Istriku Seorang Putri Dewa

Tidak adanya dukungan antara dua kerajaan milik pangeran Siddharta dan putri Titania, membuat keduanya memutuskan untuk meninggalkan kerajaan mereka masing-masing. Jauh dalam lubuk hati mereka, bahwa kekacauan yang mereka buat ini akan berdampak keseteruan antara dua kerajaan yang tidak akan mudah menerima begitu alasan cinta di atas segalanya.

Bagi kepentingan politik dalam setiap istana lebih mendominasi suara yang akan mereka raup atau tahta kerajaan akan berpindah kekuasaan dari setiap incaran kerabat dekat raja Jonas maupun raja Minerva.

"Ayah. Aku tidak mau menikah dengan pangeran Neva." Gumam putri Titania yang sudah terlihat sangat cantik hari ini karena sedang menunggu kedatangan kerajaan Minerva akan datang melamarnya secara resmi sesuai dengan adat mereka masing-masing.

Sementara pangeran Siddharta yang tidak ingin ikut rombongan Istana lebih memilih memusatkan pikirannya untuk bersemedi seakan sedang meminta alam memihaknya.

Sekuat apapun permintaan pangeran Siddharta pada alam, tetap saja alam sedang mengejek dirinya meremehkan pengorbanan pangeran Sidharta yang belum seberapa.

"Hei anak muda! Apakah kamu kira mudah mendapatkan putri Titania secepat itu? Dia bukan milik siapapun di dunia ini. Dia adalah milik istana langit yang akan membawanya pergi." Suara itu menggelegar di tengah hutan mengelilingi tempat pertapaan pangeran Sidharta yang tidak ingin terprovokasi sedikitpun.

"Wahai dewa yang agung! Kembalikan milik hamba yang engkau janjikan untuk kami bisa bersanding bersama." Permohonan tulus mengalir pangeran Siddharta untuk kekasihnya.

Pangeran Siddharta tidak akan beranjak dari tempat itu sampai ia sendiri harus mendapatkan petunjuk dari dewa untuk dirinya. Sementara di istana putri Titania sedang memikirkan mahar yang akan ia pinta pada pangeran Neva yang membuat keluarga istana itu terhenyak.

"Putri Titania. Kami datang ingin melamarmu sebagai ratu yang akan mendampingi yang mulia pangeran Neva. Adakah mahar yang engkau inginkan dalam pernikahanmu?"

"Apakah kalian sanggup memenuhi mahar yang aku minta?" seringai licik yang diperlihatkan putri Titania. membuat pangeran Neva meremang.

"Pintalah nak, semoga kami sanggup mengabulkan apa yang kamu inginkan." Sahut Raja Minerva.

Raja Jonas terlihat gelisah dengan apa yang akan dipinta putrinya diluar dugaan calon besannya ini.

"Ayolah putriku! jangan membuatku malu." Batin raja Jonas.

"Aku menginginkan putramu pangeran Neva memindahkan singgasana milik ayahku di kerajaanmu dalam satu kedipan mata. Apakah pangeran Neva sanggup?"

Suara gemuruh di istana itu menggema saat mengajukan protes pada raja Jonas yang membiarkan putrinya melakukan semuanya pada pangeran pertama kerajaan mereka itu.

"Pikirkan lagi apa yang akan Putri Titania pinta karena itu tidak mungkin dilakukan oleh putraku." Ucap raja Minerva menahan geram.

"Apa yang tidak mungkin? aku adalah satu-satunya pewaris dari keturunan raja Jonas yang akan menjadi penguasa di negeriku. Tentu saja singgasana ayahku di istana ini akan menjadi kosong sepeninggalnya nanti. Dan aku tidak mau bangsawan lain mengambil alih kedudukanku di sini sebagai ratu." Imbuh putri Titania penuh penekanan pada kalimatnya.

"Itu sama saja kamu sedang menolak pinangan kami putri Titania. Apakah tidak ada mahar yang terdengar logis yang kamu inginkan?"

"Tidak ada. Aku tidak akan merubah keputusanmu. Dan hanya ada satu cara agar aku bisa menjadi menantumu, raja Minerva."

"Apa itu?"

"Mintalah putramu pangeran Siddharta untuk memenuhi permintaan maharku. Jika dua sanggup aku akan menikahinya." Ucap putri Titania tegas.

"Itu tidak mungkin putri Titania karena pangeran kedua tidak boleh menikah dengan anda karena itu aturan hukumnya." Timpal salah satu menteri dari kerajaan Minerva.

"Aku tidak peduli. Kalau begitu lupakan pernikahan ini karena aku tidak akan meninggalkan kekosongan kekuasaan di istanaku ini." Ucapan putri Titania yang sedang memperlihatkan taringnya sebagai penguasa kerajaan miliknya.

"Kau pantas menjadi istriku Titania." Seringai penuh kemenangan terlihat dari wajah pangeran Siddharta yang baru bergabung dengan keluarganya.

Sementara pangeran Neva mengepalkan kedua tangannya menahan amarahnya karena raja Jonas tidak bisa melakukan untuk membatalkan permintaan bodoh putrinya. Sedangkan raja Minerva tahu betul bahwa putra keduanya sanggup melakukan permintaan putri Titania karena putranya itu memiliki darah murni yang bisa memerintahkan para peri untuk memindahkan singgasana milik raja Jonas ke istananya.

Suasana menjadi tegang saat ini. Semua orang sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing. Alam merestui apa yang dipinta oleh putri Titania. Sementara tatapan putri Titania beradu dengan pangeran Sidharta seakan sedang menyampaikan perasaan mereka jika mereka adalah jodoh.

Tatapan intimidasi yang dilayangkan pangeran Neva yang sudah mengetahui hubungan putri Titania dengan adik tirinya itu penuh dengan dendam yang sudah ia persiapkan jika ia tidak bisa mendapatkan putri Titania yang sudah lama ia Incar.

"Maafkan aku Raja Jonas. Sepertinya aku tidak bisa meneruskan hubungan kita sebagai besan karena aku tidak mungkin membiarkan putra keduaku memimpin kerajaanku karena itu melanggar peraturan yang sudah ditetapkan secara turun temurun dari pihak istana dan saya rasa anda paham akan hal itu." Ucap tuan Minerva.

"Tidak ayah. Aku ingin menikahi putri Titania tanpa mahar gila itu. Kita akan menjadikan istana kita sebagai maharnya." Ucap pangeran Neva.

"Tunggu sebentar!" ucap penasehat kerajaan dari pihak Jonas.

"Saya rasa tantangan yang diberikan oleh putri Titania pada putra kedua raja Minerva terdengar menarik. Aku hanya ingin membuktikan apakah pangeran Siddharta mampu melakukannya agar ini tidak menjadi akal-akalan tuan putri untuk menolak pernikahan ini."

Semua orang saling memandang. Tanpa ingin membuktikan apapun yang diminta oleh putri Titania, raja Minerva yakin putra keduanya itu mampu melakukannya. "Tidak! Aku tidak akan membiarkan putraku keduaku mengusai kerajaanku." Ucap raja Minerva.

"Kalau begitu, biarkan pangeran Siddharta menjadi suaminya putriku tanpa harus mengusai kerajaanmu karena aku yang akan menjadikan pangeran Siddharta sebagai raja di istanaku yang akan menempati tahta kerajaanku, tapi dengan satu syarat, dia harus bisa memindahkan singgasana ku ke kerajaanmu dan mengembalikannya lagi dalam hitungan dua kedipan mata." Ucap raja Jonas mengejutkan semua orang.

Sungguh suatu kebanggaan tersendiri bagi pangeran Siddharta yang mudah melakukannya dengan mengelabui mata para tamu yang ada di hadapan mereka saat ini tanpa harus memindahkannya.

Raja Minerva akhirnya bersedia menerima tantangan itu. Tapi tidak dengan pangeran Neva yang tidak merelakan adiknya mengambil miliknya.

"Silahkan pangeran Siddharta! Buktikan kemampuanmu jika kamu menginginkan Putriku yang sangat berharga ini." Titah raja Jonas.

Putri Titania tersenyum pada pangeran Siddharta. Akhirnya ia mampu menyingkirkan pangeran Neva yang terlalu berambisi ingin memilikinya.

"Aku tidak sudi menikah denganmu wahai pangeran Neva sialan!" umpat putri Titania sambil tersenyum mengejek pangeran Neva.

"Aku akan menghancurkanmu putri Titania sebelum adikku itu mengambilmu dariku." Batin pangeran Neva.