NovelToon NovelToon
BENCONG UNDERCOVER - My Bencong Is Aman-zing

BENCONG UNDERCOVER - My Bencong Is Aman-zing

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Mafia / One Night Stand / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Roman-Angst Mafia
Popularitas:466
Nilai: 5
Nama Author: Yuni_Hasibuan

Nama besar - Mykaelenko... bukan hanya tentang kekayaan.
Mereka mengendalikan peredaran BERLIAN
— mata uang para raja,
Juga obsesi para penjahat.

Bisnis mereka yang resmi. Legal. Tak bernoda
— membuat mereka jauh lebih berbahaya daripada Mafia Recehan.

Sialnya, aku? Harus Nikah kilat dengan Pewarisnya— Dimitry Sacha Mykaelenko.
Yang Absurdnya tidak tertolong.

•••

Namaku Brea Celestine Simamora.
Putri tunggal Brandon Gerung Simamora, seorang TNI - agak koplak
- yang selalu merasa paling benar.

Kami di paksa menikah, gara-gara beliau yakin kalau aku sudah “di garap” oleh Dimitry,
yang sedang menyamar menjadi BENCONG.

Padahal... sumpah demi kuota, aku bahkan tak rela berbagi bedak dengannya.
Apalagi ternyata,,,
Semua cuma settingan Pak Simamora.

⛔ WARNING! ⛔
"Cerita ini murni fiksi, mengandung adegan ena-ena di beberapa bab.
Akan ada peringatan petir merah di setiap bagian — Anu-anu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuni_Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Real Stranger?

***

Yannick melihat layar lebih seksama, tapi matanya langsung melotot.

"Tuan Muda… Anda sendiri yang mengaktifkan tracker ini?"

Dia bertanya begitu, karena ia tau betul: titik hijau semacam itu hanya di miliki Nyonya Michelin—ibu kandung Dimitry,

yang merupakan menantu keluarga inti Mykaelenko.

Terakhir Yannick lihat tadi malam, titik hijau seperti itu masih ada di Rusia sana.

Nah, kalau sekarang titik hijau yang sama lagi ada di Indonesia,,,

Artinya, cuma bisa satu hal…

"Ya. Dia calon istriku." Dimitry menjawab cepat, tanpa tedeng aling-aling. "Dan kalian tau kan, berapa harga yang harus dibayar kalau sampai terjadi sesuatu sama dia?"

Kim Jun, yang baru saja masuk, spontan menaikkan sebelah alisnya, Tatapannya pindah ke layar, lalu berpindah lagi ke wajah Dimitry.

"Sejak kapan Tuan Muda punya calon istri?" tanyanya, nada heran tapi hati-hati.

Tapi tak di jawab, cuma di hadiahi tatapan tajam Dimitry, yang bikin udara serasa ngambang.

"Glek…" keduanya hampir bersamaan menelan ludah.

"Baik, Tuan Muda."

"Siap. Laksanakan."

Serempak keduanya langsung menjawab dengan aura kepatuhan.,

Mereka langsung berbalik menuju pintu. Langkah mereka cepat, seolah kalau telat, tatapan maut itu bakal nancep di punggung mereka masing-masing.

***

Di tempat lain

Brea mulai sadar dari pingsannya. Kepalanya berdenyut, nyeri menusuk. Pandangannya buram, lalu pelan-pelan jadi fokus. Walaupun masih gelap. Dan. Sekitarnya terasa berguncang.

Jalan berbatu. Mobil melaju kencang. Bikin perutnya ikut teraduk.

“Kamu sudah sadar, cantik?”

Suara itu… Renggo. Dan terlalu,,, dekat.

Brea tersentak, langsung terduduk. Nafasnya pendek-pendek. Dia barus sadar kalau lagi ada di dalam Mini Van, hanya ada satu jendela kecil di bagian supir.

“Ka… kamu?”

Renggo duduk di sampingnya, kakinya menyilang, mukanya pasang senyum lebar.

“Iya, sayang. Memangnya kamu ngarepin siapa?”

“Sialan… kamu apain lagi aku?!”

Dia berusaha berontak, tapi pergelangan tangannya rupanya terikat kuat. Bikin kulitnya memerah, rasa perih menyusup. Napasnya tercekat, marah bercampur takut. Bayangan dirinya terkunci di basement beberapa hari lalu, sekali lagi menghantam ingatan.

“Lepas! Lepasin aku!”

Renggo bengong sebentar, lalu mengulurkan tangan, ragu-ragu ke arah ikatan itu, tapi,,,

“Goblok! Berani lepasin talinya, keluar kau dari misi ini!”

Ternyata ada suara dingin yang memotong niat Renggo melepaskan ikatan Brea. Suaranya datang dari kursi depan, tepat di samping sopir. Lelaki itu memakai masker, hanya matanya yang terlihat—tajam, dingin, dan gak ramah dari kaca dasbor.

Renggo menarik tangannya lagi, mendengus tak suka, tapi patuh.

“Renggo… kenapa sih kamu culik aku sampai dua kali? Apa salahku sama kamu?”

Pertanyaan itu meluncur dari bibir Brea, tajam walaupun badannya gemetar.

“Salahmu banyak, Nona. Pertama, karena punya tunangan macam dia.”

Bukan Renggo yang menjawab, melainkan lelaki bermasker di kursi depan.

"Kami sudah putus. Aku sudah batalkan semuanya!” Potong Brea cepat.

“Itulah kesalahan keduamu,” balasnya datar. “Kalau kalian lanjut menikah, kami gak perlu repot-repot ngelakuin ini.”

Dia mengangkat pistol. Ujung moncongnya gak langsung mengarah ke Brea, tapi pantulannya di kaca dasbor cukup bikin darahnya mendidih.

Brea mengerjap. Lelaki ini… asing. Waktu penculikan sebelumnya dia gak ada. Tapi sekarang, bahkan aura dinginnya bisa mengalahkan Renggo.

“Siapa kalian? Renggo, mereka ini siapa?”

Tanya Brea mulai ketakutan.

Renggo cuma tersenyum miring.

“Kamu gak usah banyak tanya, sayang. Salahmu kan cuma satu…”

Tatapannya menusuk, tepat ke mata Brea

“…kenapa kita harus putus?"

Kepala Brea tiba-tiba berdenyut hebat, pusingnya datang kayak gelombang, membuat perutnya ikut mual.

Dia ingat betul Perasaan seperti ini, adalah efek obat bius. Sama persis seperti malam dia diculik pertama jak.

Tapi… kapan?

Terakhir, dia cuma beli Yakult di warung depan rumah. Gak ada yang aneh… kecuali satu hal: si “ibu penjual” tiba-tiba bicara dengan suara…

Ya ampun.

Yakult?

Brea menelan ludah.

Ah, jelas. Obat biusnya dicampur ke minuman itu.

“Akh… sakit.” Brea meringis sambil memegang kepala. “Sialan kamu, Renggo! Gila! Semua ini cuma gara-gara kita putus?”

“Cuma? Kamu bilang cuma?” Renggo memelototinya, suaranya meninggi. “Kalau kita gak putus, mereka nggak gak akan nyuruh aku culik kamu. Semua rencana pasti beres!”

"Rencana? Rencana apa maksudmu?"

Cecar Brea, dia benar-benar bingung.

Renggo tak langsung menjawab.

Belum sempat mulutnya terbuka lagi, van mini yang mereka tumpangi berguncang keras, menikung tajam.

“Hei, kita mau ke mana? Kenapa jalurnya beda!” Renggo menegur laki-laki yang duduk di kursi supir dengan nada curiga.

“Tolol! Semua kacau gara-gara kau. Kita dikepung! Bapaknya perempuan itu kirim pasukan besar-besaran!” bentak si lelaki bermasker.

Ayah?

Pikiran Brea langsung melayang pada Pak Simamora. Pasti beliau panik setengah mati. Ibunya? Apalagi—pasti sudah ketakutan mendengar kabar putrinya menghilang.

Tapi… kepanikan mereka, juga paniknya para penculik, bisa jadi keuntungan buatnya.

“Renggo… udahlah. Lepasin aku. Daripada kamu dikejar terus sama orang-orang ayahku. Kamu paling tau kan, kalau dia ngamuk itu gimana?”

Belum sempat Renggo merespons, lelaki di depan ikut menyambar:

“Terus kenapa? Kau pikir kami takut? Suruh saja dia ngamuk, biar dia lihat anak gadisnya pulang tinggal mayat!”

Deg.

Jantung Brea serasa di cabut. Orang ini… Betul-betul gila. Dan nyawanya memang tak ada artinya bagi mereka.

“Sayangku… cantikku… sudah ya. Sekarang mending kamu diam saja. Jangan banyak tanya. Daripada dia nekat bunuh kamu,” timpal Renggo, tersenyum dengan aura gelap yang bikin bulu kuduk Brea merinding.

Brea bergidik.

Renggo yang dulu dia kenal, lelaki lembut yang kadang marah tapi tak pernah sekejam ini, sekarang telah menghilang. Tabiat dan sikapnya sekarang persis orang asing.

***

Di sisi lain tanpa mereka sadari, yang bergerak mencari Brea sekarang bukan cuma Pasukan Khusus Aurora. Tim elit Abort Mission juga ikut turun tangan Bedanya, mereka lebih gesit… dan jauh lebih licik.

Mereka sebenarnya sudah tau di mana mobil Van yang membawa sudah berhenti. Tapi alih-alih langsung bergerak, Kim Jun malah memilih memainkan jalur aman. Bersama partnernya yang paling polos, ia menyamar jadi turis asing, lalu melangkah santai ke kantor polisi terdekat.

“Sir, I want to report something… I almost got hit by an ice cream truck, whit this plate number. The driver was aggressive. He even threw this bag at me,” katanya dalam bahasa Inggris patah-patah sambil menunjukkan foto plat nomor dari ponselnya, lalu meletakkan tas hitam di atas meja.

Polisi itu sigap. "Maksudnya, ada truck eskrim yang hampir menabrak bapak, tapi malah melempar wajah bapak pakai tas ini?" Tanya petugas polisi yang berjaga.

Kim Jun menjawab dengan antusias.

Lalu petugas itu memeriksa foto plat nomor, menunjukkannya ke rekan, lalu rekan itu segera membawa foto tersebut ke atasan mereka karena mencurigai sesuatu.

“Terus, isi tas ini apa? Kenapa dibawa kemari? Sudah diperiksa?” tanya si polisi, tatapannya penuh curiga.

Kim Jun mengangguk kaku. “Sudah, Pak. Tapi… lebih baik Bapak lihat sendiri. Saya takut… gak mau lihat lagi.”

Rasa penasaran polisi langsung terpancing. Ia membuka tas itu, dan menemukan gulungan kain kotor penuh bercak darah. Saat kain dibuka, muncullah sepucuk pistol.

“Bapak yakin tas ini dilempar dari mobil es krim tadi? Bukan punya Bapak sendiri?” Polisi jelas tak mau langsung percaya—jaman sekarang, banyak pelaku kejahatan yang menjebak orang lain dengan bukti palsu.

“Ya, saya yakin, Pak. Nih, benjolnya masih ada di kepala saya. Lihat?” ujar Kim Jun sambil menunjukkan memar di dahinya yang tepat mengenai logo tas itu. “Saya bahkan nggak sempat pegang kainnya. Begitu lihat ada darahnya, saya takut, langsung saya bawa ke sini.”

Ia bicara panjang lebar—dan sebagian besar hanyalah dusta. Benjolan di kepalanya bukan karena dilempar tas, tapi ulahnya sendiri. Demi memperkuat skenario, dia menumbukkan dahinya ke logo tas itu.

Ok,, memang skenarionya rapi. Meyakinkan. Dan benar-benar licik.

Dan entah karena wajah Kim Jun terlalu tampan dengan ekspresi polos, atau karena ceritanya terlalu mulus, polisi pun percaya.

“Darurat! Emergency!” Dalam sekejap, situasi di kantor itu berubah jadi kacau. Kasus ini langsung naik ke prioritas tingkat satu, apalagi setelah digabungkan dengan laporan tentang anak Pak Simamora yang baru saja diculik menggunakan mobil es krim.

Informasi lokasi terakhir Brea segera tersebar—dan sampai ke telinga Pak Simamora. Ia bergerak cepat bersama tim.

Sementara itu di pihak Kim Jun, Yannick hanya bisa geleng-geleng kepala, sedangkan Kim Jun? Dia malah tertawa kecil, puas.

***

1
Xavia
Jelek, bosen.
Yuni_Hasibuan: Boleh di skip ya say.

Lain kali, lebih baik diam daripada dapat dosa, karena menghina karya orang lain.
total 1 replies
Esmeralda Gonzalez
Aku suka banget sama karakter tokoh utamanya, semoga nanti ada kelanjutannya lagi!
Yuni_Hasibuan: Sip,,,,
Terimakasih banyak Say.
Tetep ikutin terus.. Ku usahakan baka update setiap hari.


Soalnya ini setengah Based dari true story. Ups,,, keceplosan.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!