NovelToon NovelToon
Transmigrasi Aziya

Transmigrasi Aziya

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Transmigrasi / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: lailararista

Aziya terbangun di tubuh gadis cupu setelah di khianati kekasihnya.

Untuk kembali ke raganya. Aziya mempunyai misi menyelesaikan dendam tubuh yang di tempatinya.

Aziya pikir tidak akan sulit, ternyata banyak rahasia yang selama ini tidak di ketahuinya terkuak.

Mampukah Aziya membalaskan dendam tubuh ini dan kembali ke raga aslinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lailararista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mata yang mengintai

Malam ini hujan deras mengguyur. Petir sesekali menyambar, membuat langit seperti robek. Hujan turun sangat deras, namun seorang wanita paruh baya malah berjalan keluar dengan mengendap. Pelan-pelan tapi pasti perempuan itu menggapai pintu untuk keluar rumah.

Aziya yang melihat itu dari ujung tangga mengerutkan dahinya. Rina, pembantu itu terlihat mencurigakan. Tanpa berfikir banyak, Aziya berlari kedalam kamarnya untuk mengambil kunci mobil dan jaketnya. Aziya dengan tergesa-gesa berlari mengikuti Rina.

Setelah tiba di lobby rumahnya, Aziya melihat mobil menjauhi pekarangan rumahnya. Sepertinya Rina pergi menggunakan driver. Tanpa tunggu lama, Aziya mengeluarkan mobilnya dan pergi mengikuti kemana Rina pergi.

Selang beberapa menit, Aziya berhenti disebuah restoran yang lumayan besar. Terlihat Rina masuk kedalam restoran itu dengan berlari kecil. Aziya memaki kupluk dan mengikuti Rina masuk kedalam restoran.

Dengan perlahan-lahan Aziya mendekati meja Rina dan 2 orang dihadapannya. Aziya tidak melihat pasti karena sibuk mencari tempat duduk yang sedikit tersembunyi, namun dekat dengan mereka.

Setelah menemukannya, Aziya menajamkan pendengarannya.

"Saya tidak tau dia bisa mengetahui semua ini dari mana, tapi yang jelas dia tau semua ini, tuan."ujar Rina.

"Kamu memang tidak becus!"ujar pria itu dingin namun menekan."saya sudah menyembunyikan semua ini bertahun-tahun. Kenapa anak itu bisa sampai tau? Kalau dia juga tau itu perbuatan saya, kamu akan mendapatkan akibatnya."

"Bukan saya yang ngasih tau tuan, saya sendiri ketakutan, saya takut hidup anak saya berakhir."ujar Rina dengan suara bergetar.

"Selama kamu tidak buka mulut, kamu aman, dan Azira, anak bodoh itu tidak akan pernah tau, bahwa yang melakukan semua ini adalah kakeknya sendiri."

Deg.

Aziya membeku. Apa? Kakeknya sendiri? Setau Aziya yang masih hidup hanya ayah Brianna. Tapi kenapa dia melakukan semua ini? Dan Berani-beraninya dia mengumpati Azira bodoh.

“Kamu juga harus ingat siapa yang membuat kamu dan anak kamu bisa berada di sini sampai hari ini?” suaranya dingin, membuat udara di restoran itu seolah membeku.

"Saya ngerti, tuan."

Kakek itu menghela napas panjang, lalu menatap ke arah jendela, hujan memantulkan bayangan wajahnya yang keras.

“Aku sudah peringatkan sejak awal. Menukar bayi hanyalah langkah kecil. Tujuan besarnya adalah memastikan garis keluarga ini tetap berada di jalur yang aku tentukan. Jika Azira tau… maka dia adalah ancaman.”

Rina memberanikan diri menatap kakek itu. “Jadi… apa yang harus kita lakukan kepada Azira?”

Kakek itu berbalik, sorot matanya tajam, menusuk.

“Jika dia benar-benar tau, maka satu-satunya cara adalah… menyingkirkannya. Selamanya.”

Mendengar itu hatinya berdegup kencang. Dadanya terasa sesak mendengar kebenaran itu. Jadi benar, dalang di balik semua ini adalah kakeknya sendiri. Orang yang selama ini dihormati, tempat keluarganya bersandar. Aziya memang belum pernah bertemu kakeknya, tapi menurut rumor dia orang yang baik. Tidak menyangka aslinya seperti ini.

Aziya menggenggam erat ujung jaketnya. Kini bukan hanya Azura atau Rina yang harus di hadapi. Tapi orang yang jauh lebih berkuasa, lebih licik, dan tak segan melakukan apa saja demi ambisinya.

Dalam hatinya, Aziya berbisik penuh tekad.

"Kalau begitu, permainan sesungguhnya baru saja dimulai.”

...★★★...

Aziya melangkah kembali ke kamarnya dengan hati yang masih berdebar kencang. Suara kakeknya yang dingin terus terngiang di telinganya.

"Jika dia benar-benar tahu… maka satu-satunya cara adalah menyingkirkannya. Selamanya."

Aziya menutup pintu kamar perlahan, lalu menyandarkan tubuhnya ke tembok. Matanya menatap kosong ke langit-langit.

“Gue gak bisa gegabah,” bisiknya. “Kalau gue melawan sekarang, gue akan dimusnahkan sebelum sempat membuka kebenaran.”

Di meja rias, terlihat pantulan wajahnya di cermin. Senyum samar muncul.

“Baiklah, Kakek, kalau ingin bermain, aku akan bermain. Tapi jangan salahkan aku kalau permainan ini berakhir dengan kehancuranmu.”gumam Aziya menyeringai tipis.

Keesokan harinya, suasana rumah tampak normal. Brianna sibuk mempersiapkan acara ulang tahun Azira dan Azura, yang akan digelar minggu depan. Azura menempel pada ibunya seperti bayangan, mencoba terlihat manis. Perempuan itu yang meminta acara ulang tahun nya dibuat besar-besaran. Cih, berlebihan.

Sementara itu, Aziya duduk di taman belakang bersama ayahnya. Mereka berbicara dengan suara rendah.

“Pa,” ujar Aziya pelan, “aku udah tau siapa dalangnya. Semua ini, kakek yang mengatur.”

Sang ayah menatapnya tajam. “Kamu yakin?”tanya nya memastikan.

Aziya mengangguk. “Aku mendengar sendiri. Dia meminta Rina untuk menyingkirkanku.”

Ayahnya mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. “Aku sudah lama curiga… tapi tidak pernah punya bukti. Kalau benar dia dalangnya, kita harus hati-hati. Papa sudah lama berada di bawah bayang-bayangnya.”

“Lalu apa langkah kita sekarang, Pa?”

Arion menatapnya penuh tekad.

“Kita tunggu saat acara ulang tahun kamu. Semua kerabat akan hadir, termasuk kakekmu. Di sana, kita buka rahasia ini. Tidak ada jalan bagi mereka untuk kabur.”

Aziya tersenyum samar. “Baik. Tapi sebelum itu, izinkan aku bermain-main sedikit dengan Azura dan Bik Rina. Aku ingin mereka semakin goyah sebelum ledakan besar itu.”

Arion hanya mengangguk, sorot matanya penuh kebanggaan. “kamu anakku. Papa percaya padamu.”

...★★★...

Hari-hari berikutnya, Aziya sengaja melontarkan sindiran-sindiran halus setiap kali bertemu Azura. Saat di ruang keluarga, ia berkata, “Lucu ya, ada orang yang memakai nama keluarga tapi darahnya bukan dari sini.”

Sindiran itu membuat Azura yang sama sekali tidak tau apa-apa terdiam, berfikir keras tentang kemana arah sindiran Aziya.

"Kamu ngomong apa?"tanya nya.

Evan yang duduk disebelah Azura menghela nafas panjang. "Jangan cari masalah deh, Zira."

"Gue gak cari masalah, cuma bicara sedikit fakta."

"Fakta apa apa sih, lo gak jelas banget."ujar Evan kesal. Aziya mengangkat bahunya acuh dan berjalan menuju dapur, meninggalkan dua orang itu yang tengah keheranan.

Niat awal Aziya ingin mengambil minum. Tapi saat di dapur dia malah bertemu Rina, ia menatap wanita itu tajam, Aziya meneguk minumannya lalu mendekati Rina. Aziya yang sedikit tinggi dari Rina menunduk, mencondongkan badannya lalu berbisik ditelinga Rina.“Bagaimana rasanya tidur setiap malam dengan rahasia besar yang bisa menghancurkan hidupmu kapan saja?”

Bisikan itu membuat tangan Rina bergetar. Setiap bertemu Rina, pasti Aziya selalu mengucapkan kata-kata yang menohok. Rina semakin ketakutan hingga tubuhnya kurus dalam hitungan hari.

Aziya yang melihat keterdiaman dan ketakutan Rina tersenyum puas.  Dia sedikit menjauh sambil terus menatap intens Rina. Aziya memperhatikan Rina dari atas hingga bawah.

"Bibik takut pekerjaan Bibik terancam, atau takut Azura jadi gelandangan?"Rina semakin menunduk dalam, iya meremas ujung apronnya. Rina menghela nafas dan memberanikan diri menatap Aziya.

"Non, non lebih baik diam dan berlaku seolah tidak terjadi apa-apa dari pada nyawa non jadi taruhannya."Aziya yang mendengar itu tergeletak pelan.

"Kamu ngancem saya atau memerintah saya?"Rina menggeleng cepat.

"Saya tidak bermaksud seperti itu. Saya hanya mengatakan apa yang saya tau, nyawa non taruhannya kalau berani buka suara."Aziya melipat kedua tangannya sembari menatap Rina setajam silet.

"Kamu pikir saya takut? Jangan kan kamu, orang seperti kakek saya pun tidak membuat saya getar."ujar Aziya tajam.

Rina membeku. Dia tidak bisa berkata-kata lagi. Azira, dia benar-benar tau segalanya. "Kenapa? Kaget saya tau?"

Rina hanya diam, justru keterdiaman Rina membuat Aziya tertawa bak iblis. "Kamu belum tau siapa saya, orang seperti Ronald bisa saya patahkan dengan satu jentikan jari."ujar Aziya sombong. Ronald yang dimaksud adalah ayah Brianna. Orang yang dihormati selama ini.

"Sedikit lagi, Bik Rina. kamu akan hancur."

1
lailararista
selamat membacaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!