NovelToon NovelToon
ASI UNTUK BAYI MAFIA

ASI UNTUK BAYI MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Duda / Ibu Pengganti / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu / Ibu susu
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: PenaBintang

Jade baru saja kehilangan bayinya. Namun, suaminya malah tega memintanya untuk menjadi ibu susu bagi bayi Bos-nya.

Bos suaminya, merupakan seorang pria yang dingin, menjadi ayah tunggal untuk bayi laki-laki yang baru berusia tiga bulan.

Setiap tetes ASI yang mengalir dari tubuhnya, menciptakan ikatan aneh antara dirinya dengan bayi yang bukan darah dagingnya. Lebih berbahaya lagi, perhatian sang bos perlahan beralih pada dirinya.

Di tengah luka kehilangan, tekanan dari suaminya yang egois, dan tatapan intens dari pria kaya yang merupakan ayah sang bayi, Jade merasa terperangkap pada pusaran rahasia perasaan terlarang.

Mampukah Jade hanya bertahan sebagai ibu susu? Atau hatinya akan jatuh pada bayi dan ayahnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBintang , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SEORANG WANITA

Pagi harinya..

Sinar matahari menembus tirai tipis di ruang tengah mansion Adriano. Udara masih lembut, dengan aroma bunga dari taman kecil di luar. 

Adriano baru saja selesai menerima laporan singkat dari asistennya, lalu tiba-tiba suara tawa kecil memecah keheningan.

Adriano langsung menoleh. Di ujung ruangan, Jade sedang berlutut di lantai, kedua tangannya terentang. Maximo berdiri beberapa langkah darinya, masih goyah, tapi matanya berkilat penuh semangat.

"Ayo, Max pelan-pelan saja, jangan takut," ucap Jade lembut, senyumnya hangat seperti matahari pagi. "Langkahkan kakimu ke sini, Sayang."

Maximo tertawa kecil, tubuh mungilnya bergoyang, lalu dengan ragu-ragu dia melangkah. Satu langkah, dua langkah, dan hampir jatuh, tapi Jade sigap menahan tubuhnya.

"Hebat sekali kau, Max," seru Jade riang sambil memeluknya erat. 

Maximo menepuk-nepuk pipi Jade dengan tangan mungilnya, lalu terdengar suaranya yang masih cadel, lembut tapi jelas. "Mommy!"

Jade terdiam sejenak, senyumnya memudar pelan menjadi tatapan haru. "Mommy?" Dia berbisik, separuh tidak percaya jika anak itu akan memanggilnya Mommy.

Maximo tertawa lagi, seolah puas dengan sebutan itu. "Mommy!" serunya lagi, kali ini lebih keras.

Tawa kecil Jade pecah di antara air mata yang tiba-tiba menetes. "Ya, Mommy di sini, Sayang," katanya lirih sambil memeluk Maximo erat-erat. "Kau boleh memanggilku Mommy."

Dari ambang pintu, Adriano berdiri diam. Pandangannya tak lepas dari keduanya, dari cara Jade menatap anaknya, mengajari anaknya berjalan, dari tawa kecil yang memenuhi ruangan. Ada sesuatu di dadanya yang sulit dijelaskan. Dia tidak pernah membayangkan mansion itu bisa terasa sehangat ini.

"Bahkan Maximo sekarang memanggilnya Mommy," gumam Adriano. "Jade semakin masuk ke dalam hidupku. Aku tidak mau membiarkannya pergi."

Adriano akhirnya berjalan perlahan mendekat, langkahnya hampir tak bersuara di lantai marmer. Jade baru sadar saat mendengar suara berat pria itu di belakangnya.

"Dia benar-benar memanggilmu Mommy sekarang," ujar Adriano pelan, seolah masih tak percaya. "Dia menganggapmu sebagai ibunya, Jade."

Jade cepat menghapus air matanya dan tersenyum canggung. "Ah, sepertinya dia hanya asal bicara, Tuan. Bayi seusia Maximo kan mudah meniru suara."

"Tapi dia menirumu, bukan aku," balas Adriano sambil menatap Jade dan putranya bergantian. Tatapannya lembut tapi dalam, ada sesuatu yang bergetar di antara kata-katanya.

Jade menunduk. "Aku tidak bermaksud membuatnya bingung, Tuan. Nanti kalau sudah besar, aku akan ajarkan siapa ibu dan ayahnya yang sebenarnya."

Belum sempat Adriano merespon, Maximo perlahan mendekatinya, lalu memeluk kakinya sambil tertawa. "Daddy!" panggilnya dengan suara khas bayi, masih sambil tertawa.

Adriano terkejut mendengar putranya juga memanggil dirinya. Dia langsung berjongkok dan meraih putranya.

"Kau juga bisa memanggilku Daddy?" bisik Adriano haru.

"Daddy! Daddy!" Maximo terus memanggilnya sambil tertawa.

Jade juga merasa sangat terharu melihat pemandangan seperti itu. Bayi yang dia asuh dari usia tiga bulan, kini sudah pandai berjalan meskipun masih pelan, dan juga bisa memanggil Mommy dan Daddy.

"Daddy! Mommy!" seru anak itu dengan riang sambil bertepuk tangan dan tertawa.

Jade mengusap sudut matanya. "Tuan, aku akan mengajarkan Max untuk memanggilku Bibi. Aku merasa—"

"Tidak perlu," potong Adriano. "Biarkan Max tetap memanggilmu seperti itu. Aku tidak mau dia tahu bahwa dia tidak memiliki seorang Ibu."

"Tapi, Tuan—"

"Dengarkan perintahku, Jade!" Adriano memotong ucapannya lagi, sambil menatap tajam. "Kau dengar apa yang aku bilang bukan? Aku tidak mau dia tahu bahwa dia tidak memiliki seorang ibu." Kata-katanya dilanjutkan dengan penuh penekanan.

Jade akhirnya mengangguk. "Baik, Tuan."

Adriano tak menanggapi lagi. Dia kembali menatap putranya dan tersenyum. "Coba jalan lagi, Max," katanya sambil melangkah mundur.

Namun, Max hanya berdiri diam di tempatnya sambil memandang Jade.

"Sepertinya dia tidak mau mendengarku, Jade."

"Aku akan bantu mengarahkannya, Tuan," sahut Jade.

Jade mengusap lembut punggung bayi itu. "Ayo, Max, ke arah Daddy, ya? Lihat, Daddy sedang menunggu di sana," ucapnya dengan suara lembut.

Mendengar perintah Jade, Maximo malah tertawa sambil memeluk kaki wanita itu. "Mommy!"

"Iya, Sayang. Sekarang jalan ke arah Daddy, ya. Daddy sudah menunggu," katanya, tetapi Maximo langsung menggelengkan kepalanya sambil tertawa dan bergoyang-goyang.

"Anak ini benar-benar tidak mau datang ke arahku, Jade."

"Coba panggil dia, Tuan. Siapa tahu jika dipanggil, Maximo mau berjalan ke arahmu," ujar Jade.

Adriano berjongkok perlahan, lalu menepuk-nepuk lututnya. "Kemari, Maximo. Daddy di sini." Suara pria itu pelan tapi hangat, berbeda dari nada dingin yang biasa terdengar darinya.

Maximo terdiam sesaat, lalu tertawa kecil, menunjukkan gigi mungilnya yang baru tumbuh. Tubuh kecilnya mulai bergoyang, kaki mungilnya menapak pelan ke depan, satu langkah, dua langkah, jatuh sedikit, tapi dia bangkit lagi sambil tertawa.

Jade menahan nafas, matanya berbinar melihat keberanian kecil itu. "Bagus, Sayang, pelan-pelan saja," katanya, seolah memberi semangat yang menular ke Adriano juga.

Adriano membuka kedua lengannya. "Ayo, kemari, jagoan Daddy!"

Langkah-langkah kecil itu akhirnya sampai padanya. Maximo langsung menabrak dada Adriano, tertawa keras, lalu menepuk-nepuk wajah ayahnya dengan tangan mungil.

"Kau berhasil, Max. Daddy bangga sekali padamu," kata pria itu. Dia lalu mengangkat anak itu tinggi ke udara, membuat Maximo tertawa makin keras.

Dari tempatnya berdiri, Jade hanya menatap saja. Ada sesuatu yang menghangat di dadanya. Pemandangan itu terasa seperti potongan kecil dari hidup yang selama ini dia impikan, rumah, tawa, dan seseorang yang menatapnya bukan dengan belas kasihan, tapi dengan ketulusan.

"Sayangnya di sini aku hanyalah pengasuh, bukan ibunya. Aku bukan bagian dari keluarga mereka. Suatu hari nanti aku mungkin harus pergi," gumam Jade.

Adriano menurunkan Maximo kembali ke pelukannya dan menatap Jade. "Aku senang sekali putraku sekarang sudah pandai berjalan," katanya sambil tersenyum.

Jade tersenyum lembut. "Benar, pertumbuhan Max termasuk sangat cepat."

Tatapan mereka bertemu sesaat. Tak ada kata-kata yang diucapkan, tapi suasana pagi itu seolah berhenti berputar, hanya menyisakan mereka bertiga, di bawah cahaya lembut matahari yang masuk lewat jendela besar.

**

Pesta ulang tahun Maximo.

Jade terlihat sangat sibuk memakaikan pakaian kepada Maximo. Anak itu sangat aktif, selalu kabur darinya ketika memakai pakaian.

"Tunggu, Max! Kau belum pakai rompinya!" seru Jade sambil tertawa kecil.

Anak itu justru semakin bersemangat. Kaki mungilnya menjejak karpet lembut, lari kecil dengan langkah goyah tapi penuh tawa. Maximo menoleh sebentar, matanya berkilat nakal sebelum kembali berlari menjauh.

"Tidak boleh kabur, Sayang. Hari ini ulang tahunmu, semua orang ingin melihatmu tampan!" ujar Jade lagi, sambil meraih pelan tubuh kecil itu.

Maximo tertawa keras saat akhirnya tertangkap. "No, Mommy!" teriaknya, masih sambil tertawa.

"Got you!" ucap Jade, meniru logat Inggris yang biasa dipakai Adriano, lalu menempelkan ciuman cepat di pipi anak itu. "Sekarang diam sebentar, Mommy mau pasangkan rompi ini."

Bayi itu masih tersenyum, kedua tangannya menepuk-nepuk pipi Jade seolah protes kecil. Tapi kali ini Jade berhasil memakaikan rompi abu lembut dengan kancing kecil berbentuk bintang.

"Lihatlah dirimu, tampan sekali. Kau lebih tampan dari ayahmu," ucapnya sambil merapikan kerah baju Maximo. "Kau pasti akan jadi pusat perhatian nanti."

Adriano muncul di ambang pintu, mengenakan setelan kasual tapi rapi. Tatapannya langsung jatuh pada pemandangan di hadapannya. Jade, duduk di lantai dengan rambut sedikit berantakan, memakaikan sepatu kecil di kaki putranya yang terus bergerak.

"Sepertinya dua orang ini sedang bersiap mencuri perhatian semua tamu," ucapnya dengan nada rendah tapi hangat.

Jade menoleh, tersenyum. "Tuan, tolong katakan pada putra Anda agar tidak kabur setiap kali aku ingin mendandaninya."

Adriano tertawa pelan. "Dia memang seperti ayahnya, tidak suka diatur."

"Benar sekali," balas Jade sambil terkekeh. "Kalian berdua memang serupa dalam hal itu."

Adriano berjalan mendekat, lalu berjongkok di depan mereka. Dia menatap Maximo, yang kini sudah rapi, dan mengusap lembut kepala anak itu. "Selamat ulang tahun, bocah kecilku. Jangan terlalu nakal."

Dari ambang pintu, terdengar suara tawa seoang wanita, lalu disusul dengan kata-katanya. "Oh, manis sekali. Tapi Maximo yang sulit diatur tentu bukan sepertimu, Adriano."

...****************...

1
Kardi Kardi
good jobbb👍
Kardi Kardi
Thank you sir. I am proud with you.🥳
Khusnul Khotimah
sangat bagus dan menarik
te~amor❤️
smpe terbawa mimpi jade 🤣🤣🤣
te~amor❤️
wah wah wahhh apa ini🙈🙈🙈
te~amor❤️
minta pijit anu nya jade🤣🤣
Kardi Kardi
MERITLAH TUANNNNN
Kardi Kardi: yuppp. jadilah satuuuuu😍
total 1 replies
D.Nafis Union
jd ikut bingung, jade udah gituan sm papanya max apa blm yah 🤔
zillenia Safar: padahal aku sdh berharap banget lhoo 😁🤭 eh cuma mimpi 🫣
total 1 replies
zillenia Safar
Nex kak Thor 🤗🥰
Kardi Kardi
WOW. DUDER VS ZANDER. BEGITUANKAH ?😍
Kardi Kardi: yuppp. GESREX SIKITLAHHH😍
total 1 replies
zillenia Safar
unboxing Thor besok pagi 😅😅😅🤭 klo gagal nanti aku ngambek 🤣🤣🤣
Sepli Naura
OMG jade ..
Kardi Kardi
SOMETHING IMPORTANT RESULTTTT
Kardi Kardi: LAMARLAH DIA TUANNN
total 1 replies
Kardi Kardi
WHOAHHH. WHO IS THAT ?
Kardi Kardi: yuppp. who are youuu
total 1 replies
zillenia Safar
walahh ga boleh begini dong Thor masa Jade mau ke kamar nya Adriano nunggu hari besok lamaaa😅😅😅🤭🤭🤭🤭🤭
D.Nafis Union
ngapain jade disuruh k kamar?? 🤔 masih nunggu besok ya....
zillenia Safar
ah elah si biang kerok datang mau bikin rusuh 😏😏😏😏
D.Nafis Union: kasihan jade dong
total 1 replies
Kardi Kardi
hey. heyyyy. COME ONNN WAKE UPPP😍
Kardi Kardi: yup. come onnn💪
total 1 replies
Kardi Kardi
COME ONNNN. WAKE UPPP SIRRR
Kardi Kardi: YEACHHH. LETS GOOO
total 1 replies
te~amor❤️
waduhhhh gimna ini udah bangun dia🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!