NovelToon NovelToon
Sukma Dukun Santet, Dalam Tubuh Detektif Tampan.

Sukma Dukun Santet, Dalam Tubuh Detektif Tampan.

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Mata-mata/Agen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Roh Supernatural / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Yuni_Hasibuan

Tentang Dukun Santet Legendaris — yang berjaya dalam Mengusir Belanda, Tiga Abad Silam.
Tapi nasibnya berakhir tragis: dibakar hidup-hidup hingga arwahnya gentayangan

Sampai tahun 2025..
Jiwa LANANG JAGAD SEGARA:
tiba-tiba tersedot ke dalam tubuh ADAM SUKMA TANTRA, seorang INTERPOL Jenius, Muda dan Tampan.
Syarat tinggal di tubuh itu: cari dalang di balik pembunuhan Adam.

Maka dimulailah petualangannya menyelidiki kasus-kasus kriminal dengan cara aneh: Lewat Santet, Jimat Ghoib, dan Mantra Terlarang yang tak sesuai zaman. Tapi, justru cara kuno ini paling ampuh dan bikin partnernya cuma bisa terpana.

“Lho, kok jimatku lebih nendang daripada granat?!” — ujar Lanang, si Dukun Gaptek yang kini terjebak dalam lumpur misteri masa lalu.

Sanggupkah ia mewujudkan keinginan Jiwa asli sang pemilik tubuh?
Atau jangan-jangan justru terhantui rasa bersalah karena ternyata, penyebab Matinya Adam masih....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuni_Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Harga sebuah kesembuhan.

***

“Bryan... sudah sadar, kan?” tanya Lanang dengan suara lirih dan lemah.

Seorang perawat wanita yang berjongkok di sisinya langsung berdiri terkejut.

Ia memeriksa kondisi Lanang sejenak sebelum menjawab. “Iya...dia sudah sadar. Tapi...”

“Tapi apa?” desak Lanang.

“Sepertinya dia sedang dalam kondisi shock berat,” jawab Suster Mikha setelah memperhatikan keadaan Bryan lebih saksama.

Dokter Elibrech, yang tadinya sempat berjongkok di lantai, berusaha bangkit.

“Cepat, bawa mereka masuk,” perintahnya, berusaha mengambil kendali. Meski dipenuhi kebingungan, tanggung jawabnya sebagai dokter memaksanya untuk tetap menjalankan prosedur.

“Tidak perlu, Tabib. Kami... sudah sembuh. Tidak perlu diperiksa lagi,” ucap Lanang lirih. Sorot matanya menunjukkan kelegaan, namun nada suaranya justru terdengar berat dan penuh penyesalan.

“Apa maksudmu tidak perlu diperiksa?” Dokter Elibrech mengerutkan kening, nada suaranya meninggi penuh tanda tanya. Segudang pertanyaan menumpuk di kepalanya, dan jawaban Adam—atau siapa pun yang sedang berbicara ini—justru menambah kebingungannya.

“Kami sungguh tidak apa-apa, Tabib. Percayalah padaku,” balas Lanang, mencoba meyakinkan.

.

.

Tentu saja, tak ada seorang pun yang begitu saja menerima perkataan Lanang.

Dokter Elibrech bersikeras untuk membawa mereka ke ruang CT-Scan.

Hasilnya? Justru membuktikan bahwa kata-kata Lanang adalah benar. Mereka baik-baik saja.

“Ini... sungguh di luar nalar, Dokter. Hasilnya menunjukkan mereka benar-benar baik-baik saja,” bisik Suster Mikha hampir tak terdengar, matanya masih menatap laporan kesehatan di tangannya, seolah tidak percaya.

Mereka telah menjalani serangkaian pemeriksaan lengkap, tetapi tidak ditemukan satu pun kelainan. Bahkan semua gejala kritis yang tadinya muncul—hilang tanpa bekas.

Padahal, Bryan dan Lanang tiba di rumah sakit dalam kondisi hampir tidak tertolong. Darah mengucur deras dari telinga dan hidung mereka. Kini? Semua luka itu raib, seolah hanya ilusi.

“Dari dulu memang sudah terasa tidak biasa. Kamu ingat kondisi Adam minggu lalu? Dia nyaris meninggal karena kehabisan darah. Tapi, entah bagaimana, bisa pulih total dalam hitungan jam. Memangnya masih ada keanehan apa lagi, yang lebih besar dari itu?” gumam Elibrech, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

Matanya yang lelah tak beranjak dari tubuh Adam yang terbaring di ruang observasi.

“Dua anak ini... jelas menyimpan sesuatu yang besar. Sesuatu yang mereka sembunyikan dari kita,” gerutunya, suaranya berisi kekesalan yang dipendam.

“Tapi... sejauh ini tidak membahayakan, kan, Dok? Justru ‘keanehan’ itulah yang menyelamatkan nyawa mereka. Membuat mereka bisa bertahan dari kondisi yang seharusnya fatal,” timpal Suster Mikha, berusaha menenangkan.

“Tidak berbahaya apanya? Hal yang tidak bisa kita jelaskan, justru itulah yang paling berbahaya, Mikha,” sanggah Elibrech, suaranya terdengar letih dan frustrasi.

“Lalu... apa yang harus kita lakukan, Dokter?” tanya Mikha ragu-ragu.

“Adam menolak bicara, bahkan saat Anda sendiri yang menanyainya. Dan Bryan...” Ia menghela napas, “Bryan malah lebih parah. Dia sama sekali tidak ingat apa-apa.”

Elibrech terdiam sejenak. Pandangannya masih tertuju pada sosok Adam di balik kaca, seolah mencoba membaca apa yang tersembunyi di balik wajahnya yang tenang.

“Untuk sementara, kita harus cegah berita ini tersebar. Paham? Jika sampai tersebar, bisa memicu pertanyaan yang tidak perlu dari dunia medis. Bahkan bisa berujung kekacauan,” perintahnya dengan suara rendah namun penuh wibawa.

Mikha mengangguk pelan, masih ragu. “Tapi, Dokter... kejadian yang pertama saja sudah memicu banyak tanda tanya. Pihak Interpol saja tidak bisa menerima laporan kita begitu saja.”

“Lalu bagaimana mungkin kita menyembunyikan yang ini? Mereka di kirim kemari langsung dari kantor pusat. Mustahil mereka tidak menuntut penjelasan. Apalagi, kejadian kali ini jauh lebih... ekstrem.” Nadanya masih berisi keraguan. Matanya kembali menatap retakan halus di dinding—saksi bisu dari kejadian tadi.

“Memang lebih besar. Tapi hanya kita yang tahu, bukan? Tidak ada agen Interpol yang ikut masuk ke sini. Ini wilayah kita,” balas Elibrech, mencoba meyakinkan diri sendiri.

Dia menarik napas dalam, lalu menambahkan dengan tekad bulat,

“Karena itulah, ini harus tetap jadi rahasia. Biar aku yang nanti berbicara dengan mereka... sekali lagi.”

Mikha mengangguk, meski keraguan masih membayangi wajahnya. Dalam hati, ia bertanya: Apakah mungkin mereka bisa menutup rapat peristiwa ganjil sebesar ini?

.

.

Di waktu yang sama, dalam ruang isolasi yang sunyi, Lanang sedang berpura-pura terlelap. Ia berusaha menghindari tatapan Bryan yang dari tadi cuma diam, namun justru merasakan sorot mata itu menancap tajam ke arahnya.

"Bryan aneh sekali hari ini..." batin Lanang gelisah.

"Ditanya kenapa, tidak mau jawab, tapi matanya tidak berhenti menatapku seperti melihat Setan. Atau jangan-jangan... dia sudah melihat semuanya? Dia melihat masa laluku yang paling kelam?" Pikiran Lanang terus berputar, meski matanya terpejam rapat.

"Kau ini keterlaluan, tahu. Beraninya menggunjing sahabatku langsung di depan wajahnya. Apa kau tidak takut dia malah curiga?"

Tiba-tiba, sebuah suara menyela pikiran Lanang.

"Hah? Siapa yang bicara? Aku kan cuma bicara dalam hati... Kok ada yang dengar?" Lanang langsung membuka mata lebar-lebar. Matanya menyisir setiap sudut ruangan, mencari sumber suara itu. Tapi tak ada siapa-siapa. Hanya Bryan yang masih menatapnya dengan pandangan tak berkedip dari seberang tempat tidur.

"Aku tidak menyangka leluhurku sebodoh ini. Ini aku, Adam! Yang lagi ngobrol di kepalamu. Memangnya kau mengharapkan siapa lagi?"

Ternyata... itu Adam. Suaranya terdengar jelas, seolah datang dari dalam kepalanya sendiri.

Lanang langsung memejamkan mata kembali. Ia menarik napas dalam, memusatkan konsentrasi, dan dalam sekejap, kesadarannya melayang memasuki ruang meditasi dalam pikirannya.

Dan benar saja, di sana, Adam sudah menunggunya.

"Heh, bocah. Ada apa kau panggil aku ke sini?" tanya Lanang begitu menyaksikan wujud jiwa Adam di ruang meditasinya.

"Aku? Memanggilmu? Justru kau yang tiba-tiba muncul! Dasar leluhur tua, payah! Pikiranmu semrawut dan bertindak seenaknya saja!"

Adam memang menjawab, tetapi emosinya jelas terlihat dari energi tak stabil yang memancar dari wujud jiwanya.

"Heh..., kenapa kau marah sekali?" tanya Lanang, masih kebingungan.

"Masih bertanya kenapa? Masih tidak sadar kesalahanmu? Siapa yang suruh kau nekat melakukan ritual berbahaya sampai menyakiti sahabatku? Bukannya kusuruh kau menjaganya?" sanggah Adam, suaranya berisi kekecewaan. Energi di sekelilingnya bergetar tak karuan.

"Oh..., ternyata karena itu? Maaf, aku tidak sengaja. Kukira ritual Intra Pati bisa jadi jalan cepat untuk melacak pencuri Mestika itu. Mana ku tahu dampaknya malah sebesar ini," jawab Lanang berusaha tenang.

"Tapi kau tenang saja, bocah. Temanmu sudah baik-baik saja. Aku bukan orang yang tidak bertanggung jawab. Percayalah, aku sudah menyembuhkannya," lanjutnya meyakinkan.

Tapi Adam langsung memotong.

"Dengan mengorbankan dirimu sendiri? Untuk memanggil entitas yang dulu menyebabkan kematianmu?"

Lanang terkesiap.

"Dari mana kau tahu?"

"Karena aku sudah melihat semuanya," jawab Adam singkat.

"Eh..., apa maksudmu 'sudah melihat'? Tidak mungkin kau terlibat dalam ritual Intra Pati. Kalau pun iya, seharusnya yang kau lihat ingatan Bryan, bukan ingatanku. Karena yang terhubung dengan tubuh ini kan kita berdua," tanya Lanang penasaran.

"Sayangnya, kau tidak bisa mengambil apa pun dari ingatan Bryan, kan? Mana mungkin tebakanku meleset," ujar Adam, sorot matanya tajam penuh arti.

"Hah? Kau juga tahu itu?" tanya Lanang semakin bingung.

"Tentu saja aku tahu. Karena aku yang melindungi ingatannya. Aku yang menghalangimu masuk dan mengobrak-abrik memori sahabatku tanpa izin."

"Tapi aku malah terseret dalam ingatanmu, dan menyaksikan bagaimana seorang dukun santet dibakar hidup-hidup oleh orang-orang yang dulu dibelanya," jelas Adam, suaranya berat dan getir.

"Duh, Gusti... ternyata benar dugaanku. Bryan melihat semuanya," desis Lanang penuh kegelisahan, perasaan bersalah dan kesal, mulai menyergapnya.

***

1
Nana Colen
lanjut thooooor aku suka 😍😍😍😍😍
Yuni_Hasibuan: Sabar kakak...
OTW... Bruuummmmm...
total 1 replies
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤🥰🥰
Yuni_Hasibuan: Terimakasih udah mau mampir kakak 🥰🥰🥰
total 1 replies
Maulana Alfauzi
Belanda memang licik
Yuni_Hasibuan: Liciknya kebangetan Bang.
total 1 replies
Maulana Alfauzi
hmm...
seru dan menyeramkan.
tapi suka
Maulana Alfauzi
Aku suka aja sama novel fantasi begini.
Maulana Alfauzi
Makasih up nya Thor.
semakin seru ceritanya
Yuni_Hasibuan: Makasih udah Mampir Bag.../Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!