FORGET IT

Terimakasih kakak yang sudah membaca karya pertamaku, jika suka tinggalkan jejakmu berupa like, komen, rate bintang lima, juga jadikan favorit ya, biar tidak ketinggalan kalau sudah up kelanjutan cerita nya. Author sangat berterimakasih telah di beri hadiah setangkai mawar, apalagi secangkir kopi dan vote. Karena itu sangat berarti untuk author receh dan bengek ini. Semoga kakak semua sehat, bahagia selalu dan lancar rezeki nya. Aamiin.

Selamat membaca..

🍁🍁🍁

Loh, jadi kamu mau di jodohkan sama orang tua kamu, cel?." tanya aliyah seraya membelalakan mata. "Zaman mbah goggle gini masih aja main di jodohkan." guman aliyah sambil mengelengkan kepala tak mengerti.

"Mustahal bin mustajab."

"Iya, masih." jawab Excel datar.

"Seriuss? kamu mau di jodohkan? kamu hanya becanda kah?" sergah aliyah seraya mencondongkan tubuh nya ke depan, merasa tertarik.

Excel menyeringai melihat aliyah yang tampak tak percaya dengan ucapan nya.

"Aneh ya?."

"Well.. unik aja. Cogan kayak kamu masih aja di jodohkan. Apa kata emak- emak kompleks."

"Dan aku juga belum tau wajah nya, cuma lewat cerita orang tua ku aja."

Aliyah terbengong, mendengar penjelasan Excel.

"Waw.. Itu terdengar sangat menarik." guman aliyah akhirnya. "Perjodohan lewat kabar angin hanya bayangan?."

"Begitu lah, maka dari itu. Aku minta bantuan sama kamu, buat jadi pacar bohongan aku. Biar orang tuaku membatalkan perjodohan itu." jelas Excel panjang lebar.

Aliyah manggut-manggut mendengar penjelasan Excel.

"Tapi, kenapa pilihan kamu jatuh ke aku. Kan masih banyak temen cewek kamu? mengapa tidak kamu cari saja, salah satu dari mereka langsung? atau dengan sahabat ku aja?." tolak aliyah sekaligus memberikan usulan. Karena aliyah masih tak mengerti mengapa Excel lebih memilih dia untuk jadi pacar bohongan nya.

"Iya, karena menurut ku. Kamu partner yang asik dan klik buat berbicara tentang perjodohan ini, beda dengan yang lain. Maka nya aku minta tolong ke kamu." terang Excel lagi.

"Tapi, ma'af aku tetap tak bisa bantu kamu, walaupun itu hanya bohongan. Karena menurut aku, tetap aja itu selingkuh nama nya. Dan aku tak mau itu. Karena aku telah memiliki kekasih." ucap aliyah lugas dan kekeh.

"Aku janji, ini hanya bohongan!." cetus Excel mantap. "Jadi bagaimana, menurut mu? Aliyah?."

"Dan jawaban nya tetap aja, aku tak bisa bantu kamu untuk itu." jawab aliyah tetap pada, pendirian.

"Please, bantu aku aliyah." pinta Excel.

"Ma'afin aku, Excel. Menurut ku lebih baik kamu cari yang lain saja. Karena aku tak mau menghianati cinta tulus bee na aku."

Excel memejamkan matanya sejenak. "Harus dengan cara apalagi, aliyah. Agar aku bisa memiliki hatimu."

***

Semilir angin malam berhembus sepoi-sepoi. Seorang gadis manis, berkulit kuning langsap dalam balutan mantel coklat tua dengan aksen bulu di kedua ujung lengan nya. Membuat gadis itu tampak lebih manis dan kalem.

Gadis itu, kini duduk terdiam dan hanya menatap kosong ke arah tengah taman kota, sambil sesekali melihat ke arah langit yang bertebaran bintang dan cahaya bulan yang meramaikan. Lampu jalanan malam ini benar-benar membuat sosok gadis itu menjadi seolah menceritakan ketenangan atau kesepian.

Sesekali Aliyah menepuk dadanya pelan yang tiba-tiba terasa sesak menghampiri. Ia menghirup oksigen banyak-banyak, lalu menghempaskan dengan kasar.

"Hufffttt"

Perasaan yang di landa gunda gulana. Selama beberapa bulan ini, hati dan pikiran nya selalu di penuhi oleh lelaki yang telah berhasil memiliki hati nya. Walau terbentang jarak yang memisahkan sementara waktu, menanggung rindu yang kian hari kian membuncah, ingin segera bertemu sang pemilik hati.

Waktu menunjukkan pukul 22.00 wib. Tak terasa hampir satu jam aliyah duduk di bangku taman kota sendirian. Ia melirik sekilas jam di pergelangan tangan kanan nya, waktu nya untuk pulang. Aliyah menghembuskan nafas berat dan kemudian berbalik melangkah pergi.

"Masih tersimpan rapi kah rasa rindu di hatimu, hanya untuk ku seorang yang selalu setia menanti tuk bersama melepaskan nya, di saat pertemuan itu tiba"

Aliyah berjalan kembali menyusuri sepanjang jalan pinggiran taman kota. Menikmati bunga-bunga yang berjatuhan dan menikmati setiap canda tawa sang kekasih, yang selalu bisa membuat gadis itu tersenyum cerah. Namun, yang terlintas saat ini di benak nya adalah meminta kehadiran kekasih hati nya yang telah membuat rindu nya kian membuncah. Dia adalah Denis, sang pemilik hati nya yang bertahta.

***

Di tempat lain waktu yang sama.

Denis POV

Namaku Denis Anggara Putra.

Kini, aku hidup di perantauan dan sebagai anak rantau. Aku harus tetap berjuang sendiri, tidak mudah memang menjalani kehidupan yang jauh dari keluarga besar. Usia ku kini memasuki angka 27 tahun. Di saat lelaki seusai ku banyak yang telah menikah, aku bahkan masih asik dengan kata bujang. Tapi, bukan bujang yang tak mempunyai kekasih hati. Melainkan aku masih ingin menikmati kata bujang itu. Karena, jika kita melangkah kan kaki tuh ke jenjang yang lebih serius dalam sebuah ikatan pernikahan, maka akan ada perubahan yang sangat besar dalam hidup kita. Tak perlu aku jelaskan perubahan nya, karena aku sendiri belum pernah mengalami nya.

Aku tidak bisa berharap banyak. Ku serahkan hanya pada Allah. Jika memang dia jodoh ku, jalan ini pasti di mudahkan, karena masalah jodoh memang sudah menjadi rahasia ilahi. Malaikat telah menuliskan semua nya dari rezeki, ajal, amal shodaqoh, perbuatan baik buruk atau kebahagiaan dan semua itu telah di tentukan oleh Allah SWT. Jadi jodoh juga termasuk rezeki seseorang. Kita tidak perlu terlalu ribet memikirkan tentang takdir itu. Tapi, sebagai hamba nya kita hanya perlu berusaha, berikhtiar dan niat baik. Dan sebagai pamungkas yang berhak menentukan hanya Allah SWT.

Aku tidak pemilih dalam memilih jodoh. Namun, aku hanya ingin lebih selektif aja.

Sekuat apa pun lelaki akan menjadi lemah jika terkena cinta, mematikan ego dan logika. Hanya beberapa jam saja tak mendengar canda tawa nya, tak melihat senyum di bibir nya akan meruntuhkan pertahanan ku yang semakin tipis kekebalan nya.

Semua pikiran hanya tertuju pada dia. Sedang apa? Lagi di mana? Dengan siapa? Hanya kata-kata itu yang selalu terbesit di pikiran, jika sehari tak mendapatkan kabar tentang dia.

Denis memejamkan matanya, merasakan rasa rindu yang kian membelenggu. Perasaan yang ingin selalu bersama gadis nya, memeluk nya dalam dekap penuh kasih sayang. Waktu seakan berjalan lambat, rasa ini membunuhku.

"Apakah aku layak mendapatkan cinta mu? Apakah aku pantas bersanding dengan mu?" Denis menarik nafas panjang.

Jika takdir tidak menyatukan kita, jika takdir enggan berpihak padaku. Mungkin kah hati ini akan baik-baik saja?.

Cinta bukan hanya tentang keindahan dan kebahagiaan. Tapi, cinta juga bisa mendatangkan kegelisahan dan kepedihan hati yang tersayat, meninggalkan goresan luka yang tak mudah di sembuhkan.

Mawar ini cantik. Tapi, tak secantik dirimu. Tiada keindahan tanpa hadirmu sayang. Diriku yang selalu merindukan mu.

🍁🍁🍁

bersambung...