Jangan pikir cuma orang tua saja yang bisa menjual anak nya. Karena anak pun bisa melakukan hal yang sama.
"Akak cantil! Akak cantil! Mau ndak jadi Mommy kita! Daddy kita duda loh, cekalian dapat anak comel cepelti kami ini."
"Iya! Iya! Nanti daddy akan bayal utang na Mommy! gelatis catu dapat catu. Nikah cama duda dapat anak.. Hehehehe!"
Berharap bertemu jodoh pangeran kuda putih, Larasati Aqela justru bertemu dengan dua anak kembar lucu yang menawarkan Daddy mereka.
Larasati seorang mahasiwi semester akhir yang harus bekerja di sebuah restoran untuk mencukupi kebutuhan nya harus terjebak dengan anak kembar pengusaha paling kaya. Angkara Brawijaya, dia memiliki sikap dan sifat yang sangat aneh bagi Laras.
"20 juta sebulan! Jadi Ibu dari anak saya!"
" Hapaaa???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hachichan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MPAD. Sania
🩵
🩵
🩵
Deg!
Lagi - lagi irama jantung yang tak jelas, pria yang baru saja masuk dan tersenyum membuat Laras terpaku diam di tempat nya. Dia kembali merasakan gelenyar aneh dalam dirinya kala bertatapan dengan mata itu. Ini bukan perasaan tertarik antar lawan jenis, karena tidak mungkin juga Laras tertarik pada sahabat dari calon suaminya. Hanya saja perasaan ini lebih cenderung ke perasaan ingin tahu.
Wajah yang tidak asing, senyuman yang menghangatkan dan juga sentuhan yang membuat nya merasa terlindungi. Apalah semua itu diapun tidak tau.
Rafael masuk dan duduk bersebelahan dengan Aditya."Tadi gue ada urusan bentar sana klien, makanya baru sampe."
"Gue kira lo balik duluan, tadi gue cariin lo tapi lo nya hilang gak tau kemana." Seru Zenath menuangkan segelas minuman di botol yang kosong, lalu memberikan nya pada Rafael.
"Oya, lo udah kenal Laras belum, calon istri sih duda karatan ini." Tunjuk Dito pada Angkara.
Rafael tersenyum."Pernah ketemu sekali sih.. Hai! Kenalin, nama ku Rafael." Rafael mengulurkan tangan nya, tapi belum sempat Laras menerima nya, Angkara sudah lebih dulu menerima uluran tangan itu. Rafael berdecak kesal, jiwa posesif nya mulai muncul, semua hanya menahan tawa melihat sikap Angkara pada Laras.
"So.. Bisa nggak Kakak ipar ceritain ke kita - kita ini, cerita awal pertemuan kalian. Jujur, aku penasaran banget, karena udah banyak banget cewek yang deketin Angkara tapi nggak ada satupun yang bisa menaklukan hatinya. Makanya kita penasaran banget, gimana caranya Kakak ipar mengambil hati sih duda kaya ini." Letto.
Laras menatap Angkara sekilas, pria itu hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. Akhirnya, Laras menceritakan semua pada mereka. Bagaimana dia bertemu dengan twins kembar dan di minta menjadi Mommy nya, hingga sebuah tawaran kerja yang Angkara berikan untuk menjadi Mommy sih kembar.
Dan benar saja, semua yang ada di ruangan itu tertawa terbahak - bahak.
Buhaaaaaaaaaaa.. "Ternyata sih kembar masih belum nyerah juga buat cari Mommy." Dito memegangi perut nya yang sakit karena cerita Laras.
"Sih twins pinter juga cari bini buat lo. Kayanya bisa nih gue minta anak lo buat cariin jodoh buat gue." Aditya setengah menggoda.
"Ini namanya keberuntungan bro. Dapet Mommy buat sih kembar plus dapet istri cantik juga." Timpal Letto yang masih tertawa kecil.
"Sudah ketawanya??" Tanya Angkara dengan wajah kesal.
"Cieee cemberut, nggak udah di tekuk gitu mukanya Kak. Awal - awal aja nolak, tapi sekarang malah bucin akut. Makanya jadi orang jangan terlalu benci, ujung - ujung nya jadi bucin." Angkara menatap tajam Angkasa, tapi Angkasa malah acuh tak acuh.
Letto melirik dan merangkul pundak Angkasa."Tapi bro, omong - ngomong hubungan lo sama sih Dewi itu gimana. Gue denger - denger kontrak nya di US udah habis dan dia bakal kembali ke sini."
Angkara tersenyum jahil."Wahh, yang bener, sih uler pithon mau balik lagi,"Angkara geleng - geleng kepala tapi hatinya tersenyum."Gue sebagai Kakak yang baik cuma saranin aja, mending lo beli tisu 5 boks, biar nggak usah bolak - balik ke indomaret. Persiapan gitu maksud nya, kali aja lo bakal nangis kejer kaya pas dia ninggalin lo cuma buat ngejar mimpi dia."
Angkasa menatap tajam Angkara, seolah ingin mencincang dan memakan Angkara."Tuh cewek udah lama gue buang ke TONG sampah, gila aja kalo sampe gue pungut lagi."
Rafael mengeluarkan ponsel nya dan menyodorkan di depan Angkasa, wajah cantik terlihat jelas di layar ponsel itu."Yakin nggak bakal kepincut lagi?" Goda Rafael sembari menaik turunkan alis nya. Tapi Angkasa mengalihkan pandangan nya, hatinya masih sakit jika dia melihat wajah Dewi, wanita yang pernah bersarang dihatinya.
Laras yang melihat nya mengambil ponsel itu."Inikan Dewi Permata Indah."
"Kamu kenal, sayang?" Tanya Angkara.
Laras mengangguk."Dulu aku sama dia satu SMA tapi beda kelas, dia di kenal sebagai primadona sekolah karena cantik dan tubuh nya seksi. Beda sama aku yang dulu di kenal sebagai cewek buluk karena kulit aku yang kusam dan nggak seputih sekarang. Aku nggak nyangka kalo dia pacar nya Kak Angkasa."
"Ralat.. Bukan pacar tapi mantan, sahabat gue yang satu ini sudah di campakkan." Seru Aditya membuat semua tertawa.
Angkara mendengus kesal."Sialan lo semua, lagian gue bersyukur karena udah putus dari tuh cewek. Berita baru yang gue dapet, dia sering pergi ke hotel sama Om - Om."
"Gitu pas dia pergi lo nangis sampe nggak mau makan, akhirnya Mommy bawa lo ke psikiater." Angkara masih ingat bagaimana bucin nya seorang Angkasa pada wanita yang salah.
"Itu kan dulu.."
Tok... Tok.. Tok. Tok...
"Masuk.."
"Permisi!!" Seorang pelayan cantik membawakan pesenan berupa minuman dan beberapa makanan.
Deg!
Jantung Angkasa berdetak sangat cepat saat melihat senyum pelayan itu. Berkali - kali Angkasa mengedipkan matanya, mungkin saja dia salah lihat, tapi matanya masih jernih. Gadis yang ada di depan nya adalah gadis yang beberapa hari ini mengisi pikiran nya."Kamu baru ya disini? Kok aku nggak pernah lihat?"Tanya Angkasa sekedar basa - basi.
Gadis itu mengangguk sambil tersenyum."Iya Kak, aku baru 4 hari kerja di sini." Jawab nya sopan.
"Kayanya lo masih muda banget, kenapa udah kerja di tempat beginian?" Bukan Angkasa tapi kali ini Rafael yang bertanya.
Wanita itu tersenyum masam."Karena tuntutan hidup. Aku harus berhenti sekolah sejak lulus SMA dan mencari kerja untuk membiayai pengobatan ibu. Kebetulan temen aku bekerja disini dan dia menawari aku menjadi pelayan disini. Yang penting halal makanya aku terima. Meskipun awal - awal aku takut karena biasanya di dalam BAR pasti banyak laki - laki mata keranjang." Jawaban polos gadis itu membuat semua pria di ruangan itu merasa tertampar. Apa lagi Zenath yang terkenal Casanova, sering gonta ganti cewek.
"Nama kamu siapa?" Tanya Angkasa masih penasaran.
"Nama aku Sania Kak.."
"Dari pada kerja disini, bagaimana jika kerja di perusahaan ku." Tawaran Angkasa. Angkara hampir saja tersedak. Apakah adek nya itu tidak salah? Sejak kapan dia peduli pada seorang wanita. Angkara memicingkan mata curiga.
"Kakak serius?" Tanya Sania dalam hati dia sangat senang.
"Datang saja ke perusahaan PT Angkasa food ..Itu perusahaan ku." Seru Angkasa.
Laras berbisik."Bukan nya Kak Angkasa kerja sebagai dosen ya?"
"Dosen cuma pekerjaan sampingan nya, sebenarnya dia juga CEO sama kaya aku di perusahaan nya sendiri. Cuma dia bekerja di bidang pembuatan dan produksi makanan." Jawab Angkara. Laras hanya manggut - manggut saja.
"Aku kasih gaji 2 kali lipat dari gaji kamu yang ada disini."
Tentu saja, Sania sangat bahagia."Mau Kak, mau banget. Yang penting kerjanya halal aku pasti mau banget." Tanpa sadar Sania memegang tangan Angkasa, membuat pria itu mematung di tempat, entahlah dia pun merasa bodoh saat ini. Kenapa juga dia menawari gadis itu pekerjaan.
"Kalo begitu datanglah besok. " Sania mengangguk dan pamit undur diri.
"Ehem ehem.. Tak ada Dewi, Sania pun jadi." Kata Aditya, semua tergelak mentertawakan Angkasa yang seperti nya tertarik pada gadis pelayan itu.
"Apaan sih lo semua, nggak ada salah nya kan gue bantu gadis itu, dari pada dia kerja disini, mata laki - laki itu nggak bisa di jaga. Lihat yang bening dikit aja langsung di comot. Contoh nya kaya sih Casanova satu ini."Melirik ke Zenath.
Merasa tersindir, Zenath melayangkan protes."Meski Casanova, nggak semua cewek bisa tidur sama gue. Lagian gue nggak mungkin makan cewek incaran temen gue sendiri."
"Sudahlah, nggak jelas lo pada. Gue cabut dulu! Bye bye Kakak ipar." Setelah berpamitan, Angkasa memilih pergi keluar. Menghadapi godaan temen nya hanya membuat nya malu. Bisa gawat kalo mereka tau seorang Angkasa tertarik sama anak gadis berusia 19 tahun seperti Sania.
"Malu dia.. Kayanya bakal ada dua pengantin nih. " Letto dengan nada bercanda.
"Aku ke toilet dulu ya.." Pamit Laras.
"Mau aku anterin?" Tanya Angkara.
"Nggak usah, cuma ke toilet sebentar kok, kamu disini aja, temenin mereka. Lagian aku bukan anak kecil."
"Ya udah, hati - hati. Jaga mata sama jaga hati." Semua hanya menggelengkan kepala dengan sikap Angkara.
"Ya ampun, aku cuma ke toilet doang, lagian namanya mata fungsinya buat ngelihat." Laras juga geleng - geleng kepala dengan sikap Angkara, meskipun dia bahagia di perlakukan seperti.
'Ini kesempatan ku!!' Batin Rafael, dia tidak bisa membuat Angkara curiga, karena itu dia menunggu waktu yang pas untuk bisa berdua dengan Laras. Mungkin inilah saat nya, Rafael juga pamit untuk pergi ke kamar mandi, sebenarnya itu adalah siasat nya untuk bicara berdua pada Laras, mumpung Angkara tidak ada di samping Laras. Dan untung nya, Angkara tidak pernah menaruh curiga pada Rafael karena dia tau bahwa Rafael sama seperti dirinya yang sulit untuk jatuh cinta dan tergoda.
Saat Laras baru selesai dengan urusan nya di toilet, dia sangat terkejut karena tiba - tiba di depan toilet ada seorang cowok yang melihat nya dengan tatapan, ah entahlah.
"Kak Rafael? Ngapain disini?" Tanya Laras aneh, inikan toilet cewek. Nggak mungkinkan pria yang di depan nya ini ingin berbuat mesum.
"Hai, sorry! Sebenarnya ada yang mau gue omongin sama lo. Tapi nggak bisa karena ada Angkara disana. Sebenarnya kalo boleh jujur gue tertarik sama sahabat lo Santi. Dia pernah cerita nggak kalo dia pernah di tabrak sama mobil sampai luka." Laras mengangguk."Gue yang nabrak dia." Laras membulatkan matanya, tentu saja dia terkejut.
"Jujur, gue tertarik sama dia di awal pertemuan, tapi gue nggak berani karena saat itu kayanya sahabat lo tertekan banget. Makanya sekarang gue mau coba buat deketin Santi. So.. Maksud tujuan gue nyusul lo kesini, gue mau minta nomor telfon lo. Kali aja akan bermanfaat, kalo gue mau tanya tentang Santi ke lo, itu jadi mudah."
Laras tidak curiga meskipun dia sedikit kaget karena ternyata Rafael menyukai sahabat nya. Tapi ada untung nya juga, setidaknya Santi akan lepas dari mantan tunangan yang sudah mengkhianati nya, dia akan melupakan pria brengsek itu. Apa lagi menurut penglihatan Laras, Rafael cowok yang baik. Akhirnya dia memberikan nomor telfon nya. Padahal itu semua cuma akal - akalan Rafael saja hanya untuk mendapatkan nomor telfon Laras.
Dalam hati, Rafael bersorak. 'Yes! Berhasil!"
Laras yang tidak berpikiran aneh, tiba - tiba sedikit berpikir."Tapi omong - ngomong, Kak Rafael tau aku sahabat Santi dari mana?"
"Aku nggak sengaja lihat kamu sama Santi." Jawab Rafael, ya tidak sepenuhnya bohong kan.
"Oya, jangan bilang sama Angkara kalo aku meminta nomor mu. Aku hanya takut Angkara salah faham, kamu tau sendiri Angkara itu tipe pria cemburu." Laras hanya menganggukkan kepalanya, dia membenarkan perkataan Rafael.
Tapi tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang menatap mereka penuh selidik.
"Apa yang kalian berdua lakukan disini???"
kopi & vote untuk mu