NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Sang Duda

Terjerat Cinta Sang Duda

Status: tamat
Genre:Romantis / Patahhati / Duda / Tamat
Popularitas:2.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Rasti yulia

Cerita cinta seorang duda dewasa dengan seorang gadis polos hingga ke akar-akarnya. Yang dibumbui dengan cerita komedi romantis yang siap memanjakan para pembaca semua 😘😘😘


Nismara Dewani Hayati, gadis berusia 20 tahun itu selalu mengalami hal-hal pelik dalam hidupnya. Setelah kepergian sang bunda, membuat kehidupannya semakin terasa seperti berada di dalam kerak neraka akibat sang ayah yang memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Tidak hanya di situ, lilitan hutang sang ayah yang sejak dulu memiliki hobi berjudi membuatnya semakin terpuruk dalam penderitaan itu.

Hingga pada akhirnya takdir mempertemukan Mara dengan seorang duda tampan berusia 37 tahun yang membuat hari-harinya terasa jauh berwarna. Mungkinkah duda itu merupakan kebahagiaan yang selama ini Mara cari? Ataukah hanya sepenggal kisah yang bisa membuat Mara merasakan kebahagiaan meski hanya sesaat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rasti yulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TCSD 20 : Ular

Hamparan pohon-pohon jati yang menjulang tinggi menemani perjalanan Dewa dan juga Mara menyusuri setiap ruas jalan yang mereka lewati untuk menuju ke salah satu pantai yang begitu terkenal di kota ini. Mara membuka separuh kaca mobil di sisinya, membiarkan sang bayu menerpa wajahnya hingga menimbulkan efek sejuk yang begitu terasa.

"Tuan, mengapa Tuan menutup kaca mobil ini? Saya kegerahan Tuan!"

Mara sedikit terkesiap tatkala hembusan sang bayu tetiba tak dapat lagi ia rasakan. Dan kini berganti menjadi efek rasa dingin yang memenuhi atmosfer dalam mobil ini.

"Mengapa kamu harus membuka kaca mobil jika di dalam mobil ini tersedia AC?"

"Tapi saya tidak terbiasa menggunakan AC, Tuan. Saya lebih nyaman merasakan hembusan angin secara langsung daripada yang keluar dari AC."

Dewa sedikit berdecak. Dalam posisi mengemudikan mobil seperti ini jika tidak menggunakan AC justru membuat badannya terasa lebih lelah. "Tapi aku tidak terbiasa membuka kaca mobil jika sedang mengemudi seperti ini. Aku lebih nyaman menggunakan AC."

"Tapi Tuan, jika saya tidak membuka kaca mobil ini, saya takut...."

"Takut apa?"

"Takut jika saya mabuk perjalanan. Terlebih jalanan yang berkelok-kelok seperti ini, semakin membuat saya merasa pusing dan mual."

Wajah Dewa seketika berubah pias. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika tiba-tiba gadis yang duduk di sampingnya ini mabuk darat. "Apakah kamu tidak terbiasa naik mobil? Hingga membuat kamu tidak terbiasa dengan AC?"

Mara hanya tersenyum simpul. "Saya memang tidak terbiasa naik mobil Tuan, bahkan tidak pernah naik mobil pribadi seperti ini, karena biasanya mobil yang saya tumpangi adalah mobil angkutan umum, itupun sudah semenjak ibu tiada, saya tidak pernah lagi menaiki armada itu."

"Benarkah seperti itu? Lalu setiap harinya, kamu beraktivitas memakai apa?"

Masih sambil fokus dengan kemudinya, Dewa seakan ingin tahu banyak tentang keseharian gadis yang baru saja ia kenal ini.

"Saya hanya menggunakan sepeda untuk menemani perjalanan saya sampai di pabrik, Tuan."

"Pabrik? Pabrik apa? Dan apa yang kamu lakukan di pabrik itu?"

Mara menatap lurus ke depan dengan pandangan sedikit menerawang. "Saya bekerja di pabrik pembuatan tempe, Tuan. Di sana saya bekerja untuk bisa menyambung hidup saya dan juga ayah."

Ucapan gadis di sampingnya ini sukses membuat hati Dewa sedikit tercubit. Di saat gadis-gadis seusia gadis yang duduk di sampingnya ini sibuk dengan semua kegiatan masa-masa dewasa mereka mungkin dengan melanjutkan kuliah atau sekedar menikmati kekayaan orang tua mereka, gadis di sampingnya ini justru sibuk bekerja untuk menyambung hidup? Sungguh, sebuah potret kehidupan yang begitu terasa tumpang tindih dengan kehidupan penuh kemewahan yang berada di luar sana.

"Apakah kamu bersekolah? Maksudku pendidikan terakhir kamu sampai jenjang apa? SD, SMP, SMA atau mungkin tidak bersekolah sama sekali?"

"Saya lulusan SMK, Tuan."

Dewa menganggukkan kepalanya. Entah mengapa ia merasa sedikit lega. Dengan pendidikan terakhir gadis ini, setidaknya dia memiliki bekal untuk hidup ketika berada di kota nanti. "Tapi setidaknya dengan pendidikan yang pernah kamu dapatkan sebelumnya, bisa menjadi bekal untuk kehidupan kamu selanjutnya."

"Iya Tuan itu memang benar. Namun sepertinya, akan sangat sulit bagi saya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di kota nanti. Karena saya sama sekali tidak membawa ijazah ketika melarikan diri dari kejaran anak buah juragan Karta."

Dewa sedikit tersentak dengan apa yang dikatakan oleh Mara. Benar saja apa yang ia ucapkan. Baju yang ia pakai saja tidak sempat untuk ia ganti, bagaimana mungkin ia memikirkan untuk membawa ijazah ketika melarikan diri.

Dewa sedikit membuang nafas kasar. Entah mengapa saat ini ia seperti ikut berpikir keras untuk kelangsungan hidup gadis di sampingnya ini. "Sudahlah, hal itu bisa kita pikirkan nanti. Saat ini kita nikmati saja agenda kita hari ini sampai beberapa hari ke depan."

Mara hanya menganggukkan kepalanya. "Bolehkah saat ini saya membuka kaca mobilnya, Tuan?"

Dewa sedikit mengulas senyum sembari mengangguk. "Bukalah, dan nikmati perjalanan kita ini."

Wajah Mara mendadak berseri. Buru-buru ia menurunkan kembali kaca mobil di sisinya ini dan mulai menikmati hembusan sang bayu. Gadis itu memejamkan mata seolah begitu menikmati perjalanan ini. Sebuah perjalanan dengan pria asing yang sama sekali belum ia ketahui namanya.

Sekilas, Dewa melirik ke arah samping. Melihat wajah sang gadis yang terlihat berseri itu membuat seutas senyum simpul melengkung di bibirnya.

Melihat wajahmu yang seperti ini mengapa seakan bisa mengalihkan duniaku? Kamu terlihat begitu cantik natural, meskipun tidak ada make up yang menempel di wajahmu.

***

"Tuan, i-ini benar kamar saya?"

Pandangan kedua bola mata Mara menyapu seluruh penjuru kamar di salah satu resort yang berada di sekitar pantai yang merupakan tujuan Dewa. Dari sorot mata gadis itu nampak terpancar sebuah kekaguman yang begitu kentara. Mungkin kagum karena baru kali ini ia melihat sebuah kamar yang memiliki fasilitas yang lengkap seperti ini.

Dewa yang berdiri di belakang punggung Mara yang tengah takjub akan kondisi kamar yang akan menjadi tempatnya beristirahat hanya sedikit mengulas senyumnya. "Iya benar, ini adalah kamarmu. Sedangkan kamarku ada di samping kamarmu ini."

"T-tapi Tuan, apakah ini tidak terlalu berlebihan? Ini sepertinya terlalu mahal untuk saya tempati."

Dewa menatap lekat punggung gadis yang berada di depannya ini. "Tidak ada yang berlebihan. Karena hanya ada ada resort ini yang akan menjadi tempat beristirahat kita."

"Tapi bukankah sangat disayangkan jika Tuan menghambur-hamburkan uang untuk menyewa dua kamar seperti ini?"

Ucapan Mara sukses membuat dahi Dewa mengerut seketika. "Jika aku tidak menyewa dua kamar, lalu mau kamu seperti apa? Apakah kamu ingin tidur satu kamar denganku?"

Mara terkesiap. Ia baru sadar jika ucapannya telah menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Mendadak pipi gadis itu terasa panas dan mulai memerah. "Eh, bukan seperti itu maksud saya, Tuan."

"Lalu, jika bukan seperti itu, apa maksudmu?"

Mara yang sebelumnya berada dalam posisi membelakangi Dewa, membalikkan badannya. Kini keduanya saling berhadapan. "M-maksud saya... Saya hanya merasa jika akan me....."

Dewa lebih mendekatkan tubuhnya ke arah tubuh gadis di hadapannya ini. Mara sedikit terkejut, reflek ia memundurkan tubuhnya. "T-Tuan... Apa yang akan Tuan lakukan?"

Dewa masih saja melangkahkan kakinya ke depan yang membuat Mara semakin bersemangat untuk bergerak mundur. Dan pada akhirnya, langkah mundurnya terhenti tatkala tubuhnya sudah mentok di salah satu bagian tembok yang berada di depan kamar mandi.

Senyum seringai terbit di bibir Dewa. Ia mendekatkan bibirnya di telinga gadis dihadapannya ini. "Apakah kamu ingin jika kita tidur dalam satu kamar? Atau mungkin dalam satu ranjang?"

Ucapan Dewa terdengar sedikit parau yang menimbulkan efek begitu sensual di telinganya. Dan hembusan nafas lelaki yang bahkan sama sekali belum ia ketahui namanya ini, semakin membuat bulu-bulu halus di tengkuk leher Mara berdiri seketika.

"Tuan, bukan begitu maksud saya. Saya..."

Jemari Dewa mengusap lembut pipi Mara. Ia selipkan anak rambut sang gadis yang sedikit menutupi pipinya di belakang telinga. Dan saat ini bingkai cantik wajah gadis itu terlihat begitu jelas di depan mata Dewa.

Deg... Deg.... Deg....

Entah jantung siapa yang terdengar berdegup kencang. Seakan bertalu-talu dalam dada kedua orang itu. Mara, baru kali ini merasakan kedekatan yang begitu intim dari makhluk bernama laki-laki. Jarak wajahnya dengan lelaki itu kian terpangkas dan membuatnya merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya.

Dewa, entah apa yang terjadi dengan pria yang baru saja menyandang gelar duda itu. Tubuhnya seakan tertarik oleh sebuah magnet yang membuatnya semakin merapatkan tubuhnya dengan gadis dihadapannya ini.

Jemari tangan Dewa menarik tengkuk sang gadis. Kali ini tubuhnya benar-benar sudah menempel di tubuh Mara. Ia sedikit memiringkan kepalanya, bermaksud untuk mencium bibir Mara yang terlihat begitu lembab dan seakan semakin menggoda untuk ia kecup. Tatkala bibir Dewa hampir menyentuh bibir Mara, tiba-tiba...

"Tuan... Sepertinya ada sesuatu di dalam celana Tuan."

Mara sedikit terkesiap tatkala merasakan ada sesuatu yang bergerak-gerak di bagian bawahnya. Sesuatu itu bukan berasal dari tubuhnya namun dari tubuh lelaki di depannya ini.

"Biarkan saja. Itu tidak akan berbahaya."

Dewa melanjutkan aktivitasnya. Ia ingin sekali segera mengecup bibir gadis di depannya ini. Bibirnya sudah berhasil menyentuh sebagian bibir sang gadis. Dan...

Dug... Dug...

"Aaaaaahhh..... Apa yang kamu lakukan?"

Dewa memekik tatkala lutut sang gadis mengenai bagian sensitifnya. Ia meringis sambil memegangi bagian pusakanya itu.

Buru-buru Mara mengambil langkah seribu untuk menghindar dari lelaki di depannya ini. "Tuan, tolong diperiksa. Barangkali celana Tuan kemasukan belut. Saya merasakan bagian celana Tuan itu bergerak-gerak."

"Apa? Belut?"

Mara hanya menganggukkan kepalanya. "Iya belut. Rasa-rasanya belut itu bergeliat. Coba segera di periksa, Tuan!"

Tak selang lama, Mara berlari, menghilang di balik pintu. Sedangkan Dewa, ia hanya bisa terperangah menatap kepergian sang gadis. Senyum kecut terukir di bibirnya.

Astaga... Kamu ternyata benar-benar polos. Andai kamu tahu, ini yang bergerak-gerak ini adalah ular. Ular piton yang sedang mencari rumahnya.

.

.

. bersambung....

Hai-hai para pembaca tersayang... Alhamdulillah duapuluh part sudah selesai saya buat. Bagaimana? Apakah membosankan? Semoga tidak ya😅

Untuk novel ini memang sengaja saya bikin alur cerita yang panjang ya Kak. Jadi yang berharap Dewa akan segera bersatu dengan Mara, mohon maaf tidak bisa saya kabulkan. Ada masanya mereka akan bersatu namun nanti, nanti setelah mereka berhasil menghadapi ujian dari saya... wwkkkk 😅

Jadi tetap nikmati saja ya...😘😘😘

Sekali lagi saya mohon maaf jika jarang membalas komentar kakak-kakak semua ya... Ini semua murni karena kesibukan saya di RL.. mohon maklum ya kak😅

Terimakasih banyak sudah berkenan singgah ke cerita Terjerat Cinta Sang Duda ini ya kak.. jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak like juga komentar di setiap episodenya ya. dan bagi yang punya kelebihan poin bolehlah kalau mau disumbangin ke author dengan klik bunga atau yang lainnya. jika punya tiket vote boleh juga jika ingin disumbangin ke author remahan kulit kuaci ini, hihiihii. dan jika menurut kakak-kakak cerita ini menginspirasi, boleh juga jika di share kepada teman-teman kakak semua..🤗🤗

Happy reading kakak..

Salam love, love, love❤️❤️❤️

🌹Tetaplah yakin setiap cerita yang ditulis sepenuh hati, akan mendapatkan tempat di hati masing-masing para pembaca

1
Deistya Nur
semangat terus ka, ditunggu karya terbarunya
marti 123
Biasa
marti 123
Kecewa
Masamba Kota
rasain...🤣🤣🤣
Masamba Kota
alah.....Dewa itu bego' ternyata
mengecewakan😡
💗vanilla💗🎶
semangat oma
💗vanilla💗🎶
sedihhh.. 😥
💗vanilla💗🎶
mampir ni thor /Smile/
Esih Mulyasih
Luar biasa
ganteng gaming
bagus
Hasbi Hasidiqi
ternyata cinta damar tulus ke dita bukan hanya sekedar nafsu aza....semoga setelah bebas dita bisa berubah dan hidup bahagia.....karna dita berhak mendapat kesempatan kedua.....
bintang
👍👍👍👍👍
Elisanoor
ah loncat cerita Wisnu, penasaran aku 😂
Elisanoor
sumpah sumpah makin rame, sepanjang ku baca novel biasa nya diakhr cerita makin biasa aja, ini makin rame aja konflik nya juga nyambung bgt,keren Authorrrr 😘😘😘😘
Elisanoor
sy mau baca kisah Wisnu juga abis tamat ini
Elisanoor
jiah keburu peot luh Damar nungguin si Ditta 🤣
Elisanoor
Hahahhhh ,pinter si Mara 🤣🤣🤣
Elisanoor
Betul sekali Authot, Tulisanmu apik,bagus sekali sy suka 💗💗💗
Elisanoor
cie, seneng duh cerita si krisna, ini ada lanjutan nya cerita si Krisna Thorrr 😅😅😅😅
Elisanoor
Pernah di bully pas kls 1 SMA sama yg namanya Puspa, killer bgt ,ngebully gegara ngerasa senior lah gitu, eh ga selang lama dia Hamidun ampe di arak ke tiap kelas ngeri bgt .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!