Zhao Jinyue, putri keempat Bangsawan Jing kehilangan segalanya setelah Pangeran Rui—sang suami—mendapatkan gelar Putra Mahkota.
Dia yang seharusnya menjadi Putri Mahkota tidak hanya dikhianati, tetapi juga difitnah dan dibunuh dengan kejam.
Zhao Jinyue pikir kematian tragisnya adalah akhir dari segalanya, tanpa diduga dia malah lolos dari lubang neraka dan kembali di hari Kaisar menjatuhkan titah pernikahan untuknya.
Dengan kenangan menyakitkan yang membekas di ingatannya, Zhao Jinyue mana mungkin bersedia mengulangi kesalahannya dengan menikahi Pangeran Rui dan membiarkan kakak ketiganya menjadi selir samping, bahkan bersedia menyetarakan status mereka.
Di kehidupan ini, Zhao Jinyue akan menjadi wanita yang berbudi luhur di mata dunia. Namun, diam-diam merencanakan pembalasan dan berbalik menaiki kapal Pangeran Runan, musuh bebuyutan Pangeran Rui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Raja Pingnan
Setelah mendengarkan rencana Jinyue dalam hening dan khidmat, Pangeran Runan bertanya dengan ekspresi seirus. "Jadi, apa imbalan yang akan kamu berikan padaku?"
Detik selanjutnya, Pangeran Runan menatap Jinyue dengan senyum meng9oda. "Jangan bilang kamu akan menikahiku."
Untuk menutupi rasa malunya atas pertanyaan yang dia lemparkan tanpa sadar, Pangeran Runan meminum tehnya lagi.
Jinyue berdiri dengan anggun dan berjalan ke sisi Pangeran Runan, lalu berkata dengan sungguh-sungguh. "Benar, Jinyue akan menikahi Pangeran Runan sebagai imbalannya."
Mendengar itu, Pangeran Runan tersedak dan matanya membelalak tak percaya.
Dia menenangkan diri sejenak, lalu berdiri di hadapan Jinyue.
"Zhao Jinyue, apakah kamu sadar dengan apa yang kamu katakan?"
"Jinyue tentu sadar. Jinyue rela menyerahkan diri kepada Pangeran Runan dan memanfaatkan kekuatan di belakangku untuk membantu Anda mewujudkan ambisi besar."
Ekspresi Pangeran Runan semakin serius, begitu juga dengan Jinyue hingga suasana di sekitar terasa lebih menegangkan.
"Kalau begitu, izinkan aku bertanya ... apakah kamu ingin menikah denganku karena kamu ingin membantuku atau karena kamu memahami perasaanku?"
Jinyue melangkah hanya untuk mengikis jarak di antara dirinya dan Pangeran Runan, bahkan dengan berani menyentuh tangannya yang kekar.
"Sebelumnya Jinyue tidak mengerti dan tidak tahu kebaikan Pangeran, tapi sekarang Jinyue ingin benar-benar memahami dan menghargai Anda, Yang Mulia. Mohon Pangeran Runan memberikan kesempatan pada Jinyue, mati kita menumbuhkan perasaan bersama."
Pangeran Runan sangat tersentuh oleh oleh kata-kata Jinyue dan terpaku untuk waktu yang lama, tapi kesenangan itu tiba-tiba menghilang seolah-olah ada tangan tak kasap mata yang menariknya secara paksa untuk kembali ke kenyataan.
"Sudahlah." Pangeran Runan dengan lembut melepaskan genggaman Jinyue dan menarik kedua sudut bibirnya dengan paksa. "Kamu bisa bicara begini padaku, aku sudah puas."
"Pangeran—"
"Jinyue, aku tidak ingin kamu mengorbankan hidupmu hanya demi mendapatkan bantuanku." Pangeran Runan membiarkan Jinyue membujuknya dengan kata-kata manis, dia tidak ingin berharap terlalu jauh. "Tenanglah, aku akan membantumu. Namun, tidak perlu menikahiku. Aku tidak ingin perasaan di antara kita menjadi sebuah transaksi."
"Pangeran Runan, aku serius." Jinyue berusaha meyakinkan Pangeran Runan.
"Jinyue, anggap saja hari ini aku bermimpi. Sekarang mimpinya sudah berlalu dan kita anggap saja tak pernah bertemu hari ini, di sini."
Bagaimanapun, pertemuan itu memang tidak seharusnya terjadi dan tidak boleh diketahui oleh orang lain.
Jika tidak, akibatnya akan fatal!
Jinyue menatap kepergian Pangeran Runan dalam diam, dia juga tidak berniat menghentikannya.
"Aku sudah menyakitinya begitu dalam sebelumnya, jadi wajar saja dia tidak mempercayaiku dalam waktu dekat." Jinyue menarik nafas panjang dan menghembuskannya sedikit kasar, lalu tersenyum optimis. "Tidak masalah ... Xiao Yuhan, kita pelan-pelan saja.
"Di kehidupan ini, aku pasti akan menghargaimu dan sepanjang hidupku, aku tidak akan mengkhianatimu!"
Dalam hitungan detik, tatapan Jinyue sudah berkobar oleh api dendam. "Xiao Heng, kedatangan Pangeran Runan akan membuat posisi putra mahkotamu menjadi mustahil!"
***
Begitu memasuki ruang kerja Kaisar dan menghadap sang penguasa Negara Yangtze, Pangeran Runan segera berlutut layaknya seorang pejabat istana.
"Hamba menghadap Yang Mulia Kaisar."
"Pangeran Runan, kenapa kamu kembali tanpa perintah?" Kaisar melayangkan tatapan tak senang pada Pangeran Runan. "Ini pelanggaran!"
Meskipun Pangeran Runan merupakan putra Kaisar, tetap saja dia adalah seorang jenderal yang ditugaskan di luar istana dan hanya bisa kembali ketika diperintahkan.
Jika kembali diam-diam dan tanpa dekret seperti sekarang, itu sama saja melanggar aturan.
Pangeran Runan menundukkan kepalanya sambil menyatukan kedua tangan di depan tubuh dengan jari-jari saling bertautan, menunjukkan kerendahan hati dan ketaatannya kepada kaisar.
"Lapor pada Yang Mulia, setelah memerangi Suku Krena di perbatasan Selatan, hamba menemukan sesuatu yang janggal. Ini sangat krusial dan berbahaya, serta menyangkut keselamatan Negara Yangtze kita. Jadi, hamba buru-buru kembali."
Mendengar itu, ekspresi di wajah Kaisar sedikit membaik, tetapi tetap saja ada ketegangan yang menghiasi. "Bahaya apa yang kamu temukan untuk Negara Yangtze kita?"
Karena ini menyangkut keamanan Negara Yangtze dan rakyat, Kaisar tidak bisa menganggap remeh laporan yang dibawa Pangeran Runan.
Itu sebabnya, dia tidak terlalu mengejar masalah sang pangeran yang kembali tanpa perintah.
"Ayahanda, setelah memusnahkan Suku Krena, putramu bermaksud mengunjungi Raja Pingnan di Selatan. Namun, putramu menyadari ada pergerakan yang tak biasa dari Raja Pingnan.
Karena Suku Krena memang berbatasan dengan Selatan, Kaisar tidak curiga mendengar alasan yang dilarang bebas oleh Pangeran Runan.
Bagi Kaisar, tidak ada salahnya jika putranya bermaksud mengunjungi adik kesembilannya, Raja Pingnan.
"Ayahanda, saat di Selatan, ananda tidak sengaja menemukan tempat pembuatan berbagai jenis senjata dalam jumlah besar. Selain itu, ananda juga melihat Paman Kaisar tengah melatih ribuan pasukan."
Semakin banyak laporan yang didengar dari Pangeran Runan, semakin tegang dan serius ekspresi Kaisar.
"Ayahanda, apa menurutmu Raja Pingnan sedang merencanakan pemberontakan?"
"Apa kamu serius?" Kaisar juga sepemikiran dengan spekulasi Pangeran Runan, tetapi dia tidak boleh langsung mengambil kesimpulan dan keutusan.
Ini masalah besar dan menyangkut nyawa sembilan generasi!
"Ayahanda, putramu sudah menyelidiki hal ini dan niat Raja Pingnan sudah jelas."
"Kurang ajar!" Kaisar murka dan memukul meja dengan keras, membuat Kasim Li bersujud dengan ketakutan.
"Ayahanda, jangan marah dulu. Masih ada hal yang lebih penting lagi," ujar Pangeran Runan mencoba menenangkan amarah Kaisar.
"Apa itu?"
Kaisar memang menjadi sedikit tenang, tetapi kata-kata yang diucapkan Pangeran Runan selanjutnya justru membuat niat membunuh Kaisar semakin besar.
"Saat penyelidikan, putramu menemukan bahwa Raja Pingnan punya kaki-tangan di dalam istana."
"Lancang! Aku memberikannya gelar dan wilayah, tapi dia malah ingin mengkhianati negara? Dia sangat tidak masuk akal!" Kaisar meraung, bahkan langsung berdiri dari singgasananya saat memberi titah. "Tangkap penjahat itu dan seret dia hidup-hidup ke hadapanku!"
"Kaisar, harap tenang. Jangan merusak tubuh naga Anda dengan amarah." Kasim Li yang selalu berada di sisi Kaisar memberanikan diri untuk meredakan emosi sang Putra Langit.
"Ayahanda, sebaiknya kita tidak gegabah dan menyiapkan strategi yang lebih besar untuk menghentikan rencana Raja Pingnan."
"Sebelum memutuskan kembali dan melaporkan hal ini, kamu sudah menyusun strategi, kan?" Kaisar menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, membuat emosinya terkikis sedikit demi sedikit. "Strategi apa yang kamu punya?"
terima kasih