Bagian Kedua Kembar Pratomo dari Generasi Ke Delapan
Mandaka Pratomo adalah seorang arsitek jenius yang hobi berpetualang ke daerah konflik untuk membangun rumah sakit sesuai permintaan Opanya, Mamoru Bradford. Hingga suatu hari, Mandaka hendak menyelesaikan satu tugas lagi di pinggiran negara Sudan, mobilnya terkena tembakan roket. Mandaka dan pengawalnya dari Black Scorpio, Carole Laurent selamat dan mereka harus berjibaku untuk bisa kembali ke markas. Perjalanan keduanya tidak mudah apalagi mereka tidak pernah akur dari awal bertemu. Siapa sangka, lama-lama mereka saling tergantung satu sama lainnya.
Generasi Kedelapan Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabur
Mandaka membuka matanya dan merasa badannya sakit semua lalu dia menoleh ke sisi kirinya. Tampak Carole pingsan dan darah mengalir di kening kirinya. Mandaka berusaha mencerna apa yang terjadi sebelumnya.
Kita melaju menuju Sudan Selatan dan kita sudah setengah jalan. Tunggu. Mereka itu siapa?
Mandaka baru menyadari mobil Hummer
Mandaka mendengar Carole mengerang dan mulai bangun membuat dirinya lega luar biasa karena gadisnya masih hidup.
"Carole! Carole!" panggil Mandaka.
"Manda ... Kita kenapa?" gumam Carole sambil memegang pelipisnya. "Darah?" ucapnya saat merasakan yang basah disana.
"Kita sepertinya ... Diserang." Mandaka melihat Bixby dan Bilbao tampak terkulai. Darah mengalir dari kepala dan tangan mereka. Mandaka tidak tahu apakah mereka berdua masih hidup ata tidak.
Carole menoleh ke arah Boromir yang duduk di belakang dan gadis itu terkejut pegawai setianya tertimbun tas-tas mereka. Carole juga tidak tahu apakah pria itu masih hidup atau tidak.
"Carole ... Lepas sabuk pengaman kamu. Kita pergi dari sini!" ucap Mandaka sambil melepaskan sabuk pengamannya.
"Ada apa Manda?" Carole bisa melihat pelipis Mandaka juga berdarah.
"Aku takut mereka akan mencari kita dan bisa ...." Mandaka dan Carole saling berpandangan saat melihat adanya suara roda mobil mendekati mereka.
"Kamu bisa bergerak? Tidak ada yang patah?" tanya Mandaka.
"Sepertinya tidak." Carole berusaha membuka pintunya dengan sedikit susah payah. Mandaka membantu dengan menendang pintu itu hingga bisa terbuka.
Carole pun keluar sambil membawa tas ranselnya yang ada di kursi tengah sementara Mandaka mengambil duffle bag nya dan mereka pun merayap keluar. Keduanya pun dengan susah payah bersembunyi di balik batu besar agak jauh dari mobil Hummer yang berantakan
Mandaka membuka tas nya dan mengambil Glocknya di dalam sementara Carole juga melakukan hal yang sama dari tas ranselnya. Keduanya dalam keadaan siaga, tahu karena posisinya tidak dalam kondisi fit.
"Siap mereka itu?" bisik Carole ke Mandaka.
"Aku rasa perampok." Mandaka mengintip dari balik batu.
"Mereka masih ada yang hidup?"
"Ada satu orang! Sopir dan orang dibelakang tewas!"
"Bawa ke markas! Bawa yang masih hidup! Ambil semua!"
Carole terkesiap saat mendengar Bixby dan Boromir meninggal. Mandaka pun langsung memeluk gadisnya. Dia tidak mau ada orang mendengar Carole menangis.
"Wah, senjatanya lumayan."
"Kalian! Ini mobil milik Black Scorpio!"
Terdengar suara tawa orang-orang itu.
"Kita bisa memeras Black Scorpio dengan menahan pegawainya."
Carole memegang jaket Mandaka erat dan pria itu bisa merasakan tubuh gadis itu bergetar.
"Kita tinggalkan saja dua mayat ini. Kita bawa yang masih hidup dan semua barang-barang mereka."
Mandaka dan Carole menunggu sampai orang-orang itu pergi. Setelah dirasa aman, Mandaka dan Carole pun keluar dari tempat persembunyiannya.
Gadis itu menangis melihat kondisi Bixby dan Boromir. Mandaka pun membuka pintu mobil dan setelahnya menyeret jenazah Bixby. Dia juga mengeluarkan jenazah Boromir lalu menyeretnya susah payah karena Mandaka baru sadar kalau kakinya terluka.
"Manda .... Bagaimana ini?" isak Carole sambil mengelus wajah Bixby.
"Kita kuburkan Carole." Mandaka mencari alat di dalam mobil untuk bisa menggali lubang kubur. Akhirnya dia bisa mendapatkan sekop di dalam Hummer itu.
"Bantu aku, Carole. Alhamdulillah ada sekop dua ini!"
Carole sudah tidak bisa berpikir tapi dia mengikuti Mandaka untuk membantunya menggali lubang kubur. Carole bersyukur mereka berada di tanah gembur jadi bisa mudah menggali.
"Apa yang harus aku bilang pada Papa nanti ... Ponsel aku!" seru Carole sambil menggali.
"Gali dulu Carole. Satu persatu!" ucap Mandaka sambil menggali.
**"
Carole menangis dalam pelukan Mandaka usai menguburkan Bixby dan Boromir. Setelahnya mereka duduk bersama untuk berdoa.
"Kita cari ponsel kita dulu. Baru kita pikirkan bagaimana kita ke markas Black Scorpio." Mandaka sangat bersyukur karena Hummer nya tidak meledak saat terkena grenade launcher.
Carole hanya duduk di depan gundukan tanah itu sambil menangis. Dirinya benar-benar merasa kehilangan dan menyesali tidak menuruti kata hatinya.
"Kenapa aku tidak mendengar isi hatiku ... Jika aku memaksa Manda untuk tidak pergi hari ini ... kalian berdua pasti masih hidup ...." Carole menangis sambil duduk. "Daddy ... Maafkan Carole Daddy ... Kita kehilangan Bixby dan Boromir ...."
Mandaka mendapatkan ponselnya yang tersangkut di sela-sela kursi. Pria itu bersyukur ponselnya masih berfungsi.
"Mandaaaaa ...."
"Ya Sayang?" balas Mandaka yang sedang berusaha menghubungi Snake.
"Mereka kembali!"
Mandaka melihat dari balik mobil dan melihat para perampok itu datang lagi. Tanpa berpikir, Mandaka memasukkan ponselnya ke dalam jaketnya dan langsung mengambil tas lalu menarik tangan Carole. Mereka pun berlari meninggalkan lokasi mobil Hummer itu.
***
Entah sudah berapa lama mereka berlari hingga keduanya tiba di sebuah rumah kosong. Keduanya pun mengatur nafas dulu apalagi dengan kondisi kaki yang sebenarnya ada luka di masing-masing.
"Aduh ... Kenapa mereka harus kembali sih!" Carole terduduk sambil meluruskan kakinya. "Sakitnya ...."
Mandaka menutup pintu dan melihat ke jendela sementara tangannya tetap memegang Glocknya.
"Sepertinya kita akan menginap disini sementara sampai semuanya aman." Mandaka mengernyitkan dahinya. "Damn, kakiku sakit!"
"Manda ... kakimu berdarah!" seru Carole.
Mandaka melihat kaki kanannya.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Carole.
"Sedikit ... "
"Sini aku periksa."
Mandaka pun duduk di sebelah Carole. "Apakah kamu Dokter?"
"Bukan ...."
"Tapi kamu memang dokterku."
Carole menaikkan sebelah alisnya. "Hah?"
"Dokter cintaku," senyum Mandaka usil.
Carole melongo lalu menjewer telinga Mandaka. "Bahkan disaat begini kamu masih sempat ngegombal?"
"Sakit ini namanya chagiya!"
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu
tnggl bls dndam sm mreka....
Manda mh lg stuasi ky gt jg msh aja gombal....🤭🤭🤭
kusajikan kopi dan mawar untukmu mbakku tersayaaang
semangat terus up'nya
gedubragan lagi...