Bima Satriya mati konyol, tapi terbangun di tubuh Dante Romano, bos mafia paling kejam di Sisilia. Saat semua orang menunggu perintah pembantaian darinya, sebuah suara asing bergema:
“Misi pertamamu: Jadilah orang baik, atau mati selamanya.”
Bisakah jiwa polos Bima mengubah dunia penuh darah menjadi jalan penebusan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertahanan 72 jam
Perang. Lampu sorot menyapu ke segala arah, menyorot kapal-kapal kecil yang mendekat dengan kecepatan tinggi. Suara mesin bercampur deru ombak, sementara dentuman senjata api mulai memecahkan langit malam.
Di menara kendali, Dante berdiri tegak dengan headset terpasang, memantau pergerakan musuh melalui layar radar. Marco di sampingnya sibuk berteriak memberi perintah ke pasukan, sementara Giovanni tetap tenang, memegang map laporan dan sesekali menyalakan rokok dengan wajah dingin.
“Boss, mereka datang dari tiga arah sekaligus!” Marco berseru. “Utara, barat, dan jalur belakang kanal!”
Bima mengerutkan kening. “Itu bukan taktik biasa. Vittorio sengaja menyebar serangan agar kita pecah konsentrasi.”
Sistem tiba-tiba berbunyi dengan nada riang yang tidak sesuai situasi.
> [Misi Utama: Pertahankan Pelabuhan Romano selama 72 jam]
[Sub-misi baru tersedia!]
Cegah kerusakan gudang senjata (Hadiah: +500 Poin Kebaikan).
Lindungi minimal 30 pekerja pelabuhan sipil (Hadiah: Skill “Karismatik Lv.1”).
Jangan biarkan Marco bertindak gegabah (Hadiah: +200 Poin Kesabaran).
Bima hampir tersedak. “Sistem… kenapa ada sub-misi khusus Marco?”
Sistem menjawab dengan datar.
> Karena probabilitas Marco bertindak bodoh: 87%.
“HEY! Aku bisa dengar itu!” Marco tiba-tiba menoleh dengan wajah merah. “Siapa yang kau sebut bodoh, hah?!”
Bima menepuk dahinya. Giovanni hanya terkekeh kecil sambil menghisap rokok.
---
Serangan Pertama
Kapal-kapal Vittorio mulai menembakkan roket rakitan ke arah dermaga. Ledakan membuat kontainer berjatuhan, api menyembur, dan pasukan Romano berlari menahan serangan.
“Marco! Arahkan pasukan ke sisi barat, jaga gudang senjata!” perintah Bima.
“Tapi Boss, kapal di utara lebih banyak!” Marco membantah.
“Percayakan utara pada Giovanni. Kau fokus ke barat. Itu perintah!” suara Dante tegas, tak bisa dibantah.
Marco mendengus, tapi akhirnya mengangguk dan memimpin pasukan.
Giovanni berjalan mendekat ke Bima. “Boss, aku mencium sesuatu yang janggal. Serangan ini terlalu… mencolok. Seolah-olah Vittorio ingin kita sibuk di sini, sementara ada rencana lain di balik layar.”
Bima menatap layar radar. Hatinya mengeras. “Kau benar. Vittorio tidak pernah bergerak tanpa rencana cadangan. Kita harus cari tahu apa yang dia sembunyikan.”
---
Jam Pertama
Pasukan Romano bertahan dengan gigih. Marco memimpin anak buah di dermaga barat, menangkis serangan roket dengan barikade baja dan tembakan balasan. Sementara itu, Giovanni berhasil mengatur pertahanan utara dengan strategi jebakan—menggunakan kontainer kosong yang diledakkan dari dalam untuk menghalangi laju kapal musuh.
Namun di kanal belakang, situasi kritis. Beberapa kapal musuh nyaris menembus garis pertahanan.
Bima langsung turun tangan. Ia mengambil senjata semi-otomatis, melompat ke jeep lapis baja, dan meluncur menuju kanal.
“Boss, apa kau gila?!” salah satu anak buah berteriak.
“Tidak. Aku hanya tidak suka melihat rumahku terbakar,” jawab Dante datar.
---
Duel di Kanal
Di kanal sempit, kapal musuh merapat, menurunkan belasan orang bersenjata. Bima berdiri di balik jeep, menembakkan peluru dengan akurasi luar biasa. Beberapa orang musuh tumbang seketika.
Namun salah satu pria besar dengan tato naga di leher maju, membawa senapan mesin berat.
“Dante Romano!” teriaknya. “Vittorio menitipkan salam kematian!”
Bima menunduk cepat, peluru memberondong jeepnya. Dalam hatinya ia bergumam, Kalau Dante lama mungkin sudah membabi buta. Tapi aku punya cara lain.
Ia menunggu jeda reload. Lalu dengan cepat, ia melempar granat asap, menutup pandangan musuh. Dalam kabut tebal, Bima bergerak cepat, mendekat, dan memukul leher pria bertato dengan gagang senjatanya. Pria itu roboh tanpa sempat menembak lagi.
Sistem berbunyi.
> [Sub-misi tercapai: Kanal berhasil dipertahankan]
[Hadiah: +400 Poin Kebaikan, Skill “Refleks Tempur Lv.1”]
Bima menghela napas lega. “Satu jam berlalu. Tinggal tujuh puluh satu jam lagi…”
---
Jam Kedua – Pengkhianatan Baru
Saat situasi mulai terkendali, Giovanni muncul membawa kabar mengejutkan.
“Boss,” katanya serius. “Aku menemukan sesuatu. Ada orang dalam kita yang memberi sinyal ke kapal Vittorio.”
Bima menegang. “Siapa?”
Giovanni menatap tajam ke arah menara kendali. “Sepertinya salah satu kepala regu pelabuhan. Aku belum tahu pasti, tapi kalau benar, ini bisa menjelaskan kenapa serangan mereka begitu terarah.”
Sistem langsung berbunyi.
> [Misi Rahasia: Temukan Pengkhianat Dalam 24 Jam]
[Hadiah: +1000 Poin Kebaikan, Skill “Mata Elang Lv.1”]
Bima mengepalkan tangan. “Sial… kita bukan hanya diserang dari luar, tapi juga dari dalam.”
---
Jam Ketiga – Marco Hampir Kacau
Di sisi barat, Marco hampir kehilangan kendali. Ia melihat pasukan musuh menembus pagar baja dan langsung hendak memimpin serangan balik dengan brutal.
“Bunuh semua! Jangan biarkan satu pun hidup!” teriaknya.
Bima muncul tepat waktu, menahan lengannya. “Tidak, Marco! Jangan pakai cara itu! Kita tidak akan kembali jadi pembunuh sembarangan!”
Marco terengah, matanya merah karena amarah. “Tapi Boss… mereka terus datang!”
Bima menatapnya dalam-dalam. “Kalau kau ingin membuktikan kesetiaanmu padaku, buktikan bahwa kau bisa melindungi keluarga tanpa jatuh ke cara lama.”
Suasana tegang. Marco terdiam beberapa detik, lalu akhirnya mengangguk dengan berat. “Baiklah, Boss. Aku percaya padamu.”
Sistem berbunyi lagi.
> [Sub-misi tercapai: Marco tidak bertindak gegabah]
[Hadiah: +200 Poin Kesabaran, Peningkatan Loyalitas Marco +20%]
---
6 Jam Pertama – Awal dari Neraka
Api berkobar di sepanjang dermaga. Peluru masih bersahut-sahutan, namun pasukan Romano berhasil menahan gelombang pertama.
Bima berdiri di balkon menara kendali, wajahnya berkeringat tapi matanya tajam. Giovanni mendekat, menyalakan rokok lain.
“Kau sadar, kan, Boss? Ini baru permulaan. Vittorio akan terus mengirim gelombang demi gelombang. Kita masih punya 66 jam lagi.”
Bima menatap jauh ke arah laut, di mana lampu-lampu kapal musuh masih terlihat samar. “Aku tahu. Dan kita akan bertahan. Berapa pun harganya.”
Sistem menambahkan catatan terakhir malam itu.
> [Kemajuan Misi: 6/72 jam bertahan]
[Kondisi: Kritis, tapi stabil]
[Peringatan: Serangan gelombang kedua akan lebih mematikan.]
Bima menghela napas panjang. “Baiklah, Vittorio… mari kita lihat siapa yang akan runtuh lebih dulu.”