Ayumi adalah gadis yatim piatu blasteran Jepang-Indonesia. Ayumi memiliki dua kakak laki-laki yang tidak beruntung dalam membangun mahligai rumah tangga. Kakaknya yang pertama bernama Tommy harus menjadi duda keren kehilangan istrinya yang seorang pramugari bernama Dena karena kecelakaan pesawat. Dari pernikahan mereka berdua, dikarunai anak perempuan bernama Hana. Sedangkan kakaknya yang nomor dua bernama Kenzi bercerai dengan istrinya karena kepergok selingkuh dengan rekan kerjanya.
Ayumi yang sejak usia 15 tahun tinggal bersama kedua kakaknya setelah orang tuanya meninggal karena covid berusaha mencarikan jodoh untuk kedua kakaknya. Agar dirinya bisa hidup bebas tanpa harus mengurus rumah tangga dan keponakannya yang masih berumur 4 tahun.
Disini lah cerita dimulai. Suka duka Ayumi mencarikan jodoh untuk kedua kakaknya mengalami banyak sekali rintangan. Bagaimana kisahnya yuk silahkan diikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewica Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Rania Harus Move On Dari Masa Lalu
Rania melempar tubuhnya diatas tempat tidurnya. Dia menatap langit-langit kamarnya sambil menghela nafas panjang.
TING
Sebuah pesan singkat masuk kedalam gawainya. Rania mengambil gawainya yang dia taruh disebelah kepalanya dan membuka pesan singkat tersebut.
"Woi Nia, kamu pasti lagi nglamun? " tebak Andien sahabat karibnya.
"Udah tau tanya." tulis Nia menambah emot sewot
"Hahaha...awas ketempelan jin nyasar kamu." gurau Andien.
"Kalo ganteng sih gak pa pa." jawab Rania random dan menambah emot smile yang menjulurkan lidah.
Tak berapa lama, Andien menelpon Rania. Karena malas ngetik panjang.
"Eh ngomong-ngomong soal ganteng, mau gak aku kenalin sama bos aku. Dia blesteran Jepang-Indonesia." lanjut Andien dari balik telpon.
"Enggak ah, nanti kayak kemarin, kamu kenalin cowok geje ternyata maniak sex, baru kenalan langsung ajak check in, emangnya aku kupu-kupu malam." gerutu Rania kesal kepada Andien yang gak pake kira-kira ngenalin temannya yang udah sepuluh tahun gak pernah ketemu. Mana Andien tahu kalo temannya yang katanya cupu ternyata sudah suhu.
"Hahaha...sori...sori...kesalahan teknis itu. Udah lupain aja, ini beneran bos ku lagi cari istri. Adiknya sih yang lagi nyarikan istri buat abangnya." sahut Andien yang muka badak gak ada rasa menyesalnya ngenalin cowok gak jelas ke dirinya.
"Kenapa adiknya yang nyarikan, emang abangnya gak bisa cari istri sendiri. Kan katanya cakep, pasti banyak lah cewek yang antri minta dilamar." jawab Rania heran.
"Jadi begini, adiknya ini pingin abangnya segera menikah lagi. Kasihan tau, punya dua abang, dua-duanya duda semua." ucap Andien.
"Serius?! "
"Dua rius Nia. Abang pertama duda mati, istrinya seorang pramugari mengalami kecelakaan pesawat. Trus abang yang kedua duda cerai, mantan istrinya ketahuan selingkuh sama mantan pacarnya." kata Andien
"Lah orang cakep bisa diselingkuhin juga ya? " balas Rania.
"Kurang bersyukur dia."
"Hmmmm...?! "
"Aku lanjutin ceritanya, abang yang pertama kan duda mati anak satu, dia gak mau dijodohin sama siapapun. Masih belum move on, cincin nikah aja belum dilepas." cerita Andien.
"Hmmm interesting...lanjut?! "
"Kalo abang yang kedua, masih abu-abu sih, sepertinya masih kelihatan trauma tapi kalo adiknya ngenalin sama cewek A cewek B dan seterusnya masih mau nemuin walaupun selalu gagal."
Rania membulatkan mulutnya membentuk huruf O
"Seperti kata kamu tadi, gantengnya seperti itu masih juga diselingkuhin. Mana selingkuhannya kagak ada ganteng-gantengnya. Apa karena urusan ranjang kurang hot ya jadi cari pelampiasan? " ucap Andien yang ngomong sendiri dijawab sendiri.
"Au ah gelap."
"Mau ya aku kenalin, dia sih gak pure punya darah Indonesia. Emak nya masih ada blasteran swiss-indonesia gitu. Jadi hasil cetakannya setengah bule, setengah jepang, seperempat indonesia." ucap Andien yang serasa sales lagi promosikan barang dagangannya.
"Hah?!
"Udah deh, pokoknya cakep macam oppa-oppa korea dan mirip sedikit seperti pemeran Superman Henry Cavill." ucap Andien dengan nada memaksa.
"Gimana ya? Paman Burhan juga mau ngenalin anak dari sahabatnya, duda mati juga anak satu." kata Rania.
"Trus? Kamu mau? " tanya Andien kepo.
"Mau nolak sungkan ndien, bisa gak sih dicarikan yang sama-sama masih single. Apa stock cowok single didunia ini udah out of boxing semua? "protes Rania.
"Ehm no comment deh." jawab Andien.
"Temen suamimu juga usia diatas 30 tahun udah pada laku. Pake jampi apa sih para cowok nih bisa udah pada nikah. Tersisa yang udah duda-duda." terdengar suara protes Rania merasa Tuhan gak adil menciptakan kaum adam yang masih single masuk kategori limited edition.
"Ehmmm...trus gimana nih, mau ya aku kenalin. Adiknya bilang ketemu aja dulu. Siapa tahu cocok, kalo sama kamu gak berhasil dia bakal berhenti usaha mencarikan jodoh buat abangnya. " tukas Andien gak gubris keluhan Rania.
"Kenapa sih adiknya ngebet banget mau cari jodoh buat abangnya?" tanya Rania curiga.
"Adiknya sejak SMP udah menjalankan kehidupan ibu rumah tangga untuk kedua abangnya dan keponakannya."
"Maksudnya?"
"Ya ngurus rumah, masak, jaga keponakannya. Dia pingin menikmati dunianya sendiri. Pingin nongkrong sama temannya tanpa diganggu oleh kedua abangnya dan keponakannya. Dunia remaja dia hilang sejak kedua orang tuanya meninggal dan kedua abangnya yang duda ini kembali tinggal bersamanya."
"Ooo...kasihan juga ya."
Rania prihatin mendengar cerita Andien tentang adik bosnya.
"Jadi gimana mau ya? " tanya Andien lagi.
"Ya udah lah, kapan? " jawab Rania.
Andien melonjak kegirangan membuat suaminya ikut kaget dan spontan melempar ponselnya.
"Apaan sih bunda bikin kaget aja." terdengar suara protes suami Andien dari balik telpon.
"Hehehe...maap maap..." jawab Andien nyengir ke suaminya dan tentu saja Rania tidak kelihatan seberapa lebar cengiran kuda si Andien.
"Besok sabtu dicafe blue sky." ucap Andien.
"Pagi, siang, sore, malam, tengah malam? " tanya Rania terkekeh.
"Mau jaga cafe nya sekalian ketemuan tengah malam? " sahut Andien.
Gantian Rania yang nyengir kuda.
"Sore lah jam 3 gitu. Kamu tahu kan cafe bule sky? " tanya Andien.
"Bijimana aku gak tau, secara kita sudah lima kali kesana Andien..." jawab Rania kesal.
"Oya ya barangkali kamu amnesia kelamaan jomblo hehe..." sindir Andien sambil terkekeh.
"Bangke lu!" umpat Rania misuh-misuh.
"Hahahaha...ya udah, aku info ke adiknya. Bye bestie met malam met bobok cantik assalamu'alikum." ucap Andien yang ngomong gak ada titik komanya.
Langsung sambungan telpon dimatikan oleh Andien.
Rania menghela nafas panjang lagi. Sejak putus tunangan dengan Ricky yang menghamili anak bu RW yang juga teman kuliah Andien, Rania belum menjalin hubungan serius lagi dengan lelaki manapun.
Bukan karena trauma berat tapi karena masih terlalu sakit hati sama laki-laki. Ah sebetulnya beda tipis trauma dengan sakit hati. Pokoknya Rania masih belum ada greget menjalin hubungan serius.
*****
Keesokan harinya, kesibukan dirumah keluarga Yoshikuzi seperti biasanya, Ayumi subuh-subuh sudah bangun. Setelah sholat subuh dia menyiapkan sarapan untuk mereka berempat dan bekal keponakannya yang masuk playgroup bersama keponakan Mila sahabatnya.
Setelah selesai membuat sarapan, Ayumi segera mandi, karena dia akan berangkat kuliah pagi. Setelah dirinya mandi, giliran menemani Hana mandi.
"Hana udah bisa mandi sendiri tante." ucapnya kepada Ayumi yang membungkus tubuh Hana dengan handuk.
"Iya tapi kadang masih ada sabun yang lengket di bagian tubuh Hana." jawab Ayumi.
Hana hanya terkekeh saja dan keluar dari kamar mandi bersama Ayumi menuju kamarnya.
Ayumi sudah menyiapkan seragam playgroup keponakannya diatas kasur. Dan dengan sigap dia mengeringkan tubuh Hana dan memakaikan pakaiannya.
Setelah itu Ayumi menyisir rambut Hana dan mengkepangnya jadi dua.
"Sudah sana sarapan. Tante mau dandan dulu." ucap Ayumi beranjak dari tepi kasur keponakannya dan pergi menuju kamarnya.
Hana lalu berlari keluar kamar dan menuju meja makan. Disana papa dan pamannya sudah duduk manis untuk mulai sarapan.
Ayumi segera berdandan tipis dan berganti pakaian. Dia masuk kuliah jam 8 pagi, telat dua menit aja udah gak boleh masuk sama dosennya.
"Menyebalkan memang."
Ayumi bercermin kembali merapikan kemeja polos berwarna fanta lalu merapikan rambutnya yang dia kuncir ekor kuda. Lalu dia segera keluar kamar membawa totebagnya yang selalu setia menemaninya kuliah.
Ayumi bergegas berjalan menuju ruang makan untuk sarapan bersama keluarganya minus orang tuanya yang sudah tiada.
"Ayu?! " ucap Tommy ketika Ayumi sudah duduk di kursinya.
"Apa? " tanya Ayumi.
"Aku sama Kenzi sepakat mau memperkerjakan bi Susi jadi asisten rumah tangga full time di rumah sini." ucap Tommy.
"Serius?! " tanya Ayumi agak heran tiba-tiba abangnya mau memperkerjakan asisten rumah tangga yang menginap dirumah.
"Iya serius lah. Kan abang udah lihat kerjanya dia selama dua tahun ini jadi asisten rumah tangga setengah hari. Jadi abang pikir kita pekerjakan dia full time. Tinggal juga dirumah sini." jawabnya.
"Alhamdulillah. Terima kasih bang." ucap Ayumi sumringah.
Ayumi akui sejak memperkerjakan bi Susi, anak mantan asisten rumah tangga orang tuanya dulu, pekerjaan rumah tangga serasa ringan. Ayumi hanya memasak, membersihkan kamar pribadi mereka karena sejak dulu orang tuanya melarang asisten rumah tangganya membersihkan area kamar mereka bertiga. Dan tentunya mengurus keponakannya Hana.
Jika bi Susi kerja full time maka Ayumi tidak perlu repot bangun pagi buru-buru bikin sarapan, lalu sore harus segera pulang masak untuk makan malam. Jadi dia ada waktu untuk me time walaupun harus masih mengurus Hana.
"Eh iya bang Kenzi, sabtu ke cafe blue Sky ya, mau Ayu kenalkan seorang perempuan masih single perawan ting ting. Siapa tahu jodohnya abang." ujar Ayumi baru keinget rencananya dengan Andien sekretaris pribadinya Kenzi tadi malam untuk menjodohkan temannya dengan abangnya.
"Lagi?! Gak kapok yu ngenalin dia ke cewek? " sahut Tommy terkekeh.
"Ini usaha Ayu yang terakhir. Kalo gak lolos ya udah biar Allah carikan buat abang melalui jalur lain. Entah lewat jalur darat, laut, udara." jawab Ayumi dengan nada agak sedikit pesimis.
"Iya adikku sayang." jawab Kenzi yang selalu menuruti kemauan Ayumi.
"Ingat ya hari sabtu jam 3 sore di cafe blue sky. Nanti aku kirim fotonya. Eh gak usah ding, aku ikut aja." tukas Ayumi dengan nada tegas.
"Baik nona, ada lagi? " gurau Kenzi pura-pura serius.
Ayumi tidak menjawab hanya mengerucutkan bibirnya.
"Sudah ah aku mau berangkat. Abang segera antar Hana kerumah Mila." titahnya kepada Tommy.
"Baik nona." jawabnya.
Lalu Tommy dan Kenzi tertawa bersama. Membuat Ayumi jadi kesal.
Tak berapa lama, bi Susi datang masuk dari garasi yang langsung tembus dapur untuk memulai bekerja seperti biasanya.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
"Bi Susi, sini sebentar." panggil Tommy yang masih duduk di meja makan. Sedangkan Ayumi sudah membereskan piring kotornya.
"Iya mas Tommy." jawabnya dengan sopan.
"Bibi, mulai besok pindah ke sini ya, bibi jadi asisten rumah tangga full disini." ucap Tommy.
"Alhamdulillah, jadi bibi gak usah kost lagi." jawabnya senang.
"Iya bi." jawab Tommy sambil tersenyum.
"Terima kasih mas. Nanti sore saya beresin barang saya." jawabnya senang.
Bi Susi janda anak satu, ikut bekerja dengan keluarga Ayumi setelah suaminya meninggal juga kena covid. Kebetulan ibunya dulu mantan asisten rumah tangganya orang tua Ayumi. Setelah masuk usia senja, ibunya memutuskan untuk pensiun menjadi asisten rumah tangga dan pulang kampung di Pandaan.
Oleh mendiang papa Ayumi beliau dibelikan tanah dan dibangunkan rumah serta usaha ternak ayam dan bebek. Lalu Susi datang ke Surabaya bekerja di pabrik rokok didaerah sier. Setelah covid dia kena phk dan datang kerumah Ayumi minta pekerjaan.
Akhirnya Tommy menerimanya tapi hanya setengah hari. Dan bi Susi menambah penghasilan dengan bekerja sebagai tukang cuci setrika orang-orang di perumahan sini.
"Kalo begitu saya berhenti dari tukang cuci setrika mas kalo full time bekerja disini." ucapnya.
"Ehm kalo bibi mau terus juga gak pa pa sih. Buat nambah penghasilan. Asal bibi udah beres kerjaan dirumah sini." sahut Kenzi.
"Kita woles aja bi, kita paham bibi juga butuh banyak biaya buat Rasya di pondok." timpal Tommy.
"Iya mas, sebetulnya ya cukup sih bantuan dari mas Tommy dan mas Kenzi, tapi bibi kan juga pingin jenguk dia di pondok bawa oleh-oleh." jawabnya pelan.
"Iya bibi, santai aja. Silahkan kalo masih mau cari cepetan diluar. Asal diukur kemampuannya. Jangan sampai diforsir trus ganggu kerjaan disini dan ganggu kesehatan juga." ucap Kenzi.
"Iya mas terima kasih banyak." jawabnya senang.
"Udah ah aku berangkat dulu." pamit Ayumi dengan langkah tergesa-gesa, dia berlari ke carport dimana motor maticnya sudah dikeluarkan oleh kakaknya dari garasi dan diparkir bersebelahan dengan motor sport milik Kenzi. Sedangkan salah satu mobil diparkir didepan rumah.
"Aku juga mau berangkat." ucap Kenzi.
"Ayo Hana kita berangkat juga." kata Tommy.
Akhirnya mereka semua satu-persatu berangkat ketempat aktivitas mereka masing-masing. Tinggalah bi Susi sendirian dirumah mulai bekerja membersihkan rumah.
Sementara itu, Rania yang berada di tepi jalan bingung melihat ban motornya bocor.
"Aduh gimana ini, telat ngajar dong. Mana gak ada tukang tambal ban dekat sini lagi." keluhnya sambil menoleh kekanan dan kekiri berharap keajaiban ada tukang tambal ban nongol.
Setelah 10 menit semedi di samping motornya, akhirnya mau tidak mau Rania menuntun motornya mencari tukang tambal ban yang buka.
"Hhh...mana jalan becek lagi." omel Rania berjalan menuntun sepeda motornya sambil berusaha menghindari genangan air bekas hujan tadi malam.
Tiba-tiba sebuah cipratan dari genangan air hujan mengenai motor Rania dan beberapa percikannya mengenai cardigannya.
"Woi pelan-pelan dong! " hardik Rania dengan suara lantang.