Prasetya terpaksa menikahi perempuan pilihan orang tuanya karena desakan dari orang tuanya, namun selama pernikahan dia tidak pernah mencintai perempuan yang telah menjadi istrinya itu karena hatinya sudah memilih perempuan lain yang menjadi kekasihnya selama mereka masih sekolah. Namun demi memenuhi keinginan orang tuanya dia rela menikahi perempuan pilihan orang tuanya.
Namun ternyata wanita pilihannya tidaklah sebaik yang dia kira selama ini, kekasihnya ternyata memiliki sifat jahat yang hanya ingin menguasai harta miliknya. Dia pun juga memanipulasi perasaan Prasetya dengan berpura-pura menjadi wanita yang baik di hadapannya. Tetapi, sifatnya berbeda ketika di belakang Prasetya. Dia bahkan memfitnah istri pertama Prasetya agar dia terlihat jelek di mata suaminya dan Prasetya tidak akan pernah menyukai istri pertama itu yang ternyata memiliki hati yang baik seperti malaikat.
Akankah kejahatannya bisa terbongkar dan memperlihatkan sifat aslinya itu?! bisakah Jasmine bertahan?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phoenixsoen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19 Pertengkaran Pras dan Viona
"enggak Vi, kamu salah besar. Buktinya Jasmine itu masih perawan dan bahkan masih polos ketika melakukan hal itu, tubuhnya bahkan masih kaku seolah belum pernah tersentuh oleh siapapun. Jasmine masih gadis polos yang belum tahu apa-apa tentang hubungan suami-istri. Tidak seperti kamu yang begitu liar dan lihai dalam bermain di atas ranjang, kamu bahkan mengajari aku tentang hal-hal yang belum pernah aku lakukan. Kamu seperti seseorang yang sudah sering melakukan hal itu dan tampak berpengalaman di atas ranjang" kata Pras membeberkan.
"hah.. Ha..ha.." Viona tertawa getir. "jadi sekarang kamu membandingkan aku dengan dia mas?! Karena kamu sudah mendapatkan keperawatan dia?! Begitu, ma?!" tanya Viona suara bergetar.
"cukup Vi! Aku tidak mau berdebat dengan kamu sekarang, oke! Aku tahu, aku salah dan aku minta maaf Vi. Tapi Jasmine juga istriku dia juga berhak mendapatkan haknya sebagai istriku, Vi. Dan sebagai seorang lelaki wajar jika aku memang tergoda dengan kecantikan wajah Jasmine. Jadi tolong jangan membuat aku semakin pusing dengan emosi kamu yang meluap-luap" ujar Pras mengakui.
"oh.. Jadi kamu ngaku kalau kamu memang tergoda dengan Jasmine?! Dan kamu meminta itu secara sadar, mas?! Tega kamu, mas. Kamu benar-benar tidak punya prinsip, sebelum kamu menikahi aku kamu telah berjanji untuk menjadikan aku satu-satunya wanita yang kamu cinta. Aku bahkan rela kamu nikahi siri karena janji kamu untuk tidak akan pernah menyentuh istri sah kamu selamanya. Tapi apa?! Justru semua itu kamu langgar mas, kamu berani tidur dengan wanita penggoda itu!" teriak Viona penuh amarah.
"CUKUP VI!! Berhenti kamu menyebut Jasmine dengan sebutan itu. Kurang apalagi aku Vi?! Aku bahkan sudah menerima kamu apa adanya meski aku tahu kalau kamu sudah perawan lagi, aku bahkan selalu memprioritaskan kamu dibanding Jasmine. Apalagi yang mau kamu tuntut dari aku, bahkan apa yang tidak bisa aku dapatkan dari kamu justru aku dapatkan dari Jasmine" kata Pras yang ikut emosi.
"DIAM MAS! Jangan kamu ungkit lagi tentang masa lalu aku, kamu sudah janji tidak akan mengungkit-ungkit tentang masa lalu aku lagi mas. Tapi sekarang, hanya karena kamu mendapatkan perawan Jasmine kamu malah tega mengungkit luka lama aku yang sudah aku kubur dalam-dalam, mas" Viona mulai menangis meraung.
"sudahlah Vi, semakin kita bicara malah semakin membuat kita bertengkar hebat. Sudah cukup kita membahas tentang masalah Jasmine dan aku. Lebih baik sekarang aku siap-siap untuk berangkat ke kantor, kamu juga bersiaplah agar tidak terlambat ke kantor. lebih baik kita tenangkan diri dulu masing-masing agar tidak saling emosi" kata Pras sambil berlalu ke ruang ganti.
Viona masih terdiam di ranjang dengan tangisan yang tidak kunjung berhenti, hatinya yang terasa begitu sakit tidak bisa meredakan tangisnya atas rasa kecewanya terhadap Pras. Dengan sangat kesal kecewa Viona membanting semua barang yang di atas nakas samping ranjangnya sampai semuanya jatuh dan lampu tidur pun pecah. Viona juga mengacak-acak tempat tidurnya dengan melempar selimut dan bantal, sehingga kamar itu tampak berantakan. Dia juga memukul-mukul dadanya sendiri yang terasa sesak tak tertahankan.
Sementara Jasmine yang berada di dapur tengah fokus dengan masakannya yang dia buat untuk Pras, Jasmine terhenyak kaget ketika mendengar suara bantingan benda-benda dari atas serta teriakan Viona yang begitu nyaring. Sejenak Jasmine terdiam sambil menoleh ke arah atas dimana kamar Viona berada, Jasmine pun mengusap dadanya untuk menenangkan dirinya. Setelah suara teriakan tidak lagi terdengar kini suara itu berubah menjadi tangisan pilu yang menyayat hati.
Jasmine tertunduk menebak apa yang mungkin telah terjadi dengan madunya itu, mungkinkah madunya itu melihat semua kejadian semalam?! Ah.. pedih rasanya jika memang Viona melihat semua kejadian malam itu, namun semua kepedihan itu rasanya tidak sebanding dengan rasa sakit hati yang selama ini di rasakan Jasmine. Jasmine pun menghela napas dalam dan menghembuskannya dengan pelan.
"apa yang mbak Viona rasakan sekarang, belum seberapa dibandingkan rasa sakit hati aku yang berkali-kali di sakiti oleh kalian berdua. Jika segini saja sudah membuat mbak merasa hancur, lalu bagaimana jika suatu saat nanti mas Pras bisa menerima dan mencintai aku seperti cintanya pada mbak Viona. Akan sehancur bagaimana lagi perasaan mbak saat itu?!" ucap Jasmine bermonolog.
Setelah mengatakan ucapan itu Jasmine kembali pada kegiatannya memasukan sarapan dan kemudian menyajikannya di atas meja. Jasmine kemudian beranjak meninggalkan dapur menuju ke kamarnya untuk berganti pakaian dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Saat berada di atas sekilas Jasmine menoleh pada kamar Viona yang pintunya sedikit terbuka, kamar itu begitu berantakan dan masih terdengar suara tangisan Viona yang sedikit melemah suaranya hanya isakan tangis yang terdengar.
Jasmine pun berlalu meninggalkan pintu kamar itu dan masuk ke kamarnya, tidak lama setelah Jasmine masuk ke kamarnya Pras keluar dengan setelan jas yang sudah rapi. Tanpa memedulikan Viona yang masih terisak disana Pras pun segera turun menuju dapur dimana disana sudah tersaji sarapan yang Jasmine buat untuknya. Pras pun kemudian duduk di kursi dengan tenang dan melahap makanannya. Tidak lama kemudian Jasmine turun dengan sudah memakai seragam mengajarnya kemudian ikut duduk di meja makan dan menikmati masakan yang di buatnya.
"mas, apa yang terjadi dengan mbak Viona?! Kenapa mbak Viona berteriak seperti itu?! Apa kalian bertengkar?!" tanya Jasmine bertubi-tubi sambil melirik Pras yang tampak biasa saja.
"sudahlah kamu jangan pedulikan itu, dia mungkin hanya emosi sesaat. Nanti juga dia akan mereda sendiri, lebih baik kamu nikmati saja sarapannya setelah itu aku antar kamu ke sekolah karena mobil kamu masih disana" ucap Pras tanpa melihat ke arah Jasmine.
Jasmine pun menunduk patuh dan kembali melahap makanannya, suasana sarapan pagi ini begitu hening tanpa adanya obrolan lagi sampai sarapan pun berakhir. Pras segera mengambil alat makan yang kotor dan mencucinya di wastafel sebelum berangkat kerja. Kemudian dia menyusul Jasmine yang sudah keluar lebih dulu dan menunggunya di luar rumah.
"ayo kamu masuk ke dalam mobil, biar hari ini aku antar kamu bekerja" ajak Pras setelah membukakan pintu mobilnya.
Menurut, Jasmine pun akhirnya naik ke dalam mobil Pras dan duduk di kursi samping kemudi. Kejadian itu tidak luput dari pengamatan Viona yang memerhatikan mereka dari atas balkon kamarnya. Hal itu jelas membuat hati Viona semakin memanas karena terbakar api cemburu, dia meremas gaun yang dia kenakan di kedua sisinya dan giginya gemeretak cukup kuat karena menahan emosi. Viona pandang mobil itu sampai benar-benar hilang dari pandangannya.
Di dalam mobil Jasmine tampak memerhatikan wajah Pras yang terlihat masam seakan menahan amarah dan rasa kesalnya. Jasmine tidak berkata-kata ketika melihat wajah Pras yang tidak bersahabat, dia takut hal itu akan memancing emosi suaminya untuk kembali meledak. Cukup lama keheningan terjadi sampai akhirnya Jasmine memulai obrolan di tengah suasana canggung.
"mas, bagaimana aku bisa pulang semalam?! Seingat ku malam itu aku masih berada di sekolah?!" Jasmine bertanya karena penasaran.
"menurutmu bagaimana..?! Ya sudah jelas aku yang menjemput mu ke sekolah" jawab Pras dengan nada datar.
"kok.. Bisa mas, siapa yang menghubungi mas?!" tanya Jasmine lagi.
"seorang satpam yang menemukan kamu pingsan di lorong sekolah, dia menelpon aku dengan menekan nomor darurat di ponsel kamu. Dan nomor itu langsung menghubungkan dengan nomor aku" jawab Pras seadanya.
"oh.. Maaf mas, kalau aku sudah merepotkan kamu. Dan terima kasih banyak kamu repot-repot mau menjemput aku ke sekolah di tengah hujan lebat" ucap Jasmine dengan tulus.
"hemm... lain kali, pulang lah lebih awal kalau sudah tahu akan hujan. Jangan tinggal di sekolah seorang diri hanya karena pekerjaan" ucap Pras.