Zira Azizah tidak pernah mempunyai keinginan sedikit pun untuk menikah diusianya yang masih muda namun apa daya sang ayah tiba-tiba meminta nya untuk menikah padahal ijazah sekolah SMA pun belum ia terima .
Ikuti kelanjutan nya dan jangan lupa mohon dukungan nya 🙏🙏🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Hardianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 ~ Sakit II
Zira dengan sabar menemani Gaffi istirahat , ia hanya bisa duduk dan mengelus kepala Gaffi karena tangannya masih dipegang cukup erat oleh Gaffi .
Sesekali terdengar Gaffi mengigau tak jelas mungkin karena ia tengah demam .
Zira tak bis hanya berdiam diri ia ingin mengambil obat dan kompresan untuk Gaffi biar Gaffi cepet sembuh , akhirnya Zira meminta bantuan Zulfa , ia mengirim pesan pada Zulfa dan memintanya untuk diantarkan ke kamar .
Tak lama pintu kamar Zira diketuk .
Tok tok tok ,..
" Masuk " , Ujar Zira dari dalem .
Dan ternyata yang datang bukan hanya Zulfa melainkan dengan bunda Zoya .
Zira jadi malu karena satu tangannya susah sekali untuk ia lepaskan .
" Udah gapapa kak " , ucap Bunda Zoya yang seakan mengerti .
Zira hanya menampilkan barisan giginya yang putih dan bersih .
" Ini obat sama kompresannya aku simpan dimeja aja ya " , ucap Zulfa pelan .
" Iya dek makasih banyak " , timpal Zira .
" Iya sama-sama kak " , jawab Zulfa dan ia segera pamit keluar .
" Mau panggil dokter ? " , tanya Bunda pelan .
" Bang Gaffi ga mau Bun , katanya ia cukup istirahat aja " , jawab Zira jujur .
" Ya udah kalau gitu kamu temenin aja , kalau butuh apa-apa bilang ya nak " , timpal bunda Zoya seraya mengelus pundak Zira lembut , dan bunda Zoya pun langsung pamit keluar kamar membiarkan Zira menemani suaminya istirahat.
" Bang ayo bangun dulu " , ucap Zira pelan seraya mengguncangkan tangan Gaffi .
" Eemm " , keluh Gaffi seraya memegang pelipisnya.
" Abang minum obat dulu " , ujar Zira seraya memberikan obat pada Gaffi .
Gaffi mengangguk , ia langsung bangun dari berbaringnya dan dengan sigap Zira membantu nya .
" Makasih ya dek " ,ucap Gaffi pelan seraya langsung meminum obat yang diberikan oleh Zira .
Zira langsung membantu Gaffi untuk minum setelah ia meminum obat .
Zira benar-benar terlihat berbeda ia begitu lembut dn perhatian pada Gaffi .
" Maaf ya dek Abang jadi merepotkan, dan mengganggu waktu kamu buat kumpul-kumpul sama keluarga " , ucap Gaffi menatap Zira .
" Abang ngomong apa sih ? , udah Abang istirahat lagi biar cepet sembuh " , jawab Zira yang langsung membantu Gaffi untuk kembali berbaring.
" Dek kamu juga istirahat , pasti kamu juga cape " , ujar Gaffi seraya menatap Zira .
" Nggak Zira gak cape kok " , jawab Zira walau sebenarnya ia sedikit mengantuk .
" Udah ayo tidur, jangan khawatir Abang gak bakal berbuat apa-apa" , timpal Gaffi lagi .
Akhirnya Zira ikut membaringkan tubuhnya disamping Gaffi namun ada jarak diantara keduanya.
Tak lama Zira mendengar suara nafas Gaffi yang teratur seperti Gaffi sudah tertidur kembali , Zira perlahan mengecek suhu tubuh Gaffi dan masih terasa panas , Zira pun kembali bangun dan mengambil alat kompresan untuk mengompres Gaffi .
Zira dengan telaten merawat Gaffi , ia benar-benar kasihan dan khawatir melihat Gaffi yang terbaring sakit .
Setelah beberapa kali mengompres dahi Gaffi , dan memastikan kondisi Gaffi semakin membaik Zira akhirnya membaringkan tubuhnya kembali dikasur .
" Cepet sembuh ya bang rasanya Zira jadi gak tega liat bang Gaffi sakit kaya gini " , gumam Zira pelan dan ia perlahan menutup kedua matanya.
Pukul 1 siang Zira terbangun ia langsung melihat Gaffi dan mengecek suhu tubuhnya .
" Alhamdulillah demamnya sudah sedikit turun " , ucap Zira sedikit lega .
Zira kembali mengganti kompresannya , dan ia mulai turun dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Tak lama Zira sudah keluar dari kamar mandi dan ia langsung mengenakan mukenanya , Zira menggelengkan 2 sajadah untuk dirinya dan Gaffi , lalu setelah itu ia membangunkan Gaffi.
" Bang bangun , Shalat Dzuhur dulu " , ucap Zira pelan .
" Emm iya dek " , keluh Gaffi pelan , ia sedikit kaget mendapati kompresan didahinya .
Gaffi teringat jika ia tengah sakit , Gaffi menyimpan kompresannya dimeja dekat tempat tidur dan ia dengan perlahan turun dari tempat tidur .
" Pelan-pelan bang" , perhatian Zira .
" Iya dek " , jawab Gaffi senang kini Zira penuh perhatian kepadanya.
Tak lama Gaffi sudah kembali ia langsung menghampiri Zira yang tengah menunggu , Gaffi memakai baju Koko , kain sarung dan peci lalu ia mulai shalat berjamaah bersama Zira .
Keduanya sudah selesai menunaikan kewajibannya , seperti biasa Gaffi langsung berdzikir dan doa lalu ia menghadap ke arah belakang.
Zira langsung mencium punggung Gaffi dengan takdzim.
" Makasih banyak yak dek , makasih udah merawat Abang " , ucap Gaffi seraya mengelus lembut kepala Zira yang masih terbalut mukena .
" Sama-sama " , jawab Zira tersenyum.
" Gimana Abang udah baikan ? " , tanya Zira menatap Gaffi .
" Alhamdulillah sudah sedikit membaik " , jawab Gaffi jujur .
Kedua nya langsung membereskan alat shalat , dn setelah itu Gaffi kembali ke tempat berbaring ditempat tidur .
" Abang , Zira ke luar dulu sebentar ya " , pamit Zira .
" Iyaa dek " , jawab Gaffi tersenyum manis .
Zira keluar dari kamar dengan masih memakai atasan mukena ia berniat ingin ke dapur mengambil makan untuk Gaffi .
" Bagaimana kondisi Gaffi nak ? " , tanya bunda Zoya yang kebetulan tengah bersantai diruang tv bersama Ayah Syahdan.
" Alhamdulillah udah membaik Bun " , jawab Zira jujur .
" Alhamdulillah , ya udah kalian makan siang dulu " , balas bunda Zoya yang juga dianggukan Ayah Syahdan.
" Iya Bun " , jawab Zira dan ia langsung pamit ke dapur .
Tak lama Zira sudah kembali membawa nampan berisi makan siang lengkap dengan buah sebagai cuci mulut .
Bunda Zoya dan Ayah Syahdan sudah tidak ada diruang tv , mungkin mereka masuk ke kamar untuk istirahat.
Zira langsung pergi ke kamar membawa nampan tersebut , ia langsung membuka pintu nya dan terlihat Gaffi yang kembali berbaring ditempat tidur.
" Abang ayo makan dulu '' ,ujar Zira lembut seraya duduk disamping tempat tidur.
Gaffi kembali membuka kedua matanya dan ia bangun dari berbaring nya .
" Ayo aaa " , Zira menyuapi Gaffi walau terlihat malu-malu.
Gaffi mulai membuka mulutnya dan menerima suapan demi suapan dari Zira . Gaffi benar-benar tidak menyangka kalau Zira seperhtian itu pada dirinya .
" Kamu udah makan siang dek ? " , tanya Gaffi .
" Abang dulu aja aku bisa nanti " , jawab Zira santai dan kembali menyuapi Gaffi .
" Ga bisa gitu dong , ayo sini Abang suapi " , balas Gaffi dan langsung mengambil alih sendok yang ada ditangan Zira .
" Ayoo aaa " , ucap Gaffi menyuapi Zira .
Zira membuka mulutnya dan menerima suapan dari Gaffi walau malu-malu , akhirnya mereka berdua saling menyuapi satu sama lain sampai makan yang ada dipiring berpindah tempat ke perut Gaffi dan Zira .
" Alhamdulillah " , ucap keduanya berbarengan dan mereka saling pandang untuk beberapa detik.
" Abang mau buah ? " , tawar Zira salah tingkah .
" Boleh dek " , jawab Gaffi lembut .
Kini Zira mengambil piring yang berisi buah Naga dan lagi-lagi keduanya saling menyuapi sampai buah yang ada dipinggir pun habis .
" Kalau gini rasanya Abang ingin skit aja deh " , ucap Gaffi seraya terkekeh.
" Ii jangan Abang harus sehatlah " , timpal Zira cepat .
" Memangnya kenapa dek ?" , tanya Gaffi seraya tersenyum.
" Ya gak gimana-gimana pokoknya harus sehat seperti biasanya " , jawab Zira yang salah tingkah karena ditatap oleh Gaffi .
" Kamu khawatir ya dek ? " , tanya Gaffi lagi .
" Dih kepedean " , balas Zira seraya memalingkan wajah nya .
" Tahu gak kenapa Abang pengen sakit terus ? " , tanya Gaffi lagi , dan Zira langsung menggelengkan kepalanya sebagai jawaban .
" Biar Abang diperhatiin terus sama kamu dek " jawab Gaffi tersenyum lebar .
" Blush " , Zira jadi malu sendiri .
~