NovelToon NovelToon
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Pengantin Pengganti / Percintaan Konglomerat / Pengantin Pengganti Konglomerat / Romansa / Roman-Angst Mafia
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Menjelang hari pernikahannya, Amara menghilang tanpa jejak. Dengan waktu yang semakin sempit, keluarga calon pengantin pria mendesak agar pernikahan tetap berlangsung demi nama baik. Helena, adik Amara yang diam-diam mencintai tunangan kakaknya, Lucian, dipaksa menjadi pengantin pengganti.

Namun ketika ia menerima peran itu dengan hati yang penuh luka, Helena menemukan jejak kejanggalan: apartemen Amara yang terlalu rapi, koper yang tertinggal, dan waktu yang tidak sinkron dengan hari hilangnya Amara. Semakin ia melangkah ke dalam pernikahan, semakin besar pula misteri yang membayangi keluarga mereka.

Jejak-jejak ganjil tentang hilangnya Amara membuat Helena ragu: apakah ia sedang mengambil tempat seorang pengantin yang kabur, atau menggantikan seseorang yang sudah tak akan pernah kembali?

.

Jika ada kesamaan nama tokoh, dan latar hanyalah fiktif belaka, tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata.

follow ig: @aca_0325

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Helena menutup pintu apartemen Amara perlahan, berusaha menenangkan degup jantungnya. Udara sore terasa dingin ketika ia menuruni tangga dan tiba di depan gedung.

Sebuah mobil kecil berwarna silver sudah menunggu di tepi jalan. Dari dalam, Alina melambai riang. “Helena!”

Helena tersenyum tipis dan segera masuk. Tapi belum sempat ia mengucap apa-apa, mata Alina yang tajam sudah memperhatikan bangunan apartemen di belakangnya.

“Len…” Alina memiringkan kepala, keningnya berkerut. “Itu kan apartemen Amara, ya? Kamu ngapain di sana?”

Helena membeku sejenak, jemarinya menggenggam erat tas berisi foto dan catatan Amara. Pertanyaan itu menusuk tepat di hatinya, mengingat Amara sudah menghilang lebih dari seminggu, dan semua orang yang mengenalnya pasti tahu kabar itu.

“Ehm… aku cuma…” Helena menelan ludah, mencari alasan. “Aku cuma merasa… kangen. Jadi tadi aku mampir sebentar. Apartemennya masih rapi, jadi aku pikir nggak apa-apa kalau masuk.”

Alina menatapnya lama, seolah mencoba membaca sesuatu yang Helena sembunyikan.

“Len, kamu beneran baik-baik aja? Maksudku… aku ngerti kamu pasti khawatir sama Amara, tapi…” Ia menghela napas, menahan kata-kata. “Orang-orang bilang, kalau seseorang udah hilang lebih dari seminggu, kemungkinan besar-”

“Jangan, Lin.” Helena memotong cepat, suaranya bergetar. “Jangan ngomong begitu. Aku yakin Amara masih ada di luar sana.”

Keheningan singkat mengisi mobil. Alina akhirnya mengangguk pelan, mencoba menghormati keyakinan sahabatnya. “Oke, oke. Aku nggak akan bahas lagi. Yuk, kita pergi cari kado. Siapa tahu bisa bikin kamu lupa sejenak.”

Helena menatap keluar jendela, menelan perasaan yang berputar di dadanya. Ia tahu Alina tidak bermaksud jahat. Tapi semakin orang di sekitarnya menyerah pada kenyataan, semakin ia merasa harus berpegang teguh pada harapan bahwa Amara belum benar-benar pergi.

Mobil silver itu meluncur meninggalkan area apartemen. Sepanjang jalan, Alina berusaha mencairkan suasana dengan bercerita hal-hal ringan tentang kampus, dosen killer, dan gosip mahasiswa. Helena hanya menanggapi dengan senyum tipis atau anggukan kecil.

Tak lama kemudian mereka tiba di sebuah pusat perbelanjaan yang cukup ramai. Cahaya lampu toko berkilau, kontras dengan beban yang Helena bawa di dalam pikirannya.

“Yuk, kita cari sesuatu buat Mama,” kata Alina sambil menarik tangan Helena masuk ke sebuah butik perhiasan.

Di dalam, Alina bersemangat mencoba berbagai kalung dan gelang. “Menurutmu, Len, Mama lebih cocok gelang mutiara ini atau liontin sederhana?”

Helena menatap keduanya, pikirannya melayang entah ke mana. Tapi ia memaksa tersenyum. “Liontin itu… kelihatan elegan. Cocok buat tante.”

Alina mengangguk puas. “Iya, aku juga suka yang ini. Kamu memang selalu bisa menilai dengan tepat.”

Helena ikut berjalan di samping Alina dari satu toko ke toko lain. Sementara Alina sibuk memilih-milih kado, Helena sesekali melirik ke dalam tasnya sendiri, memastikan foto dan catatan Amara masih aman. Ada rasa gelisah yang terus menghantui, meski ia berusaha menyembunyikannya di balik senyum sopan.

Saat mereka melewati toko buku, Helena berhenti sejenak. Di rak depan terpajang buku-buku yang familiar baginya. Judul itu sama dengan yang ada di perpustakaan mini rumahnya, koleksi yang sering dibaca Lucian. Ada rasa dingin menjalar ke tulang punggungnya. Kenapa aku harus teringat dia sekarang?

“Len? Hei, kamu kenapa? Kok bengong?” suara Alina menyentaknya.

Helena buru-buru menggeleng. “Nggak, nggak apa-apa. Yuk, kita lanjut.”

Namun di balik senyum samar itu, pikirannya tetap kalut. Seolah apa pun yang ia lihat, ke mana pun ia pergi, semuanya kembali mengikat dirinya pada satu hal: Amara… dan Lucian.

Helena baru saja hendak mengikuti Alina ke toko perhiasan berikutnya ketika matanya tak sengaja menoleh ke arah toko buku yang barusan mereka lewati. Pandangannya terhenti.

Di sana, berdiri seorang pria dengan jas kasual hitam, sedang membolak-balik sebuah buku. Wajah itu tak asing... alis tebal, tatapan mata yang tajam namun selalu menyisakan kesan penuh rahasia.

Rafael.

Sahabat Amara sejak kecil. Orang yang juga hadir di pesta pernikahannya, meski hanya sebentar dan menghilang tanpa banyak bicara.

Jantung Helena berdegup lebih cepat. Apa yang dia lakukan di sini?

Seolah merasakan tatapan, Rafael mengangkat kepala. Mata mereka bertemu sesaat. Helena buru-buru menoleh, pura-pura memperhatikan etalase di sebelahnya. Tapi perasaan gelisah makin kuat.

“Len, kamu mau masuk ke toko itu?” tanya Alina heran, karena melihat Helena tak bergerak.

“Ah… tidak. Aku cuma… lihat-lihat,” jawab Helena gugup. Ia melirik lagi, Rafael masih ada di sana, kini terlihat sedang berbincang singkat dengan kasir sebelum melangkah keluar.

Helena menelan ludah. Ada keinginan kuat untuk menghampiri dan bertanya sesuatu... apa saja, tentang Amara. Tapi kakinya terasa berat, sementara Alina sudah menarik tangannya ke arah eskalator.

Dalam hati Helena berdesis, Kenapa aku merasa Rafael tahu sesuatu? Dan kenapa dia muncul lagi… tepat ketika aku mulai mencari jejak Amara?

Rafael melangkah keluar dari toko buku, berjalan santai dengan kedua tangan di saku celana. Helena refleks ingin mengejarnya, tapi genggaman tangan Alina di lengannya menahannya.

“Ayo, Len, aku mau lihat sepatu di lantai atas,” kata Alina ceria, sama sekali tak menyadari kegelisahan Helena.

Helena menoleh sekali lagi. Rafael sudah menjauh, langkahnya tenang tapi mantap, hingga akhirnya hilang ditelan kerumunan pusat perbelanjaan. Hati Helena terasa seperti diikat, rasa ingin tahu membuncah, namun ia tak bisa bergerak.

“Len?” Alina menatapnya heran. “Kamu kenapa? Dari tadi kayak nggak fokus.”

Helena buru-buru memaksakan senyum. “Maaf, aku cuma agak capek. Nggak apa-apa, ayo kita lihat sepatu.”

Mereka menaiki eskalator, suara ramai mall bergema di sekeliling. Tapi Helena nyaris tak mendengar apa-apa selain detak jantungnya sendiri. Ia tahu ia baru saja kehilangan kesempatan penting. Rafael, sahabat Amara yang entah kenapa muncul di pesta pernikahan dan kini di toko buku itu… pasti menyimpan sesuatu.

Namun, di sampingnya Alina tertawa kecil sambil mencoba-coba sepatu. Helena tak tega membuat sahabatnya curiga, apalagi mengorbankan momen ringan ini dengan pertanyaan-pertanyaan penuh misteri.

'Baiklah, batinnya lirih. Untuk sekarang aku tahan. Tapi suatu saat… aku akan menemukan Rafael lagi. Dan saat itu, aku akan menuntut jawaban.'

Helena meraih tasnya, merasakan amplop berisi foto dan catatan Amara masih tersimpan di dalam. Sementara wajah Rafael terus terbayang, bercampur dengan pesan samar Amara: “Jangan percaya siapapun.”

Setelah belanja beberapa barang, Alina menepuk tangan Helena. “Len, aku lapar banget. Yuk kita makan dulu sebelum pulang.”

Helena hanya mengangguk, membiarkan Alina menariknya menuju sebuah restoran elegan di lantai dasar mall. Lampu temaram menggantung di langit-langit, menciptakan suasana hangat.

Mereka memilih meja dekat jendela. Alina sibuk melihat menu, sementara Helena menyandarkan diri sejenak, pikirannya masih tersisa pada Rafael yang sempat ia lihat.

Saat pelayan datang dan mencatat pesanan, mata Helena tanpa sengaja beralih ke sisi lain restoran. Seketika dadanya mengeras.

Di sana, duduk Lucian.

Ia bersama tiga pria lain, jelas kolega bisnisnya dari cara berpakaian dan cara mereka berbicara serius namun santai. Yang membuat Helena tercekat bukan kehadiran Lucian itu sendiri, melainkan ekspresi di wajahnya.

Lucian tersenyum. Bahkan tertawa kecil. Gerak tubuhnya luwes, tatapannya hidup, dan ia tampak begitu… hangat. Bukan sosok dingin yang selama ini Helena hadapi di rumah.

Helena terdiam, menatap tanpa sadar. Ada rasa asing yang menusuk, antara kagum, iri, sekaligus terluka. 'Jadi… sebenarnya dia bisa tersenyum begitu. Hanya saja tidak pernah untukku.'

“Len?” suara Alina memotong lamunannya. “Kamu ngeliatin apa?”

Helena cepat-cepat menunduk, pura-pura sibuk merapikan sendok di mejanya. “Nggak, nggak apa-apa.”

Tapi matanya tetap sempat melirik sekali lagi. Lucian, yang sama sekali belum menyadari keberadaannya, tampak benar-benar berbeda. Begitu hidup… begitu jauh dari suami yang ia temui setiap malam di rumah besar itu.

Helena menelan perih yang mengganjal di dadanya. Ada sesuatu yang salah. Dan ia tahu, lambat laun ia harus mencari tahu: siapa sebenarnya Lucian, di balik senyum yang ia tunjukkan pada dunia, tapi tidak pernah untuk dirinya.

...***...

...Like, komen dan vote....

...💙💙💙...

1
kalea rizuky
skip males cwk nya oon
kalea rizuky
males bgt muter aja ne cerita
kalea rizuky
Helena ngapain ngemis ngemis pergi jauh aja bodohh bgt benci MC lemah
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
nonoyy
siapa yaa laki2 itu? smg sgr terungkap yaa misteri soal amara
nonoyy
kamu tau harapan mu ttg lucian sangat menyakitkan, tapi kenapa kamu masi saja berharap lucian akan menoleh ke kamu helena, berhentilah karena itu semua menurut mu tidak mungkin..
nonoyy
masih misteri dan teka teki.. dibuat gemusshh dgn ceritanya
Nda
luar biasa
Lunaire astrum
lanjut kak
Nyx
Jangan-jangan hilangnya Amara ada hubungannya dengan Rafael😌
olyv
nexttt thorrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!