Arkendra Zivan Mahendra seorang laki-laki yang berhati dingin dan terkenal dengan sikapnya yang anti perempuan. Bukan tanpa alasan laki-laki sukses dan kaya raya itu di juluki anti perempuan. Hal itu karena di masalalu, dia pernah di kecewakan oleh seorang perempuan yang berstatus calon istrinya.
Di hari pernikahan Kendra harus menelan pil pahit jika calon istrinya memilih meninggalkan dirinya dengan pria lain. Hal itu menjadikan Kendra trauma akan pernikahan dan malas berdekatan dengan perempuan.
Sampai di mana dia bertemu dengan seorang seorang perempuan yang menarik hatinya. Siapakah perempuan yang berhasil membuat Kendra berani untuk mengambil hatinya?
ikuti kisahnya ...
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Arum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jadian?
Setelah semua keluar, Dania menatap ke arah Kendra yang terlihat beranjak dari tempat duduknya.
"Sa_saya cuma mau antar makan siang tuan," Dania melangkah menuju Kendra yang juga mendekat ke arah nya. Lalu dia sodorkan lunch box yang dia bawa.
"Kamu asisten saya kan, jadi..kamu siapkan sekarang." Kendra melangkah ke arah kursi kebesaran nya. Sementara Dania yang mendengar perintah Kendra hanya bisa membuang nafas kasarnya.
"Baiklah, tunggu sebentar.." Dania menaruh lunch box dia atas meja dan mulai membukanya satu persatu. Tak lupa dia menyuapkannya diatas meja segelas air putih. "Tuan, makan siangnya sudah siap!"
"STOP!! tetap duduk disitu!" Kendra yang melihat Dania akan beranjak dari tempat duduknya langsung menghentikan nya supaya dia tetap duduk.
"Saya kan sudah siapkan tuan, terus mau apalagi?"
"Ambil satu sendok lagi, kita makan sama-sama." Dania melebarkan matanya mendengar perintah Kendra.
"Ahhh ..nggak, nggak perlu tuan. Saya...saya bisa makan dirumah saja. Lagi pula itu kan buat tuan, kenapa saya harus makan sama tuan, itu namanya nggak sopan." Dania menolak untuk melakukan perintah Kendra.
Karena memang , perintah Kendra itu terlalu lancang bagi Dania terlalu ngelunjak. "Ini perintah Dania, kamu dengar nggak.. P E R I N T A H !!" Dania yang melihat ekspresi Kendra pun langsung tak bisa lagi menolak.
"Ba_baik tuan.." Dania terpaksa mengiyakan perintah Kendra.
Dania hanya bisa membuang nafas kasarnya saat dirinya benar-benar tidak punya pilihan dengan perintah Kendra.
" Duduk !!" Dania dengan ragu duduk di samping Kendra dengan jarak yang lumayan jauh.
Kendra melihat Dania yang duduk lumayan jauh dari nya, membuat Kendra hanya bisa menghela nafas. Lalu dengan sekali hentak, tubuh Dania bergeser dari jarak yang lumayan jauh sampai jarak keduanya terlihat begitu dekat.
"Tu_tuan...
Ucapan Dania terhenti saat tiba-tiba Kendra mengecup singkat bibir Dania. Hal itu membuat Dania terkejut dan bahkan membelalakkan matanya saking syoknya dengan tindakan Kendra yang di luar prediksi BMKG.
Dania reflek menyentuh bibirnya yang sempat Kendra kecup tadi. Wajah Dania bahkan serasa seperti kepiting rebus, pipinya bersemu merah.
"Makanlah atau aku akan kembali menci*m kamu!" mendengar ancaman Kendra membuat Dania langsung menutup mulutnya dengan menggelengkan kepalanya.
Melihat reaksi Dania sebuah senyuman penuh arti terbit di sudut bibir Kendra.
"Kenapa malah tutup mulut, ayo makan atau...
"Iya, oke saya makan. Tuan stop buat ancam saya!!" dengan wajah masih terasa panas karena malu, Dania mulai menyendok nasi dan lauk di piring sama dengan Kendra.
" Nah, kalau nurut gitu kan tambah cantik." Kendra benar-benar membuat jantung Dania serasa mau copot.
Ya..Allah ada apa ini sama jantung ku, rasanya mau copot gini ya Allah. Please tuan, jangan sampai saya salah mengartikan apa yang tuan lakukan pada saya.
Makan siang mereka pun selesai, Dania merapihkan bekas makan mereka dan segara membersihkan nya di pantry yang ada di lantai itu.
"Haiii...Nia, ternyata kamu masih disini." Hana yang baru saja selesai makan siang, seperti biasa dia akan mengambil stok air minum untuk dirinya.
"Eh..mba Hana, iya mba. Tunggu tuan Kendra selesai makan dulu. Biar pastikan kalau tuan benar-benar makan siang dengan baik."
"Kamu sudah berapa lama kerja di mansion Mahendra?"
"Belum lama kok mba, kenapa memangnya mba?" Dania dengan santai ngobrol dengan Hana di pantry.
"Nggak apa-apa, cuma aku baru lihat kamu yang antar makan siang buat tuan Kendra. Biasanya kalau bukan pak Anto ya bi Sumi."
"Mereka sekarang fokus di mansion. Kebetulan nyonya Yunita ngasih tugas Dania buat Jadu asisten tuan Kendra. Jadi, segala sesuatu keperluan tuan jadi tanggung jawab Dania." Hana mengangguk-anggukan kepalanya mendengar penjelasan Dania.
Setelah beberapa saat ngobrol dengan Hana di pantry, Dania kembali ke ruangan Kendra dengan membawa secangkir kopi untuk Kendra.
"Maaf tuan, kopinya.." Dania meletakkan cangkir kopi yang dia bawa ke atas meja kerja Kendra.
Kendra yang sedang fokus dengan laptopnya menghentikan pergerakan nya. Lalu terlihat dia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Dania.
Dania yang melihat Kendra mendekat ke arahnya, membuat Dania mundur beberapa langkah.
Kendra tersenyum miring melihat tingkah Dania. Kendra menyandarkan tubuhnya di ujung meja kerjanya dengan melipat kedua tangannya di depan dadanya.
Terlihat dia menatap intens ke arah Dania. Sedangkan Dania yang merasa dirinya di tatap begitu intens sontak menundukkan kepalanya.
"Angkat kepalamu, saya pernah bilang kalau saya tidak suka dengan orang yang menundukkan kepalanya saat diajak bicara. Tidak sopan itu namanya!" Dania pun reflek mendongakan kepalanya.
Tatapan keduanya pun saling bertemu. Terlihat senyum tipis terukir di bibir Kendra.
Tangan panjang Kendra bahkan sudah menarik tangan Dania sampai tubuh gadis itu maju beberapa langkah dan berhasil membuat tubuh keduanya tak berjarak.
"Tu_tuan, jangan begini...saya rasa tidak elok, jika ada yang melihat nanti akan menimbulkan kesalahpahaman." Dania dengan sedikit keberanian dia pun berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan Kendra.
" Kenapa..enak ya, ngerumpi di pantry sambil ngomongin bos sendiri ?" Dania yang berusaha melepaskan diri langsung berhenti dengan aksinya.
"Bukan begitu tuan, saya nggak ngomongin tentang tuan yang jelek-jelek kok.."
"Ngeles saja kamu bisanya.."
Kendra yang gemas bahkan menyentil dahi Dania membuat gadis itu mengaduh karena kesakitan.
"Awwsst...tuan, kenapa di sentil sih..tuan ini lama-lama semena-mena sama saya. Sekarang di sentil, tadi diancam terus....
Dania tak melanjutkan ucapannya saat menyadari jika sebenarnya dia tidak seharusnya membahas soal ini dan bahkan sekarang dia terjebak dengan ucapannya sendiri.
"Terus apa, hemm?"
Astaghfirullah Dania, kenapa kamu bod*h banget sih, kenapa harus ngomong itu sih.. Kan jadinya kamu kena sendiri...ck, benar-benar bos licik.
"Dania.." dengan suara yang terdengar lirih bahkan hanya sebuah bisikan yang Kendra bisikkan di telinga Dania.
Bisikan yang membuat bulu kuduk nya berdiri. "Tuan, apa yang tuan inginkan sebenarnya. Tuan tahu apa yang tuan lakukan ini sudah terlalu jauh, saya bukan perempuan mur*han yang seenaknya tuan perlakuan seperti tadi. Tuan, maaf.. tolong jangan seperti ini.." Entah dorongan dari mana, Dania bisa bicara dengan begitu berani. Mengungkapkan apa yang menjadi keresahan hatinya.
Kendra yang mendengar ucapan Dania serasa tertusuk duri. Ucapannya rasanya biasanya saja tapi, rasanya sakit dihati.
Kendra menegakkan posisinya berdiri, lalu perlahan tubuh Dania di hadapkan di depannya.
"Tatap aku.." Kendra menaikkan dagu Dania.
Bahkan ucapan Kendra terdengar non formal. Biasanya Kendra akan menyebut dirinya dengan kata 'Saya' sekarang Kendra menyebut dirinya dengan sebutan 'Aku'.
Kendra menetap dalam mata bening Dania. Tangan besarnya kini ada di dua sisi pipi Dania.
"Dengarkan, aku nggak akan mengulangi apa yang aku katakan." Dania dengan ragu mengangguk pelan.
"Aku ingin lebih mengenalmu." Dania mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Kendra."Artinya aku ingin kita menjalani sebuah hubungan. Aku ingin kamu jadi istriku" mata Dania membulat sempurna saat mendengar ucapan Kendra yang tak pernah dia sangka.
Bersambung
Tunduk deh...