Setelah kedua orang tuanya meninggal, Amy pindah ke Bordeaux -sebuah kota Indah di Prancis, dan berteman dengan Blanche Salvator yang ternyata merupakan anak dari seorang Mafia paling di takuti bernama Lucien Beaufort.
Dengan wajah yang karismatik, mata biru dan rambut pirang tergerai panjang, Lucien tampak masih sangat muda di usia 35 tahun. Dan dia langsung tertarik pada Amy yang polos. Dia mendekati, merayu dan menggoda tanpa ampun.
Sekarang Amy di hadapkan pilihan : lari dari pria berbahaya yang bisa memberinya segalanya, atau menyerah pada rasa yang terus mengusiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ternyata Amanda...
Lucien tengah sibuk di meja kerjanya. Sambil menyesap wine buatannya sendiri, dia menatap serius kea rah layar laptopnya.
“Minggu depan, aku punya banyak pesanan anggur dan wine… hmm, sepertinya aku akan butuh pekerja tambahan. Mungkin aku akan menempelkan lowongan kerja di kampus-kampus dekat sini,” gumam Lucien.
Saat sedang serius bekerja, tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk. Lucien terdiam, lalu melihat arloji yang masih setia melingkar di pergelangan tangannya. “Jam dua belas kurang lima menit? Siapa yang datang ke kamarku jam segini? Mungkinkah Amy?” Lucien terkekeh, “tidak mungkin Amy melakukannya, dia bukan gadis seperti itu,” dari pada terus penasaran, Lucien pun memutuskan untuk membuka pintu kamarnya, namun sebelum itu, dia mengambil pistolnya yang disembunyikan di bawah meja dan menyelipkannya di sabuk celana bagian belakang.
“Halo Lucien,” sapa Amanda saat Lucien membuka pintu.
Lucien mengernyit –heran, “ada apa?” tanyanya bingung.
“Nggak ada apa-apa, aku Cuma ingin ngobrol saja. Aku masuk ya,” ucap Amanda riang sambil menerobos masuk ke dalam kamar Lucien.
Amanda memandangi kamar Lucien yang sangat megah, berbeda dengan kamar Blanche yang begitu ramai dengan pernak-pernik bak kamar seorang putri raja. Kamar Lucien terlihat maskulin, gelap dan mendebarkan. Lantai marmer nya berwarna hitam, dan dindingnya di dominasi warna hitam glossy dan emas. Ranjangnya pun sangat besar dan tampak kokoh menggoda.
Amanda –dengan tidak punya malu, duduk di tepi ranjang megah Lucien. Mengangkat satu kakinya di atas kakinya yang lain hingga ujung gaunnya tersingkap dan menunjukkan kaki putih dan mulusnya pada Lucien.
Lucien masih di sana, di ambang pintu, dengan tangan terlipat di dada dan terus memperhatikan Amanda.
“Kenapa kau masih di sana? Duduklah di sini, supaya kita bisa ngobrol dengan nyaman,” ucap Amanda –menggoda. Dia menepuk tepi ranjang persis di sampingnya, agar Lucien duduk di sana.
“Aku tidak punya hal yang ingin aku obrolkan denganmu, Amanda. Jadi tolong keluar dari kamarku sekarang. Kau mengganggu privasiku!” ucap Lucien datar.
Amanda tampak kaget dengan jawaban Lucien. Biasanya dia tak pernah gagal mendapatkan apa yang dia inginkan. Biasanya godaannya pada lelaki paruh baya –yang biasanya adalah ayah dari teman-temannya, selalu sukses. Dan setelah itu, Amanda akan mendapatkan uang yang berlimpah yang bisa digunakan untuk berbelanja secara gila-gilaan. Dan Lucien Beaufort adalah incarannya selanjutnya. Duda kaya raya ini, pasti memiliki banyak harta yang bisa Amanda gunakan untuk bersenang-senang hingga bosan, bukan?
Tapi ternyata, mendekatinya perlu upaya ekstra. Dia tidak mudah ditaklukan.
Amanda menatap Lucien sambil menjilati bibirnya dengan gerakan perlahan dan er*tis. Dia menurunkan tali gaunnya, agar aset berharganya bisa terlihat jelas dan mengundang Lucien untuk tergoda dan menikmatinya.
Lucien tersenyum miring, lalu berjalan cepat mendekati Amanda.
Amanda girang, sepertinya menggoda Lucien Beaufort tak sesulit itu. Buktinya, baru di tunjukkan dua bukit kembarnya yang menjulang saja, dia langsung goyah.
Lucien berdiri tepat di depan Amanda, menatapnya tajam. Amanda balas menatap Lucien dengan senyum nakal, tangannya naik dan mengusap dua bukit kembarnya sendiri –menggoda Lucien untuk ikut menyentuhnya. Namun bukannya ikut menyentuh benda kenyal itu, Lucien malah mengambil pistol yang terselip di belakang bajunya dan menempelkannya di dada Amanda –tepat di atas bukit kembar itu.
“Ah! Lu-Lucien! A-apa yang kau lakukan!” kaget Amanda, dia menatap ngeri pistol berukuran sedang yang terasa dingin saat menempel di kulit dadanya.
“Panggil aku Monsieur Breaufort! Tidak sembarang orang boleh memanggil ku Lucien!” ucap Lucien dengan suara menggeram penuh tekanan.
“Ba-baiklah Monsieur Beaufort, a-aku aku akan berhenti memanggil namamu…”
Lucien menyeringai, “Kau ku ijinkan berteman dengan Ache, tapi bukan berarti boleh kurang ajar padaku, kau paham!”
Amanda mengangguk cepat beberapa kali.
“Sekarang…” Lucien tersenyum miring, pistolnya dia gerakan untuk mengangkat salah satu tali gaun dan meletakkannya ke tempatnya, “keluar dari kamarku! Sebelum kesabaranku habis!”
Amanda segera bangun dari duduknya, berlari keluar dari kamar megah itu sambil memperbaiki gaunnya yang berantakan.
Namun saat keluar dari kamar Lucien, Amanda malah berpapasan dengan Amy. Dan mana mungkin Amanda bilang kalau dia telah ditolak oleh Lucien, jadi dia berdusta pada Amy, bahwa dia baru saja menghabiskan malam dengan Lucien Beaufort.
….
Amy mengejap-kejapkan matanya.Kepalanya sudah terasa sedikit ringan dari pada semalam. Semalam, setelah berpapasan dengan Amanda, Amy tak bisa memejamkan matanya sama sekali, lalu kepalanya pun berdenyut hebat. Entah di jam berapa akhirnya Amy terlelap, dia tak tau. Yang dia tau sekarang, dia terbangun dan matahari sudah bersinar begitu terang di luar sana.
“Euuh…” rintihnya lirih, merasa lehernya terasa sangat kering dan sangat sakit.
“Kau butuh sesuatu?” suara Lucien Beaufort mengejutkan Amy. Secara spontan dia menoleh dan melihat Lucien duduk di tepi ranjang dan terus memperhatikan dirinya.
Amy memandangnya dengan tatapan sinis. Dasar lelaki hidung belang! Berani-beraninya melakukan perbuatan tak senonoh dengan Amanda.
“Kau butuh sesuatu?’ Tanya Lucien lagi.
Amy memalingkan wajahnya –enggan menatap wajah tampan Lucien. Rasanya kesal sekali Amy pada Lucien! Tapi kenapa dia harus kesal? Memangnya mereka ada hubungan apa? Bukankah orang luar negri memang kebanyakan memiliki kebiasaan jelek yaitu bebas berhubungan dengan siapapun yang dia mau? Lalu kenapa Amy harus marah? Mereka kan tak ada hubungan apa-apa.
Tangan Amy menggapai-gapai gelas air minumnya yang tersedia di meja kecil sebelah ranjang, tapi terlalu jauh, tangannya tak sampai.
Lucien pun dengan sigap mengambilkan gelas itu, lalu membantu Amy untuk duduk agar bisa minum dengan mudah.
“Bilang saja kalau mau minum, Amy… aku pasti akan mengambilkannya untukmu,” ucap Lucien sambil membaringkan kembali Amy ke ranjang.
“Te-terima kasih,” ucap Amy sambil mengubah posisi tidurnya, membelakangi Lucien.
Lucien memandangi Amy dengan heran. “Kamu kenapa?”
“Aku nggak kenapa-kenapa. Aku ingin tidur!’ ketus Amy.
“Sekarang sudah jam sebelas siang. Memangnya kamu nggak capek tidur seharian?”
“Apa! Jam sebelas?!” kaget Amy. “Di mana Blanche dan Amanda?” ucapnya mencari-cari dua temannya yang sudah tak terlihat batang hidungnya itu.
“Mereka pergi belanja di mall,” ucap Lucien cuek.
“Kenapa kau mengijinkannya?”
“Tenanglah, aku mengirimkan bodyguard ku untuk menjaga mereka,” jawab Lucien lagi sambil merapikan anak rambut yang menutupi mata Amy.
“Kamu tidak bosan tidur terus? Mau ku temani jalan-jalan?” tawar Lucien.
“Jalan-jalan? Ke mana?”
“Ke kebun anggur. Kamu bisa menghirup udara segar di sana. Panasmu juga sudah turun. Bagimana?”
Amy menatap Lucien, “baiklah…” ucapnya akhirnya setuju. Kebetulan dia juga merasa lelah terus berbaring, dan ingin sedikit bergerak.
🤔🤔🤔🤔🤔
Semua akan indah pada waktunya..
Karma tidak akan salah tempat..
❤️❤️❤️❤️❤️
Jangan beri kesempatan pada lintah penghisap darah!!!
💪💪💪💪💪❤️❤️❤️❤️❤️