Olivia Wijaya, anak kedua Adam Wijaya Utama pemilik perusahaan Garda Utama, karena kesalahpahaman dengan sang Ayah, membuat dirinya harus meninggalkan rumah dan kemewahan yang ia miliki.
Ia harus tetap melanjutkan hidup dengan bekerja di Perusahaan yang Kevin Sanjaya pimpin sebagai bos nya.
Bagaiman selanjutnya kisah Oliv dan Kevin.. ??
Hanya di Novel " My Perfect Boss "
Follow Me :
IG : author.ayuni
TT : author.ayuni
🌹🌹🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Pagi ini Oliv bekerja seperti biasa, ia masih menjadi seorang office girl di Sanjaya Group.
Setelah kejadian tempo hari di ruang presdir ia berusaha untuk selalu menghindar dari Kevin, bukan tanpa alasan ia merasa Kevin benar-benar sudah menginjak-injak harga diri keluarganya.
Apalagi setelah mendengar jika Sanjaya Grup mengambil alih anak perusahaan keluarganya.
" Aku gak pernah berpikir kamu sejahat ini Kak, aku kira masalah kita udah selesai dulu, kalo kamu dendam sama aku, gak perlu kamu bawa-bawa keluarga aku, lagipula kamu kan sudah memiliki tunangan, aku menjauhi mu bukan keinginanku, tapi keinginan Mama mu! " gumam Olivia yang berada di pantry, sedikit meneteskan air matanya.
" Yah.. Gak apa-apa aku disini, yang terpenting saham perusahaan kita kembali ke Ayah " gumam Olivia lagi.
Ia ingin menebus kesalahannya, karena pemberitaan dirinya keluar dari klub malam, membuat keadaan perusahaan Keluarga nya sedikit terancam. Walaupun sebenarnya ia keluar dari klub bukan untuk mabuk dan bersenang-senang, ia hanya menghadiri undangan ulang tahun teman kuliahnya.
Tidak lama ia menyeka kasar wajahnya ia khawatir ada orang atau karyawan yang masuk ke pantry dan melihat dirinya menangis, disaat yang bersamaan alarm pantry menyala, ia segera melihat pesan masuk, ternyata ia diminta untuk merapikan meja ruang rapat yang berada satu lantai dengan ruangan Kevin.
Olivia menarik napas dalam lalu membuangnya perlahan, ia bergegas berjalan keluar pantry.
Saat Olivia sudah berada di lobby, terlihat beberapa karyawan yang berlalu-lalang dan saling berbisik satu sama lain mengenai keberhasilan Sanjaya Group mengakuisisi anak perusahaan Garda Utama.
Olivia melangkah cepat menuju lift, ia berusaha untuk tidak mendengar bisik-bisik itu.
Di dalam lift ia masih berpikir, apakah Kevin benar akan mengembalikan saham anak perusahaan orangtuanya atau hanya ucapan saja yang tanpa bukti agar dirinya tetap bertahan di Sanjaya Group.
Ting
Pintu lift terbuka, Olivia keluar lift dengan alat tempur yang ia bawa, ia melihat sangat ramai di lantai 9, ternyata ada banyak beberapa media yang meliput keberhasilan Sanjaya Group.
Olivia secepat kilat berjalan menuju ruang rapat untuk merapikannya. Namun jiwa ingin tahu Olivia tidak dapat di bendung, samar-samar ia mendengar pertanyaan demi pertanyaan yang di lontarkan awak media kepada Kevin dan ada Liana juga disana.
" Jadi, Ibu Liana ini benar tunangan Anda Pak Kev ? "
Jag
Oliv membulatkan matanya.
" Ya Tuhan.. Jadi tunangan Kak Kevin itu, Bu Liana ? " Olivia sedikit mengintip dari balik pintu, ia masih menunggu jawaban Kevin.
" Oke cukup ya.. Saya masih ada kegiatan lain, terima kasih "
Kevin terlihat mengakhiri pertanyaan dari awak media.
Tidak dapat dipungkiri, dada nya sedikit bergemuruh saat mengetahui jika Liana adalah tunangan Kevin selama ini. Ucapan Orangtua Kevin kembali terngiang di telinga Olivia.
" Nak Oliv, lebih baik kamu jangan terlalu berharap sama Kevin ya, Kevin sudah kami jodohkan, dengan anak rekan bisnis Papa nya Kevin, lagi pula kamu masih sekolah, masih jauh jika Kevin harus menunggu kamu "
" Masih jauh kalo harus nunggu aku? tapi kenapa sampe sekarang mereka belum nikah juga? " gumam Olivia terlihat raut wajah nya menjadi kesal.
Ia kembali dengan aktifitasnya merapikan ruang rapat, setelah selesai ia membawa sampah dan gelas ke pantry untuk di cuci.
***
Ruang Presiden Direktur Sanjaya Group
Kevin sedang duduk di kursi kebesarannya.
Di atas meja, surat pengembalian saham anak perusahaan Garda Utama masih tergeletak, selembar kertas yang seharusnya membawa kedamaian, tapi justru menjadi sumber kegelisahan terbesar dalam hidupnya.
Kevin baru saja selesai bicara dengan ayahnya, tadi Ayah nya menghubungi, bukan hanya ancaman, tapi peringatan keras bahwa ayahnya tidak akan mengizinkan pengembalian saham Garda Utama apa pun alasannya.
Kevin menunduk, menggenggam rambutnya sendiri, ia frustasi.
Ia ingin menepati janjinya kepada Olivia, janji yang ia ucapkan bukan hanya dengan kata, tapi dengan hatinya.
Namun sepertinya langkah itu akan sedikit sulit.
Pintu ruangannya diketuk.
Tanpa menunggu izin, Rey masuk kedalam ruangan, menghampiri Kevin.
" Bisa tolong panggilkan Oliv, Rey " ucap Kevin.
" Baik Pak "
Sekarang, Rey sedikit banyak sudah tahu, siapa Olivia dan mengapa sikap Kevin kepada Olivia berbeda tidak seperti karyawan lain.
Tidak perlu menunggu lama, Olivia masuk keruangan Kevin dengan wajah tegang.
“ Ada apa Bapak memanggil saya? " suaranya dingin, namun masih ada kesan lembut.
Kevin berdiri cepat, ia sudah tidak peduli dengan panggilan Olivia kepadanya “ Kita harus bicara, Liv "
“ Saya akan bicara jika bapak sudah benar-benar mengembalikan saham Garda Utama "
Kevin menghela nafas dalam, ia bangkit dari duduknya menghampiri Olivia, Olivia memundurkan tubuhnya satu langkah.
Lalu matanya tertuju pada berkas yang ada di meja kerja Kevin.
" Berkas itu .... " ucapannya terhenti.
Kevin menatap berkas itu, lalu memejamkan mata.
“ Aku belum menandatangani pengembaliannya. Bukan karena aku tidak mau, tapi.. "
“ Tapi apa ? ” sergah Olivia.
“ Karena Bu Liana? Saya sudah tahu semua, saya mendengar semua wawancara Bapak dan Bu Liana, jadi memang ini sebuah prestasi besar bagi Sanjaya Grup melalui tangan tunangan bapak, bukan begitu? "
" Oliv.. Stop ! " Kevin menghentikan ucapan Olivia.
Kevin melangkah mendekat, suaranya meninggi tanpa sadar.
“Jangan bilang aku tidak peduli, Oliv! Aku berjuang untuk ini! Dan perlu kamu tahu, ini bukan keinginanku! Kamu pikir mudah melawan Papa ku!? “
Jag
Sorot mata Olivia semakin tajam, netra mereka bertemu.
" Jadi semua ini keinginan orang tua mu, untuk sedikit demi sedikit menghancurkan usaha keluargaku yang dimulai dari nol " ucap Olivia dengan mata berkaca hampir meneteskan air mata.
Kevin terdiam.
Dan keheningan itu sudah cukup sebagai jawaban.
Olivia tersenyum getir .
" Baik, karena Bapak tidak dapat menepati janji Bapak, saya putuskan sekarang untuk mengundurkan diri dari perusahaan ini, terima kasih atas kesempatan yang sudah di berikan, saya permisi " ucap Olivia dengan wajah yang memerah menahan tangis.
Pintu menutup dengan bunyi klik yang lembut, tapi bagi Kevin itu terdengar seperti gemuruh dari dunia yang runtuh.
Ia menatap berkas di mejanya.
Tangannya bergetar, pena di genggamannya menari di udara namun tak pernah menyentuh tanda tangan yang ditunggu Olivia.
“ Maafkan aku, Liv…” bisiknya, hampir tak terdengar.
" Aarrgggghhhhhhh " Kevin meninju angin, ia terlihat benar-benar frustasi kali ini.
🌹🌹🌹
Jangan lupa untuk dukung author dengan vote, like dan komennya ya ❤️
Jika Oliv berani keluar dr zona nyaman, kenapa kamu tidak??