NovelToon NovelToon
PANASNYA CINTA MASS ADI

PANASNYA CINTA MASS ADI

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: ELLIYANA

" kita ngomong pake bahasa kalbu sayang" ucapnya dengan tangan terulur memegang dagu ku, " cup" sekali lagi Adi Putra mencium bibirku.

Biar sekilas aku sudah seperti orang mabok minum tuak tiga jerigen, " kamu nggak bisa menolak sayang" katanya masih menghipnotis.

Aku seperti kembali tersihir, habis-habisan Adi Putra melumat bibirku. Herannya walau tidak mengerti cara membalas aku malah menikmati kelembutannya.

" Hey... son belum waktunya" suara teguran itu membuat Adi Putra berhenti m3nghi$4p bibirku, sedang aku tegang karena malu dan takut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ELLIYANA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#19. ngelenong ( jejak ya guys )

Seharusnya orang yang habis mandi segar dan bersemangat tapi aku malah lemas, soal lamaran yang tiba-tiba aku terus kepikiran entahlah habis ini masalah apa lagi yang bakal aku hadapi rasanya masalah nggak pernah ada habisnya.

Masih dengan menggunakan handuk aku naik ketempat tidur, capek banget bukan cuma tubuh tapi hati dan batinku juga capek.

Ku tatap langit-langit kamar, ee sepasang binatang yang biasa nemplok di dinding sedang berkejaran. " mereka seperti sepasang kekasih yang sedang saling bercanda hahah " batinku tergelak sendiri sambil membayangkan gimana rasanya kalau aku punya pasangan apakah aku akan sama kejar kejaran seperti itu.

Ohh... indahnya batin ku menutup muka dengan bantal karena malu dengan hayalan ku sendiri, " Tok...tok...Tiara..." ku dengar suara pintu di ketuk dan panggilan dari ibu.

" Iya Bu sebentar" jawab ku dengan malas aku duduk dan turun dari tempat tidur.

" crak..." pintu terbuka dan ibu masuk, sebelum aku buka pintu ibu udah masuk duluan.

" ya ampun kamu kok masih andukan?" tanya ibu sambil geleng-geleng kepala.

Aku diam ibu juga diam dengan langkah berat aku menuju meja rias dan duduk di kursi, " Tiara dengarkan ibu nak.." ucap ibu ketika sudah di belakang, Ku tatap wajahnya dari pantulan kaca rias tatapan mata kami bertemu.

" Ibu nggak akan memaksa kamu untuk menerima lamaran ini, semua ibu kembalikan ke kamu sayang. Ibu cuma nggak enak aja kalau menolak secara mereka pernah nolongin ibu waktu kita baru pindah ke kota ini" ucap ibu membuat hatiku seperti di cubit.

Jadi ini balas budi, harus kah aku yang jadi korban. Manusia macam apa mereka masak udah nolong minta pamrih apa itu yang katanya menolong harus ada timbal balik.

" jadi maksud ibu, Tiara yang harus nolak gitu?" tanyaku, kami masih saling bertatapan dari pantulan kaca.

" Ya nggak gitu juga " ucapnya menunduk, " Ibu nggak tahu kasih alasan apa. Lagian ibu merasa berhutang budi pada mereka" tambah ibu. fiks aku jadi tumbal balas budi batin ku.

Ku tatap lagi wajah ibu yang terlihat mendung, entah ibu ngerasa bersalah atau apa aku nggak tahu. Tapi setiap melihat nya bersedih hati ku terasa sakit, cukup ayah saja yang menyakiti nya bertahun-tahun.

Ingatan ku kembali kemasa masih di kampung, bertahun-tahun menunggu dan sampai rela nunggu seharian di pelabuhan, tapi apa hanya kehampaan yang Ibu ku dapat dan saat itu aku benar-benar sedih dan sakit aku nggak mau menyakiti hati nya.

" Huuuuff.." ku hempas nafas kasar otak ku terpaksa harus berfikir jernih setidaknya aku harus menemukan solusi untuk masalah ini, aku nggak mau bikin ibu sedih.

" Ibu ngerti Tiara, nggak harus buru-buru nikah kan bisa tunangan dulu" ucap ibu seperti tau apa yang sedang aku pikirkan,

Mendengar usulan ibu, " Ya Tuhan kok aku nggak kepikiran ke situ ya" batinku merutuk. Ucapan ibu bagai Angin segar yang berhembus di telingaku.

" Yaudah Bu Tiara akan terima" jawabku demi membuatnya bahagia.

Senyum manis terukir di wajah ibuku, " Ya sudah kamu cepat pakai baju jangan lama-lama, ibu keluar dulu nggak enak ninggalin tamu terlalu lama " katanya pamit.

" Iya Bu " jawab ku melepas kepergian nya, perlahan aku menyusun rencana dalam kepala.

Sambil mencari-cari pakaian yang cocok aku terus berfikir berapa lama waktu yang harus ku ajukan ya minimal sampai aku siap, jujur sekarang aku belum kepikiran menikah.

kayaknya aku harus minta jangka waktu nya selama sepuluh tahun, kan lumayan selama sepuluh tahun itu pasti aku udah dapat kerjaan yang bagus agar bisa membahagiakan ibu. Buru-buru nikah yang ada cepat gendong anak, batin ku seolah sepuluh tahun itu bukan waktu yang lama.

Aku mengambil satu gamis, dalam hati aku berharap rencana ku berjalan lancar. Setelah memakai pakaian aku langsung menuju meja rias, tiba-tiba aku kepikiran gimana kalau mereka beneran setuju dengan usulan ku dan rela menunggu selama itu.

Huaaa....perkara berat, nggak...nggak...aku belum mau nikah bagaimana pun caranya aku harus kerja dulu, nikah ntar aja perempuan tampa pekerjaan akan di remehkan apalagi dapat suami yang keluarga nya memandang status sosial beh ..berat ini monolog ku.

Tiba-tiba aja terlintas pikiran konyol, ya setidaknya aku harus membuat mereka ilfil di awal, pasti dengan sendirinya mereka akan mundur dan pertunangan itu di batal kan.

Otak ku benar-benar eror, bayangkan bertunangan dengan orang yang nggak ku kenal trus kalau iya dia cakep kalau bukan seleraku gimana, dengan penuh semangat ku poles muka sengaja bedaknya aku tebalin mana tau begitu liat dandanan kayak badut mereka malah Langsung kabur nggak jadi lamar aku Kan bagus tuh kalau di batalkan.

Aku bersorak sendiri, " Tiara udah siap nak" tanya ibu yang tiba-tiba masuk.

" ya Allah Tiaraaa..." ibu syok saat melihatku.

" kenapa Buk!?" tanyaku pura-pura nggak ngeh.

" itu mukanya kenapa?, kok kayak orang mau pergi ngelenong" kata ibu menunjuk mukaku.

" Deg..." aku langsung diam, sadar dengan kelakuan ku sendiri.

" hik...kok gini nak, jangan bikin malu ibu lah. Kalau kamu menolak kan bisa kasih alasan yang baik jangan malah seperti ini " katanya lembut sambil menangis, perasaan ku langsung seperti di tampar.

" Iya Bu maaf" kataku sambil menunduk aku paling nggak sanggup lihat ibu nangis.

Untuk sesaat aku dan ibu diam seperti orang yang sedang menyelami perasaan masing-masing, " Ya sudah ibu suruh mereka pulang aja" kata ibu yang tadinya duduk di pinggir ranjang tiba-tiba langsung bangun.

" Tunggu Bu" ku pegang pergelangan tangan ibu agar tidak pergi.

" Tunggu apalagi kasian mereka sudah dari tadi nunggu " ucap ibu dengan mata yang masih basah, entahlah aku langsung berfikir kalau aku sudah sangat keterlaluan.

Ibu menatap wajah ku, hatiku seperti di remas sakit benar-benar sakit inikah balasan yang ku berikan untuk perempuan yang sudah melahirkan ku kedunia. Dengan berat hati akhirnya aku harus mengambil keputusan walau sebenarnya aku sendiri tidak yakin dengan keputusan ini.

" Baik bu Tiara akan terima lamaran ini" kataku menahan sesak di rongga dada.

" Ya sudah hapus makeup nya, ayo keluar ngomong langsung kalau kamu belum mau di lamar" ucap ibu tegas sambil mengusap sudut matanya.

Tidak ada kata yang terucap, aku langsung mengambil kapas dan toner untuk membersihkan makeup, benar kata ibu kalau memang nggak mau aku harus menolak dengan alasan yang tepat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!