Lin Muwan terkubur di makam kuno Permaisuri Qing dari Era Jingyuan yang tidak dikenal ketika menjalankan misi mencari jejak sejarah.
Namun, dia kemudian terbangun di tubuh selir Pangeran Kesembilan Dinasti Jing yang dibenci karena merupakan keturunan pemberontak. Lin Muwan kemudian menyadari bahwa dia datang ke masa saat Permaisuri Qing hidup.
Plum dan aprikot yang mekar di taman adalah kesukaannya, namun kehidupan yang bagus bukan miliknya. Hidupnya di ujung tanduk karena harus menghadapi sikap suaminya yang sangat membencinya dan masih mencintai cinta pertamanya. Dia juga mau tidak mau terlibat dalam persaingan takhta antara putra Kaisar Jing.
Pangeran Kedua yang lemah lembut, Pangeran Keempat yang penuh siasat, Pangeran Kesembilan yang dingin, siapakah di antara mereka yang akan menjadikannya Permaisuri? Dapatkah dia kembali ke kehidupan asalnya setelah hidupnya di Dinasti Jing berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 2: SELIR PANGERAN KESEMBILAN
Rasa sakit tidak tertahankan memaksa Lin Muwan menemukan kembali kesadarannya yang sempat hilang akibat tertimpa reruntuhan makam kuno.
Lin Muwan perlahan membuka matanya, melihat pemandangan hijau gelap dari dedaunan pohon yang rimbun di atasnya.
Rintik-rintik hujan jatuh mengenai wajahnya, membasahi kelopak matanya. Dia mengedipkannya berkali-kali untuk menyingkirkan tetesan air hujan dari matanya.
Lin Muwan tidak bisa bergerak. Seluruh tubuhnya remuk redam seperti baru dibanting dari atas tebing.
Rasa sakit yang lebih parah berasal dari bahu kanannya. Dari samping matanya, dia melihat sebuah anak panah tertancap di bahu kanannya, merobek kain dan kulitnya.
“Nona… Xiu’er, Xiu’er tidak bisa melindungi nona lagi…”
Suara lemah dari seorang perempuan muda yang ada di samping Lin Muwan berhasil membuatnya sadar bahwa bukan hanya dia sendiri di sini.
Apa yang terjadi? Mengapa dia ada di tengah hutan lebat yang diguyur hujan dalam keadaan terluka? Bukankah tempat terakhir ketika dia harusnya mati adalah makam kuno yang runtuh?
Lin Muwan khawatir tentang suatu hal. Dia memaksakan diri untuk menolehkan kepala ke samping hanya untuk melihat seorang gadis muda dengan tiga panah tertancap di punggungnya jatuh telungkup di dekatnya. Gadis itu mengulurkan tangannya kepada Lin Muwan seperti hendak meraihnya, namun tidak sampai karena dia tidak bertenaga.
Darah dari tubuh gadis itu menggenang bercampur air hujan. Xiu’er, gadis muda di sampingnya sudah tidak bergerak.
Di tengah guyuran hujan, Lin Muwan tidak melihat adanya tanda-tanda kehidupan pada gadis tersebut. Apakah gadis itu baru saja mati?
Lin Muwan memaksakan diri untuk bicara, tapi tenggorokannya sakit hingga suaranya tercekat seperti orang bisu.
Seluruh tubuhnya sakit ketika dia mencoba bergerak. Tusukan anak panah di bahu kanannya menembus pembuluh darah, merobek kulitnya dan menyebarkan rasa sakit yang sangat hebat.
Situasi macam apa ini?
Lin Muwan sangat ingin memahami apa yang terjadi pada dirinya, tetapi dia sama sekali tidak punya tenaga. Seluruh syarafnya seperti terputus dan dia jadi lumpuh.
Tubuhnya berbaring telentang menghadap langit gelap yang terlihat di sela-sela dedaunan, menatap bingung pada tetesan hujan yang terus turun ke wajahnya.
Apakah… ini adalah mimpi sebelum dia mati? Apakah ini adalah mimpi sebelum dia pergi ke akhirat?
Lin Muwan tidak memahaminya. Tiba-tiba dia merasa sangat lelah dan mengantuk. Rasa sakit di bahunya telah membuatnya tersadar selama beberapa waktu, tetapi tenaga yang tersisa di tubuhnya tidak mampu menopang kesadarannya.
Dia khawatir jika tertidur, dia tidak akan bangun lagi, namun, dia benar-benar tidak bisa menahannya. Meski dia mencoba menahan kelopak matanya yang berat, dia tidak dapat bertahan.
Kepalanya tiba-tiba sakit luar biasa. Kumpulan memori acak yang tidak dikenal bermunculan seperti sebuah potongan puzzle.
Lin Muwan seperti melihat dirinya sendiri dalam versi lain, dengan kehidupan yang sangat jauh berbeda dari kehidupan yang dijalaninya selama ini.
Apa ini? Mengapa rasanya seperti potongan ingatan milik seseorang?
Dia tidak mampu menahan rasa sakit dari luka di tubuh dan kepalanya. Dia tidak sadarkan diri.
Lin Muwan kembali terbangun saat suara langkah kaki perlahan mendekat ke tempatnya berada. Bau amis dari darah yang bercampur dengan air hujan menyeruak. Genangan air campuran tersebut membasahi tubuh Lin Muwan dan Xiu’er yang sudah kaku dan dingin.
Suara-suara itu kian mendekat. Lin Muwan menatap langit yang sudah gelap. Hujan sudah berhenti, tapi tubuhnya masih belum bisa digerakkan.
Saat suara-suara itu semakin mendekat, dia memejamkan matanya lagi. Satu-satunya hal yang ingin dia lakukan saat ini hanyalah pura-pura tidak sadarkan diri untuk mengetahui situasi macam apa yang sedang dialaminya.
“Itu selir Pangeran Kesembilan! Kita menemukannya!”
Titik-titik cahaya terang seperti obor melayang-layang di depan mata Lin Muwan. Beberapa orang datang menghampiri tempat tersebut sambil membawa obor.
Kening mereka berkerut tatkala melihat Lin Muwan tidak sadarkan diri dengan panah tertancap di bahu kanan dan berbaring di samping mayat seorang gadis muda.
“Apakah dia masih hidup?”
“Ya. Apakah kita akan membawanya kembali?”
“Dia akan mati jika kita meninggalkannya di sini.”
“Tapi, bagaimana dengan Nona Sheng?”
“Kau mau mati? Bahkan jika Nona Lin adalah budak dalam status selir, jika dia mati, dia harus mati dengan izin Pangeran Kesembilan. Kita harus membawanya kembali sebelum Pangeran Keempat menemukannya.”
Kemudian, Lin Muwan merasa tubuhnya diangkat dan diletakkan di punggung kuda. Tubuhnya terombang-ambing saat kuda tersebut membawanya menjauhi tempat awal dia sadar bersama sekelompok orang.
Rasa sakit kembali menderanya saat anak panah yang tertancap di bahunya terlepas akibat guncangan dan darah menyembur keluar. Tidak ada yang menyadarinya sama sekali.
Lin Muwan dibawa ke sebuah tenda besar yang suhunya lebih hangat daripada udara di luar. Dia dibaringkan di atas tempat tidur, dan orang-orang itu baru sadar bahwa bahunya mengeluarkan banyak sekali darah. Seseorang memanggil tabib, dan pria paruh baya yang sudah tampak repot datang untuk mengobatinya.
Lin Muwan membiarkan tabib itu mengobati luka di bahunya sampai selesai. Selama periode itu, dia mendengarkan dengan saksama setiap percakapan yang ada di sekitarnya. Lamat-lamat dia perlahan mengerti bahwa dia telah menyebrang ke sebuah dunia di dimensi lain setelah kematiannya.
Rupanya benar, jiwanya melayang memasuki seseorang di dunia lain. Dia sepertinya memasuki tubuh seorang selir pangeran yang tidak disayangi.
Jika tidak, mana mungkin dia akan terbaring di tengah hutan dengan anak panah di bahu. Gadis muda bernama Xiu’er yang tadi mati di sampingnya adalah pelayannya.
Tidak mungkin juga dia akan mendapatkan ingatan acak yang tidak jelas yang membuat kepalanya sangat sakit sampai pingsan. Ini tidak masuk akal, tapi itulah kenyataannya.
Saat tabib itu selesai mengobati dan membalut lukanya, Lin Muwan membuka matanya. Si tabib terkejut dan hendak berteriak memberitahu, tetapi Lin Muwan menggelengkan kepalanya dengan lemah. Dia terbata-bata berucap, “Air…”
“Air! Bawakan air minum kemari!” si tabib berteriak.
Seorang wanita muda berpakaian pelayan datang dengan poci dan gelas. Si tabib membantu Lin Muwan minum dengan perlahan. Tenggorokan kering Lin Muwan sekarang tidak terasa sakit lagi.
Pintu kain penutup tenda tiba-tiba tersingkap. Sesosok pria berpakaian satin hitam datang sambil menggendong seorang wanita yang tidak sadarkan diri di pelukannya.
Pria itu berparas tampan dan bertubuh tinggi kekar. Rahangnya tegas, alis matanya sehitam tinta. Matanya membentuk cakram yang menawan, tatapannya tajam dan mendominasi.
Wanita di pelukannya tampak mungil. Dia punya wajah cantik yang mulus meski ada beberapa goresan di pipinya. Mereka basah kuyup.
Untung saja tubuh si wanita ditutupi oleh jubah si pria hingga bagian tubuh di balik baju basahnya tidak terlihat.
“Cepat periksa dia!”
Suara si pria berat dan marah, tapi jauh di dalamnya, Lin Muwan dapat merasakan kekhawatiran yang sangat besar. Dia memerhatikan si pria tampan itu dengan tatapan lemahnya.
Siapa dia? Siapa gadis yang dibawanya kembali dengan khawatir itu?
“Nona Sheng hanya terkejut. Pangeran Kesembilan, dia akan baik-baik saja setelah beristirahat. Sebaliknya, selir Anda, dia terluka sangat parah.”
Si tabib menoleh untuk melihat Lin Muwan. Pria yang dipanggil Pangeran Kesembilan oleh si tabib juga menoleh.
Ketika pria itu tanpa sengaja bertemu tatap dengannya, Lin Muwan merasakan seluruh tubuhnya menggigil. Tatapan pria itu… dingin dan dipenuhi kebencian.
“Seharusnya biarkan saja dia mati.”
Jantung Lin Muwan seketika seperti meledak begitu suara berat pria itu mengucapkan setiap katanya dengan dingin. Tatapan dingin penuh kebencian itu menusuk ke dalam ulu hati Lin Muwan.
Selama ini, selama dia hidup sebagai perampok makam paling hebat, ini pertama kalinya dia ditatap seperti itu oleh seorang pria!
Ada rasa tidak terima dalam dirinya yang pemberontak. Siapa pria itu hingga berani menentukan hidup dan matinya?
Lin Muwan meneriakinya bajingan, tetapi suaranya tidak dapat didengar dan hanya tatapan kemarahan yang dia tunjukkan pada pria itu.
Si pria tertawa mengejek. “Setelah memancing Sheng Jiayin ke tengah hutan, kau juga pura-pura terluka agar mendapat simpati?”
Lin Muwan mengepalkan tangannya dengan lemah.
“Lin Muwan, jika kau berani mencelakainya lagi, aku akan memotong tangan dan kakimu!”
Si pria kasar nan dingin itu kemudian berbalik pergi sambil membawa si wanita bernama Sheng Jiayin di pelukannya.
Lin Muwan meredam amarah di hatinya, meredam rasa sakit di tubuhnya sambil memejamkan matanya. Tunggu sampai dia pulih, dia akan membalas perlakuan tidak menyenangkan itu dengan tangannya sendiri!
pengen getok aja tu kepala si changfeng
pada akhirnya jadi fatner yg sangat cocok karna tujuan yg sama