Dijual di Pasar Pengantin mengantarkan pertemuan antara seorang gadis bernama Rachel Olivia dengan seorang pemuda tampan bernama Jasper Allen. Di Pasar itulah, Jasper membeli Rachel yang dijual oleh kedua orang tuanya. Jasper membeli gadis itu karena merasa iba akan tangisannya.
Pernikahan memerangkap mereka, sehingga satu tahun kemudian sebuah rahasia yang disembunyikan oleh Rachel terkuak.
"Mari kita bercerai!" Ucap Jasper kepada wanita yang sudah satu tahun ini ia nikahi.
"Bercerai?" Rachel memperjelas.
Cover : By Pinterest, edit by me.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zinnia Azalea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Taman Kampus
Waktu sudah menunjukan pukul sembilan pagi. Rachel masih tertidur dengan selimut hangat yang menempel di tubuhnya. Ia cukup kelelahan setelah semalaman harus merapikan barang-barang di kamar miliknya. Ya, Rachel dan Jasper memang tidak tidur dalam kamar yang sama.
"Aku harap ini semua hanya mimpi," gumam Rachel dengan mata yang terpejam.
Alarm ponselnya berbunyi yang memberitahukan bahwa akan ada perkuliahan di jam 9.30 ini. Rachel membuka matanya, ia menatap langit-langit kamar barunya.
"Ternyata bukan mimpi," Rachel berkata dengan kesal.
"Ponselku!" Gumamnya dengan mata yang masih mengerjap-ngerjap.
Tangannya menggapai ponsel yang tergeletak di atas nakas samping tempat tidurnya.
"Jam berapa sekarang?" Tanyanya entah pada siapa.
"Jam 9 lebih 10 menit?" Rachet berteriak. Perkuliahannya akan dimulai 20 menit lagi.
Rachel langsung membangunkan dirinya, ia berlari ke arah kamar mandi.
"Tidak perlu mandi!" Rachel membasuh wajah, lalu menggosok giginya dengan cepat.
Rachel mengambil baju asal dan segera memakainya. Rachel langsung berlari ke luar kamar.
"Mana pintu keluarnya?" Rachel berkata kepada dirinya sendiri dengan kebingungan. Pasalnya rumah barunya ini memang cukup besar.
"Oh itu dia," Rachel berlari ke arah pintu keluar. Ia melihat suaminya akan masuk ke dalam mobil.
"Jasper, kebetulan sekali!" Rachel berkata dengan terengah-engah.
"Ada apa?" Jasper memperlihatkan wajahnya yang masam.
"Aku ikut kau ya? Aku kesiangan."
"Ikut aku? Kita ke kampus bersama maksudmu?" Jasper tidak terima.
"Iya. Kumohon!" Rachel mengatupkan kedua telapak tangannya.
"Kau gila? Bagaimana jika ada yang melihat kita bersama?" Jasper menolak.
"Aku bisa turun sebelum kampus. Ya?" Rachel masih memohon.
"Aku tidak mau. Aku tidak ingin berdekatan denganmu. Aku tidak ingin seorang pun ada yang tahu bahwa kita ada hubungan. Lagi pula, kau sudah melakukan kesalahan hari ini. Kau tidak menyediakan sarapan untukku!" Jasper masuk ke dalam mobilnya.
"Jasper aku bangun terlambat. Kau tahu kan semalam aku harus membereskan barang-barangku!" Rachel berlari dan mengetuk kaca pengemudi.
"Tidak!"
"Jasper, kali ini saja!" Rachel masih tak gentar memohon kepada pemuda dingin itu.
"Bye!" Jasper melajukan mobilnya meninggalkan Rachel.
"Sial*!!" Umpat Rachel. Ia pun memutuskan untuk berlari ke arah kampus.
"Tidak ada bus yang lewat!" Rachel terus berlari sembari melihat ke arah belakang.
"Kau butuh tumpangan?" Seseorang menghentikan mobilnya tepat di samping gadis berambut blonde itu.
*****
Alan Addison sudah tahu bahwa keluarga Jasper lah yang membuka semua skandal kedua orang tuanya. Kini, perceraian kedua orang tuanya sudah di depan mata. Ayah Alan secara terang-terangan tidak bisa meninggalkan selingkuhannya. Itulah yang membuat ibunya depresi, ditambah dengan kasus hukum tabrak lari yang menjerat ibu Alan.
"Kepalaku sungguh sangat pusing!" Alan memijat keningnya sendiri. Setiap hari ia harus melihat kedua orang tuanya bertengkar. Kini ia berada di taman kampus bersama kekasihnya Aurora.
"Akhir-akhir ini kau terus saja marah-marah," keluh Aurora.
"Kau masih bisa berkata seperti itu di depanku? Ini semua gara-gara keluarga Allen sial*n itu!" Umpat Alan.
"Mengapa kau jadi menyalahkan keluarga Allen? Bukankah kedua orang tuamu yang memang bermasalah?" Aurora merasa bingung.
"Semua tidak akan terjadi jika orang tua temanmu kepar*t itu tidak membukanya ke publik!!!" Teriak Alan penuh dengan emosi. Hal itu membuat Aurora sangat tidak nyaman.
"Kau membelanya, hah?" Teriaknya lagi pada Aurora.
"Baru saja berpacaran dia sudah membentakku!"
"Aku tidak membelanya, Alan. Tapi bukankah memang benar jika kedua orang tuamu yang bermasalah? Harusnya salahkan kedua orang tuamu."
Alan menatap tajam Aurora. Ia mengapit pipi mulus kekasihnya dengan kasar.
"Jika ku dengar kau membela lagi keluarga Allen, habislah kau!" Ancamnya pada Aurora yang membuat gadis itu langsung bergidik ngeri.
Aurora diam terpaku ditempatnya berpijak. Ia begitu takut akan kemarahan Alan yang baru saja dilihatnya.
"Jangan kasar dengan wanita!" Seseorang menyingkirkan tangan Alan dari pipi Aurora.
"Jasper?" Lirih Aurora melihat sahabat kecilnya yang membela dirinya.
"Kebetulan sekali kau datang J!" Alan mendesis.
"Jangan kasar terhadap Aurora!" Jasper menatap nyalang Alan.
"Kasar? Dia kekasihku, dia milikku. Jadi itu terserah padaku untuk memperlakukannya seperti apa," Alan tampak memancing Jasper.
"Aurora, seperti inikah kelakuan kekasihmu? Baru berpacaran dengannya saja dia seperti ini, apalagi sudah menikah kelak," Jasper menoleh ke arah gadis yang masih di cintainya itu.
"Urus saja kedua orang tuamu sial*n itu!" Hardik Alan.
"Jangan mengatakan umpatan kepada kedua orang tuaku!!!!" Jasper berteriak. Ia langsung melayangkan bogem mentah di wajah Alan hingga membuat pemuda itu tersungkur.
"Kau pikir aku takut padamu?" Alan bangkit dan hendak membalas serangan Jasper. Namun sia-sia, Jasper mampu menangkis setiap serangan darinya. Orang-orang pun tampak mengerumuni mereka. Kedua pemuda itu terus melakukan baku hantam di area kampus.
"Hentikan! Kalian ingin dosen ada yang melihat?" Aurora melerai. Beberapa orang pun tampak membantu Aurora melerai perkelahian itu.
"Hentikan!!" Rachel menarik tangan Jasper untuk melerai. Sementara Aurora menarik tangan Alan.
"Lepaskan!!!" Jasper hendak menyingkirkan tangan Rachel. Rachel langsung memeluk suaminya dari belakang.
"Aku mohon hentikan!" Pinta Rachel.
Aurora melihat kejadian itu. Entah mengapa, ia sangat tidak nyaman melihat Rachel memeluk Jasper seperti itu. Aurora pun segera tersadar dan menarik Alan menjauh.
"Lepaskan aku!!" Dengan kasar Jasper melepaskan tangan Rachel di pinggangnya. Ia langsung meninggalkan taman kampus dan melangkahkan kakinya entah ke mana. Rachel pun berlari mengikuti langkah suaminya yang besar-besar.
"Kau tidak apa-apa?" Rachel bertanya dengan cemas. Ia terus mengejar langkah suaminya.
Jasper tak menjawab. Ia terus saja berjalan tanpa menghiraukan keberadaan Rachel.
"Hey, kau tidak apa-apa kan? Apa ada yang luka?" Rachel menghadang jalan pria jangkung itu.
"Jangan ikut campur segala urusanku!!" Jasper menatap tidak suka istrinya itu.
"Aku hanya takut kau terluka, tidak lebih."
"Jangan hanya gara-gara kau sudah menikah denganku, kau jadi ingin ikut campur urusanku!"
"Aku tidak bermaksud ikut campur, aku-"
"Aku bahkan tidak pernah menganggapmu sebagai istriku. Aku tidak sudi mempunyai istri sepertimu."
"Tuan Jasper, siapa yang sudi dianggap istri olehmu?" Rachel merasa kesal.
"Jangankan istri, menganggapmu sebagai asisten rumah tangga ku pun, aku tidak sudi. Sadarlah dengan kedudukanmu wahai wanita mantan pekerja klub!" Jasper menunjuk kening Rachel dengan jarinya.
"Kau kira aku sudi menganggapmu sebagai suamiku?" Rachel menyingkirkan telunjuk Jasper dari keningnya dengan kasar.
"Aku bertanya kau terluka atau tidak karena aku khawatir terhadap kedua orang tuamu. Mereka adalah orang-orang baik. Aku tidak ingin membuat mereka bersedih. Dan satu lagi, aku juga tidak pernah menganggapmu sebagai suamiku. Aku bahkan tidak menganggapmu ada di hidupku," Rachel tersenyum sinis. Ia pun segera meninggalkan Jasper yang dongkol mendengar kata-kata pedas darinya.
*poin bagus dalam novel ini adalah membuat aurora sadar dan melepas jasper untuk bahagia dengan Rachel dan dia mencari kebahagiaan nya sendiri novel ini termasuk berani beda dengan novel lain yang sangat melaknat pelakor dan dibuat jadi wanita hina dan dibinasakan
*poin negatif di novel ini author masih membawa keegoisan wanita yang selalu membenarkan semua kelakuan pemeran utama wanita (Rachel) dan semua perbuatan laknat Rachel dibenarkan
* istri tapi berhubungan mesra dengan pria lain
* istri yang memberi harapan pada pria lain
* istri yang tidak menghargai kehormatan dirinya dan suami dan bahkan mertuanya yang sangat menerimanya kehadirannya
* istri yang gampang berduaan, ngomong mesra dan kontak fisik dengan pria lain
* wanita yang tidak pandai bersyukur ditoolong, derajjatnya diangkat, diterima baik di keluarga mertuanya tapi dia berkhianat masih mencari dan berhubungan dengan pria lain
yang jadi masalah adalah novel ini, Rachel, author, tidak menganggap salah kelakuan Rachel, malah seolah membenarkannya, tidak pernah rasa merasa bersalah, tidak pernah Rachel menyesal dengan apa yang dia lakukan dengan Han, tidak pernah Rachel minta maaf pada suaminya, tidak pernah Rachel berjuang untuk suami dan rumah tangganya
Saya suka !
positif
*sebagai karya novel udah sangat bagus
*moment harunya dapat
*segi penulisan sangat baik dan mudah dipahami
*alur cerita dan cerita kreatif
*(ini penting) novel adil memperlakukan PELAKOR dan PEBINOR (Hans dan aurora) (beda dengan novel lain yang memuja PEBINOR tapi melaknat PELAKOR, tidak adil)
negatif
*novel ini masih bawa keegoisan wanita, novel masih membenarkan semua kesalahan pemeran utama wanita dan selalu memandang salah pada pemeran utama pria
*jasper melakukan banyak kesalahan pada Rachel (semua udah pasti tau) , dan dia dibuat menyesal, minta maaf, mengejar maaf, dan berjuang dapat kesempatan, dan dibuat sedikit menderita (kan adil kalau begini
*(ini yang jadi masalah) Rachel tidak lebih baik dari pada jasper dan ini daftar kesalahan Rachel, kebohongan, cara licik, gampang dekat denga pria lain, dia juga sama tidak menghargai perasaan suami dengan dekat dengan pria lain, Rachel todak bersukur punya mertua yang baik menerimanya dengan tulus tapi dia malah gampang pergi jalan dan berkencan dengan pria lain, seorang istri curhat berduaan dengan pria lain, mengumbar aib suami pada lelaki lain, begitu banyak kesalahan Rachel tapi dia tidak merasa bersalah sama sekali dan tidak pernah minta maaf pada suaminya (tapi pada pria lain dia gampang minta maaf) dan yang jadi masalah paling utama dan sangat ironis adalah karena novel ini malah dan juga membenarkan semua kesalahan rachel