membuat Jae Wan nyaris tertawa. Ia tahu persis apa yang baru saja terjadi, tapi memilih bermain aman.

“Suara apa yang kamu maksud?” balasnya, pura-pura tidak tahu.

“Sungguh...? kamu tidak dengar suara apa pun? Seperti... suara...” Ha Young mencoba menjelaskan, tapi kata-katanya menggantung. Ia tak sanggup melanjutkan. Terlalu memalukan untuk seorang artis sepertinya.

Jae Wan tersenyum. “Yang kudengar hanya suara perut yang kelaparan. Setelah operasi, kamu belum makan apa-apa, bukan? Kembalilah ke bangsalmu. Makanan pasti sudah menunggu di sana.”

“apa!” kata Ha Young sambil menatap Jae Wan dengan wajah bingung Tapi sebelum melangkah, ia berbalik. “Ah, aku hampir lupa. Aku akan memberimu hadiah... karena telah menyelamatkan nyawaku. Manajerku akan mengantarkannya padamu.”

Jae Wan menggeleng pelan. “Aku tidak butuh hadiah apa pun darimu. Aku seorang detektif. Menolong warga yang membutuhkan, apalagi yang sedang sekarat, itu sudah tugasku sebagai polisi.”

“Wah, anda luar biasa. Ternyata detektif Han bisa bicara blak-blakan juga, ya,” ucap Ha Young sambil tersenyum. “Tapi aku tidak peduli. Aku tidak mau punya hutang padamu.”

Jae Wan menatapnya, matanya tenang. “Aku tidak pernah merasa kamu berhutang padaku. Mungkin... saat itu aku hanya kebetulan ada di sana. Karena memang aku ingin menemuimu.”

Ha Young terdiam. “Menemuiku?” ulangnya, penasaran. Ia memperhatikan ekspresi Jae Wan yang kini tampak serius.

“Ya,” jawab Jae Wan singkat.

Ha Young menunggu penjelasan, tapi Jae Wan hanya menatapnya dalam diam. Ada sesuatu yang belum ia katakan. Sesuatu yang membuat udara malam terasa sedikit lebih berat.

“Tapi kurasa sekarang bukan saatnya. Aku akan menemuimu lagi... saat kamu sudah benar-benar pulih,” ujar Jae Wan sebelum melangkah pergi.

Ha Young terdiam, bingung. Kata-kata itu menggantung di benaknya. Kenapa seorang detektif ingin menemuinya? Ada sesuatu yang belum terungkap, dan rasa penasaran itu mulai tumbuh.

Saat ia berniat menyusul Jae Wan, suara lain memanggilnya.

“Ha Young-ah!”

Ia menoleh. Suara itu tak asing. Hangat dan penuh perhatian.

“Hee Jae oppa,” ucap Ha Young, tersenyum kecil.

“Ternyata kamu di sini. Aku mencarimu ke kamar, kukira kamu bakal kesepian,” ujar Hee Jae, nada suaranya khawatir.

“Aku hanya bosan. Jadi keluar sebentar cari udara segar.”

Hee Jae mengangguk, lalu mengantar Ha Young kembali ke bangsal. Di depan pintu, Yeo Jin dan Eunjung sudah menunggu. Begitu melihat Ha Young, Eunjung langsung berlari menghampirinya.

“Ha Young-ah! Kamu ke mana saja? Aku khawatir. Kenapa bisa sampai usus buntu?” tanya Eunjung, wajahnya cemas.

“Eunjung ah maaf sudah membuat kamu khawatir, dan kamu jadi harus kembali. Apa ibumu baik-baik saja?” tanya Ha Young lembut.

“Eumm... untungnya penyakit ibuku tidak separah dirimu yang harus dioperasi,” jawab Eunjung sambil tersenyum. Ha Young membalas senyuman itu dengan hangat.

Hee Jae membuka bucket bunga lavender yang ia bawa dan menyerahkannya pada Ha Young. Aroma lembut bunga itu memenuhi ruangan, dan Ha Young terharu. Di saat semua orang sibuk dengan urusan masing-masing, Hee Jae tetap datang. Tetap peduli. Tetap ada.

Selain Yeo Jin dan Eunjung, hanya Hee Jae yang membuatnya merasa tidak sendirian.

Ada banyak alasan seseorang bisa jatuh cinta. Tapi bagi Ha Young, perhatian yang konsisten, kehadiran yang tak pernah menuntut, dan ketulusan yang tak pernah pudar... itulah yang membuatnya jatuh hati.

Ia tahu, Hee Jae bukan pria sempurna. Tapi ia karismatik, dewasa, dan selalu menjaga Ha Young sejak masa kuliah. Dan kini, perasaan itu tumbuh pelan-pelan. Diam-diam. Tapi nyata.

1
knovitriana
update Thor, saling support
Xia Lily3056
Gemesin banget si tokoh utamanya.
Muhammad Fatih
Membuat terkesan
🥔Potato of evil✨
Aku bisa merasakan perasaan tokoh utama, sangat hidup dan berkesan sekali!👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!