NovelToon NovelToon
MANUSIA ABADI

MANUSIA ABADI

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Menjadi Pengusaha / Kultivasi Modern
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Taufik

Sebelum ada bintang, sebelum Bumi terbentuk, dia sudah ada.

Makhluk abadi tanpa nama, yang telah hidup melewati kelahiran galaksi dan kehancuran peradaban. Setelah miliaran tahun mengembara di jagat raya, ia memilih menetap di satu tempat kecil bernama Bumi — hanya untuk mengamati makhluk fana berkembang… lalu punah… lalu berkembang lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alex chu bergerak

Suara ledakan kecil dan tembakan bersahutan kembali memenuhi udara malam. Tim elit yang tadi sempat mendapat sergapan kini kembali bergerak ke lokasi utama misi. Beberapa prajurit sudah meneteskan darah, sebagian tertatih namun tetap menggenggam erat senjata mereka.

Leng Yuran, meski tubuhnya mulai kelelahan, tetap berada di barisan depan. Tatapannya tajam menembus malam, dan suaranya sesekali terdengar tegas memberi komando. Misi ini belum selesai.

Namun musuh kembali muncul. Kali ini jauh lebih banyak. Taktik mereka lebih rapi, persenjataan lebih lengkap. Serangan datang dari berbagai arah — menyergap seperti hantu di tengah kegelapan.

Bentrok pun tak terhindarkan.

Prajurit demi prajurit bertarung mati-matian. Suara teriakan, peluru, dan granat terdengar seakan tidak pernah berhenti.

Leng Yuran melompat ke balik reruntuhan puing, napasnya memburu. Di tangannya, senapan sudah kehabisan peluru. Ia beralih ke pistol cadangan, namun hanya dua peluru tersisa.

Saat itulah, salah satu musuh mendekat dari belakang. Diam-diam, dengan parang besar yang sudah terangkat tinggi, siap menebas lehernya.

Leng Yuran yang tengah memusatkan perhatian ke arah depan sama sekali tidak menyadari ancaman itu.

Tiba-tiba—

Ckrek!

Sebuah suara tajam mengiris udara. Dalam sekejap, pria yang hendak menebas Leng Yuran terhenti. Tubuhnya menegang, lalu jatuh ke tanah dengan darah menyembur dari lehernya.

Leng Yuran menoleh refleks.

Dan di sana, berdiri Alex Chu.

Wajahnya datar. Tidak ada emosi. Tidak ada kegelisahan. Hanya ketenangan mutlak seperti malaikat maut yang berjalan di medan perang.

Tatapannya kemudian menyapu seluruh area. Melihat bagaimana para prajuritnya jatuh satu per satu, luka berdarah, dan bertarung mati-matian untuk bertahan hidup.

Suara letusan peluru tak mengganggu pikirannya sedikit pun.

Ia membuka mulutnya, tenang, pelan, dan dingin:

“Kalian… payah.”

Beberapa prajurit yang mendengarnya merasa tersinggung dengan kebencian di matanya

Alex Chu mengangkat satu-satunya senjatanya — sebuah pisau tempur hitam — yang sejak awal tergantung tenang di pinggangnya.

Tanpa perintah, tanpa rencana, dia melangkah maju sendirian.

Langkah-langkahnya pelan namun mantap. Setiap pijakan seperti dentuman genderang perang yang menghantam mental musuh.

Seorang tentara musuh melihatnya dan langsung menembak.

DOR! DOR! DOR!

Namun tak satu pun peluru menyentuh Alex.

Gerakannya terlalu cepat. Terlalu sempurna.

Dalam sekejap, dia sudah berada di hadapan si penembak — dan dengan satu gerakan tajam, pisau itu menebas tenggorokannya.

Darah menyembur.

Musuh di sekelilingnya kini panik.

Namun belum sempat mereka bereaksi, Alex Chu sudah bergerak.

Pisau itu menari di tangannya seperti perpanjangan dari tubuhnya. Setiap gerakan adalah kematian. Setiap ayunan membawa teriakan terakhir musuhnya.

Tiga orang datang dari kanan—

Tebasan horizontal, tubuh mereka tumbang bersamaan.

Dua dari kiri mencoba menyerangnya dengan bayonet—

Alex menunduk, berputar, dan pisau menyayat urat di paha dan leher mereka.

Darah membanjiri tanah. Mayat mulai bergelimpangan di sekelilingnya.

Para prajurit Tim 2 hanya bisa menyaksikan, terdiam. Tak satu pun bisa bergerak, karena mereka tahu—

apakah dia masih manusia.

Leng Yuran berdiri terpaku. Di matanya, pria yang tadi dia anggap sombong dan tidak berguna, kini berubah menjadi sosok iblis bersayap gelap. Bergerak di antara kematian tanpa sedikit pun rasa takut atau amarah. Hanya dingin.

Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Leng Yuran menggigil. Bukan karena luka, tapi karena satu kesadaran…

Mereka selama ini bertarung di sisi makhluk yang saat bergerak seperti dewa kematian.

1
Dah Leha
bagus dan menarik
Mít ướt
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
Rizitos Bonitos
Tersentuh banget dengan kisah ini.
Azure
Terima kasih penulis hebat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!