Warga desa yang berasal didaerah pulau kecil yang terletak dibagian wilayah Timur mendadak dihebohkan dengan penemuan mayat dengan tubuh yang tinggal tulang belulang saja, karena bagian daging dan organ tubuhnya habis tidak tersisa.
Awalnya warga mengira jika korban dimakan hewan buas. Namun hal itu terbantahkan setelah beberapa warga menghilang dan ditemukan dalam kondisi yang sama dengan menyisakan tulang belulang saja.
Tak hanya itu, teror semakin merebak, dimana pelaku sudah menyerang mereka saat berada didalam rumah.
Siapakah sang peneror? Dan warga menyebutnya 'Hantu Suanggi, sebab berasal dari daerah pulau tempat dimana mereka tinggal berdekatan.
Apakah warga dapat menemukan sang peneror?
Ikuti kisah selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bocah Malang
Tommy menatap sang gadis. Mencoba memberikan senyum ramah, namun hanya sebuah tatapan dingin sebagai balasannya, dan hak itu membuat sang pria kembali mengulum senyumnya yang sempat terkembang.
Wanita itu berjalan melenggok dengan memperlihat lekuk tubuhnya yang ia sebut gitar Spanyol. Sebuah selendang berwarna biru bercampur kuning keemasan menutupi sebagian tubuhnya yang berkulit putih bersih, berbeda dari kulit warga lainnya.
Kali ini rambutnya ia biarkan tergerai, lalu dikucir sebagian kecil pada bagian tepinya, namun memperlihatkan kecantikannya yang alami, tanpa polesan make berlebih.
Tubuhnya ramping, dan ia memiliki dua mata indah yang membuat Tommy tak dapat melupakan tiap detail pahatan indah dari Dia Sang Pencipta untuk dianugerahkan pada sang gadis misterius.
Sang gadis melangkah kearah utara, melewati jalanan yang tampak becek karena ditimpa hujan beberapa waktu yang lalu, namun hal itu tak membuat percikan lumpur mengotori tungkai kakinya, meskipun ia berjalan tanpa alas.
"Sungguh indah ciptaan-Nya, meskipun ia sedingin salju," gumam Tommy, lalu tersenyum seorang diri, dan menghela nafasnya.
Ia menatap sang gadis hingga menghilang dibalik rerimbunan pohon damar dan entah kemana, sebab sang pria belum sempat untuk menjelajahi wilayah tersebut, sebab ia baru saja tiba sore semalam.
Ia kembali masuk ke dalam rumah, dan mulai berberes untuk menata pasokan obat-obatan yang akan ia gunakan untuk mengobati para warga yang membutuhkan.
Namun sejujurnya ia merasa sedkit merasa gelisah, sebab hampir seluruh warga masih mempercayai pengobatan alternatif yang berpegang pada kekuatan Roh Leluhur mereka.
Saat ia masih sibuk dengan pekerjaannya, ia mendengar suara-suara nyanyian yang baru pertama kali ia dengar, dan itu berasa dari rumah duka yang berjarak lima puluh meter dari rumah dinasnya.
Ia merasa penasaran, dan menghentikan pekerjaannya, lalu mencoba menyambanginya, sebab ia tidak pernah melihat acara adat untuk pemakaman dalam sebuah tradisi yang masih dijunjung tinggi.
Jasad yang hanya tinggal tulang belulang itu sudah siap akan dimakamkan dengan dibalut kain berwarna putih sebagai penutupnya.
Para Datu membaca doa dan nyanyian kepada para roh leluhur yang dipercaya akan memberikan perlindungan kepada ruh sang jasad yang akan disemayamkan.
Tommy tampak begitu memperhatikan setiap detail upacara yang sedang berlangsung.
Lalu acara pembagian sesaji bagi pelayat berupa masakan khas hotong yang merupakan campuran beras, labu dan juga kacang merah yang dimasak menjadi bubur.
Ia meneima pemberian dari sang pemilk rumah, lalu mulai mencicipinya, dan saat akan menyuapkan ke mulutnya, ia dikejutkan oleh sosok sang gadis yang tiba-tiba saja telah duduk diantara para tamu pelayat.
Sontak saja Tommy hampir menyemburkan makanannya jika tidak cepat menutup mulutnya.
Bagaimana mungkin gadis itu dapat begitu cepat tiba dikediaman duka, jika saja tadi ia melihatnya masih berada diujung jalan.
Tommy merasa jika ada sesuatu yang janggal dari wanita cantik tersebut, namun ia mencoba menyembunyikan segala rasa penasarannya, sebab merasa dikampung orang.
Acara ada telah selesai, dan jasad akan dimakamkan, maka para pelayat membubarkan diri, termasuk Tommy, setelah berpamitan pada suami yang sedang berduka.
*****
Seorang bocah laki-laki berusia tiga tahun sedang terbaring didalam kamar seorang diri. Tubuhnya sangat panas. Ayahnya sedang bekerja diperantauan, tepatnya didaerah pesisir yang mana disana lebih menjanjikan tentang keuangan, sehingga mereka harus berpisah.
Sedangkan sang ibu masih meracik obat yang diberikan oleh Lehalima yang mana pagi tadi mengobatinya, dan mengatakan jika malam ini rasa sakitnya akan sembuh.
Namun sejak siang tadi, panasnya tak juga turun, dan parahnya sesaknya semakin parah.
Bayi itu terlihat mengerang kesakitan, dadanya semakin sesak dan mempersempit jalan pernapasannya, dimana ia seolah merasakan ada sesuatu yang sedang menyumbat paru-parunya.
Sedangkan diatas galangan kayu rumahnya, terdapat seekor cicak bermata merah menyala yang sedang memperhatikannya dengan begitu intens.
Ditempat lain, sesorang, sedang menghadap sebuah anglo yang berisi bakaran arang tempurung kelapa. Ia menaburkan kemenyan dan sebuah ranting kayu ia ia letakkan ditelapak tangannya dan diasapi oleh asap kemenyan, lalu ia membaca sebuah mantra dengan bibirnya yang keriput dan jari jemarinya yang juga sama keriputnya.
Perlahan memejamkan kedua matanya. Lalu menajamkan pendengarannya untuk membaca arah mata angin agar apa yang akan ia kirimkan sampai kepada korbannya.
Sesaat ia menemukan apa yang dicarinya. Lalu membuat ranting kayu sepanjang sepuluh centimeter terbang melesat menuju tempat korbannya berada.
Saat bersamaan, bocah laki-laki berusia tiga tahun itu menangis dengan kencang, hingga sebuah ranting kayu masuk kedlaam mulutnya, lalu bersang diparu-parunya, dan ini adalah kiriman yang ketiga kalinya.
Sesaat bocah itu menangis kejer karena rasa sakit yang tak dapat ia tahan, lalu sang ibu datang membawa ramuan yang ia bawa dan berniat untuk diminumkan kepada sang bayi, namun naas, tubuhnya mengejang, dan sang ibu merasa panik, lalu bergegas keluar untuk meminta bantuan kepada para tetangganya.
"Tolong, toloooong, bayi saya," teriaknya dengan kalut.
Keheningan malam yang penuh duka karena ada tetangga mereka masih berkabung, mendadak dihebohkan dengan suara teriakannya.
Mendengar teriakan sang wanita, sebagian warga berhamburan keluar rumah, lalu menghampirinya dan bertanya tentang apa yang terjadi.
"Apa yang terjadi? Mengapa kau berteriak minta tolong?"
"Anakku, anakku, tolong bantu." ia terlihat tergagap dalam menyampaikan ucapannya, lalu mengajak warga untuk membantunya.
Namun saat ia berada diambang pintu, wanita berteriak histeris. Ia dikejutkan oleh penampakan yang membuat jantungnya terasa berhenti berdetak.
Karena tak sanggup untuk melihatnya, ia.merasakan pandangannya menggelap, lalu tak sapat lagi melihat apapun.
Orang-orang mencoba menangkap tubuhnya yang linglung, dan saat mereka melongok ke dalam kamar, mereka serentak histeris, ketika melihat sosok tubuh sang bocah malang yang sudah menyisakan tulang belulang dan tengkoraknya saja.
Sontak.saja hal itu kembali membuat duka bagi warga desa dan kejadian ini sudah terjadi kedua kalinya.
"Suanggi, ini ulah hantu Suanggi, dia datang untuk meneror kita!" ungkap salah satu sepuh desa yang sempat melihat seekor cicak bermata merah melesat keluar dari bubungan rumah tanpa plafon.
"Darimana, Datu tau kalau ini adalah perbuatan hantu Suanggi?" tanya.salah satu warga yang merasa penasaran.
Sedangkan Tommy yang ikut melihat kejadian itu harus kembali tercengang dengan apa yang dilihatnya. Ia sangat syok. Bagaimana tidak, bocah itu pagi tadi baru saja ia periksa, namun malam ini ditemukan dalam kondisi mengenaskan.
Sang Datu terlihat sangat kesal. Bagaimana tidak, ia harus kehilangan warganya kembali, dengan cara yang sangat sadis.
Sedangkan kemampuan hantu Suanggi ialah dapat merubah wujudnya menjadi apa saja yang diinginkannya dalam menghabisi korbannya.
mkne jgn mudh di hasut lahh kann mbalek kann
itulah yg terjadi pada si ibu nya milea
tp klo di lihat dr ilmu hitam nya ngeri juga e awk baca nya masa iya makan dan minum darah hiii smoe licit tuh tulang kekk kucing makan tulang aja. 🫣🫣🫣