Putri Changle—seorang gadis modern—terjebak di tubuh putri kuno yang memiliki masa lalu kelam. Setelah menikah dengan kekasih masa kecilnya, dia dikhianati dan disiksa hingga mati. Namun, dengan bantuan sistem poin dan ruang ajaib, Putri Changle mendapatkan kesempatan kedua untuk balas dendam.
Dengan menggunakan Sistem, Putri Changle memulai perjalanan balas dendam yang penuh tantangan dengan mengumpulkan poin, meningkatkan level, dan membuka kemampuan baru untuk mengalahkan musuh-musuhnya.
Namun, semakin dia mendekati tujuannya, semakin banyak rahasia yang terungkap tentang masa lalunya dan sistem yang digunakannya. Apakah Putri Changle dapat mencapai balas dendamnya, ataukah dia akan terjebak dalam permainan yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membalas Xie Zhan
"Pangeran ...." Donghai melangkah cepat, napasnya tersengal-sengal mengejar sosok Pangeran Chu yang sudah jauh meninggalkan Kedai Makan Fufan.
Pangeran Chu bagai bayangan—cepat, misterius, dan tak terjangkau.
Dia tidak berhenti, hanya menurunkan laju langkahnya dan tidak sedikit pun menoleh ke belakang.
"Saya sudah mengikuti perintahmu. Memukul ketiga pria itu sampai babak belur," kata Donghai sambil menggerakkan lengannya yang masih kaku dan tegang.
Tatapan Pangeran Chu menusuk bagai pisau, dingin tanpa sebersit belas kasih. Wajahnya kaku, tanpa senyum—hanya kemarahan yang membara dalam diam.
"Kemarahanmu tadi di Kedai Fufan, apa karena ...." Donghai bisa menebak penyebab kemarahan Pangeran Chu, tapi kata-katanya terhenti dan tergantikan oleh suara dingin yang nyaris tanpa emosi.
"Karena mereka bicara terlalu keras," potong Pangeran Chu dengan suara rendah, "mengganggu ketenangan dan kesenanganku minum."
Donghai terdiam sejenak, menelan ludah.
"Memukul mereka... sudah tepat," tambah Pangeran Chu.
"Anda benar, Pangeran," Donghai mengangguk cepat, di dalam hati dia menambahkan sambil berusaha menyembunyikan senyum geli. 'Tapi suara mereka jelas tidak pernah sekeras raungan amarah Pangeran.'
Pangeran Chu baru saja mengangkat langkah hendak pergi, tapi kata-kata tajam tiba-tiba menusuk telinganya dari dua pria yang duduk di kedai makan pinggir jalan.
"Dengar-dengar Putri Changle sedang patah hati, katanya dia akan menjadi biarawati," bisik pria berbalut pakaian putih sambil menyeringai penuh kemenangan, seolah menikmati penderitaan orang lain.
Temannya menatapnya dengan mata penuh rasa penasaran dan getir, "Benarkah? Kenapa sampai seperti itu?"
Pangeran Chu mengerjap, rahangnya tiba-tiba menegang seolah menahan badai yang siap meledak dari dalam dirinya.
Donghai menatap tajam ke arah Pangeran Chu, membaca gelombang kemarahan yang belum reda sejak insiden di Kedai Makan Fufan.
Namun, orang-orang di sekelilingnya malah semakin mengasah amarah sang pangeran dengan bisik-bisik murahan mereka.
‘Sepertinya mereka sudah bosan hidup, ya?’ pikir Donghai, matanya membara menatap kerumunan yang asyik dengan gosip kotor itu.
"Tentu saja itu benar." Pria yang pertama bicara melanjutkan dengan nada penuh cela, "Tapi siapa yang salah? Putri itu sendiri, terlalu tak tahu malu. Terobsesi habis-habisan dengan Tuan Muda Xie."
Tanpa mereka sadari, orang yang menjadi pusat fitnah itu duduk tak jauh dari mereka. Duduk tenang, menikmati semangkuk mie hangat bersama pelayannya, Xiao Lan.
"Putri, aku pikir semua kebencian dan gosip ini berasal dari Changyuan. Kata-kata mereka itu kotor dan busuk ...!" Xiao Lan meluapkan kemarahannya, matanya menyala penuh amarah saat mendengar desas-desus itu berhembus liar.
Namun, yang membuat darahnya mendidih bukan hanya fitnah itu, melainkan sikap Song Zhiwan yang tetap tenang, bahkan santai menyantap hidangannya seperti semua ini hanyalah sandiwara murahan.
“Aku tidak bisa diam saja! Aku akan menghancurkan mereka semua!” serunya sambil menghentakkan tinju ke meja dengan suara menggema yang membuat semua orang terdiam.
Dengan cepat, Xiao Lan berdiri dan bersiap menerjang kedua pria biadab itu yang tengah mencemarkan nama Song Zhiwan.
Hanya saja, tangan dingin dan lembut Song Zhiwan menyambar pergelangan tangannya.
Song Zhiwan menahan kemarahan Xiao Lan dengan menggeleng lembut, tapi ekpresinya tegas.
"Putri ...." Wajah Xiao Lan berubah cemberut, matanya berkilat dan dengan enggan melawan kekuatan ketenangan di hadapannya.
"Aku belum puas mendengarkan drama ini." Suara Song Zhiwan terdengar tenang, hampir seperti angin sepoi yang menenangkan badai.
Song Zhiwan menarik Xiao Lan kembali ke kursi, senyum tipis menghiasi bibirnya—sebuah senyum yang menyembunyikan badai besar.
Di detik yang sama, suasana hening pecah dengan dentuman keras!
Pangeran Chu yang dikenal kejam dan berbahaya tiba-tiba menarik keluar sarung pisaunya, lalu menancapkan bilah tajam itu ke meja tepat di depan para pria yang tengah mencerca Song Zhiwan.
Suara besi yang menghunjam meja menusuk udara, memaksa perhatian semua yang hadir.
Mereka yang tengah bersantap langsung mengangkat kepala, mata penuh ketakutan tertuju pada Pangeran Chu yang reputasinya seperti bayang-bayang gelap pembawa ancaman.
Keheningan berubah jadi ketegangan yang menusuk seolah di sana hanya ada satu hukum yang berlaku, takut atau hancur.
Pangeran Chu berdiri dengan wajah merah padam, suaranya membentak tajam, "Aku sudah memesan semua tempat ini, cepat pergi!" Seruannya menggema, membuat kerumunan langsung berhamburan.
Langkah mereka panik dan terburu-buru meninggalkan tempat itu, takut menghadapi amarah si pangeran yang tak tersentuh hukum.
Di tengah kekacauan, Song Zhiwan hanya melemparkan pandangan dingin, mencoba menghindar dari keributan yang tiba-tiba.
Namun, matanya tertangkap oleh Pangeran Chu yang dengan santai melangkah mendekat, tanpa permisi langsung duduk di meja yang sama.
Tatapan Pangeran Chu tajam sekali, matanya seperti menembus Song Zhiwan. Suaranya dingin, hampir berbisik di telinga. "Mereka membicarakanmu. Kenapa kamu tidak melawan?"
Song Zhiwan mengangkat sudut bibirnya sedikit, mata yang mulai berembun menatap jauh seolah menanggung beban dunia. "Pangeran Chu ...." Suaranya serak dan pelan, penuh kepedihan yang dalam, "Sekarang seluruh ibu kota berbicara tentang aku ... apa aku harus memukul mereka semua?"
Pangeran Chu mencondongkan badan, jaraknya makin dekat, napasnya terasa hangat namun tatapannya tetap menusuk. Dia seakan ingin menggali kebenaran tersembunyi di balik kalimat Song Zhiwan. "Jadi ...," gumamnya pelan, tapi penuh kecurigaan. "Kamu meminta ayahmu datang ke Istana Chu untuk melamarku demi memanfaatkan aku?"
Song Zhiwan tetap tenang, tanpa menghindar dari pandangan Pangeran Chu. "Apakah Pangeran Chu berpikir aku menikahimu supaya bisa bergantung padamu, membalas Xie Zhan?"
Pangeran Chu menarik diri, kembali duduk dengan tegap, pandangannya tak lepas penuh pertanyaan. "Bukankah memang begitu?"
fighting.....semesta pasti akan membantu dan merestui mu....
usaha tak kan menghianati hasil.....🔥🔥🔥🔥🔥
semoga lancar lahirannya