Istri Cantik Mafia

Lyanna terdiam di tempat tidur, matanya menatap kosong pada jendela besar yang kini menyajikan langit yang bersinar terang, air matanya luruh begitu saja tanpa permisi.

Isak tangisnya terdengar memecah kesunyian ruangan kamar itu, tubuhnya bergetar seiring rasa sesak yang memenuhi dadanya.

"Mommy.. Kenapa mommy meninggalkan Lyanna sendiri, apa mommy lihat bagaimana aku saat ini? Aku ingin ikut mommy..aku tidak kuat hidup di dunia kejam ini.. Hikk. Hikk.."

Tangannya bergetar menyeka air mata yang tak mau berhenti mengalir di pipinya, tak ada jalan lain lagi baginya selain mengakhiri hidupnya saat ini juga.

Lyanna turun dari tempat tidur, pakaiannya sudah terkoyak tak berbentuk lagi, tak ada kaca besar lagi di kamar Mike. Lyanna menatap sekeliling kamar, hingga ia mencoba membuka pintu balkon tapi sial pintu itupun terkunci.

Lyanna terduduk lemas, namun saat ia kembali menangis kencang, tanpa sengaja ia melihat senjata api milik Mike terpajang di sebuah lemari kaca.

Ia melangkah perlahan-lahan, mendekat dan menatap lekat senjata api itu.

"Daddy.. Maafkan aku tidak bisa menjagamu.. Mommy.. Aku akan ikut denganmu." Ucapnya lirih.

Lyanna membuka lemari kaca itu dan sedikit berjinjit untuk meraih senjata api yang terpajang rapi dan akhirnya ia pun berhasil meraih.

Nafasnya memburu, dengan tangan gemetar, lyanna melangkah menatap jendela besar, satu tangannya memegang senjata api dan diarahkan ke kepalanya sendiri dan bersiap memencet pelatuk untuk mengakhiri hidupnya.

"Selamat tinggal semua derita.." Ucap Lyanna.

Mike yang baru selesai dengan urusannya, masuk ke kamar. Namun matanya membelalak saat melihat Lyanna. Dengan langkah cepat Mike memeluk tubuh Lyanna dari belakang dan satu tangan memegang tangan Lyanna yang memegang senjata api dan mengarahkan tangan itu ke jendela kaca besar.

DORR!!!

Peluru itu mengenai kaca membuat kaca itu berlubang dan sedikit ada retakan.

"Apa yang kau lakukan!!" Teriak Mike.

"Lepaskan aku!! Aku mau mati saja.!"

Dengan cengkraman kuat dari Mike membuat senjata api itu terjatuh. Mike membalik tubuh Lyanna ke arahnya. Sepasang manik itu saling menatap, hanya saja ada kesedihan yang mendalam disana.

"Kau ingin mati hah!?" Teriak Mike.

"Aku tak mau berada di tempat ini!! apalagi menjadi babumu! Lebih baik aku mati saja! Bunuh saja aku!!"

"Baik. Aku akan mengabulkan permintaanmu."

Mike mengangkat Lyanna di atas pundaknya, lalu berjalan keluar kamar dengan Lyanna yang terus memberontak. Para penjaga yang dilewati Mike hanya memandang tanpa berani bertanya, begitu juga dengan Jack yang berdiri tak jauh disana.

Jack tersenyum kecil, cukup terkejut karna Mike cukup bertahan dengan gadis yang mereka beli. Biasanya Mike akan segera memakai dan membuangnya begitu saja. Begitu juga dengan mantan istri Mike yang hanya bertahan 2 hari saja menjadi seorang istri kemudian Mike sudah membuangnya. Namun sekarang Mike malah sibuk mengurusi gadis yang malah terlihat membangkang.

Mike adalah seorang duda yang mempunyai riwayat menikah dengan dua gadis. Namun belum sempat satu minggu mereka menjadi istri, Mike sudah membuang gadis gadis itu dan kembali seperti pria yang masih lajang pada umumnya.

Mike membuka sebuah ruangan yang dipenuhi oleh alat penyiksaan. Lyanna terdiam, jantungnya serasa copot melihat begitu banyak senjata api, pisau dan samurai. Serta rantai rantai besar, cambuk dan juga tali yang tergantung.

Dengan kesal Mike menurunkan Lyanna hingga terjatuh ke lantai. Dengan tatapan tajam, Mike berjongkok dihadapan Lyanna.

"Kau ingin mati kan!?? Hari ini kau akan mati. Jangan memohon-mohon padaku untuk kehidupanmu." Ucap Mike pelan namun penuh penekanan.

"Aku tak akan meminta pengampunan apapun darimu."

"Dasar gadis bodoh!"

Mike kembali berdiri, dengan kasar ia menarik tangan Lyanna hingga membuat gadis kurus itu tertarik. Mike mengikat kedua tangan Lyanna dan juga kakinya.

"Apa yang kau lakukan!" Teriak Lyanna dengan suara bergetar.

"Aku akan bermain-main dulu denganmu sebelum membunuhmu. Tapi kau masih punya kesempatan untuk memohon sekarang."

"Aku tak akan memohon apapun!"

"Kau keras kepala juga ternyata."

Mike mengambil pisau tajam dari atas meja. Terlihat pisau itu mengkilap, Lyanna menelan savilanya. Jantungnya semakin kencang terlacu, ia sudah tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

Mike kembali mendekat pada Lyanna dengan memegang pisau tajam yang berbentuk seperti kriss.

"Apa kau ingin meminta ampunan!??"

Tak ada jawaban, Lyanna memalingkan wajahnya, ia sudah tak peduli apa yang akan dilakukan Mike padanya.

Mike mencengkam kuat rahang Lyanna, membuat wajah itu kembali memerah. Air matanya mengalir membasahi tangan Mike yang kini bertengger di wajahnya.

"Lakukan apapun yang mau kau lakukan Mike!" Ucap Lyanna menatap pada manik hitam pekat yang menatap tajam.

"Kau benar-benar menguji kesabaran ku!!"

Cengkraman itu terlepas hingga kepala Lyanna menoleh ke samping. Mike menatap sekilas lalu dengan seringainya ia mengukir signature nya di perut mungil Lyanna dengan pisau tajam hingga darah mengucur deras seiring dengan pisau yang merobek perut Lyanna.

"Aahhhkkkk!!"

Lengkingan jeritan itu menggema keras dalam ruangan penyiksaan itu, Lyanna menatap Mike sekilas lalu saat itu juga kesadarannya pun hilang.

Tubuh kurus itu lunglai, tali-tali besar yang mengikat tangan Lyanna menopang gadis itu yang kini sudah pingsan.

Mike meletakkan kembali pisau tajam yang ia pegang, lalu ia kembali mendekat pada Lyanna, mendongakkan wajah yang kini terlihat pucat.

"Kau akan aku jinakkan, gadis kecil."

****

Adrian tidak tinggal diam saat mengetahui putri semata wayangnya menghilang. Hari dimana helena mengatakan Lyanna kabur membawa uang banyak, Adrian langsung bergerak cepat mengerahkan 2 orang suruhannya untuk mencari keberadaan Lyanna.

Ia tidak tau bahwa Helena sudah menemukan Lyanna dan kembali menjualnya kepada orang kaya, Helena tidak mengatakan apa-apa dan akhir-akhir ini Helena tidak pernah lagi pulang kerumah Adrian.

Dulu Adrian adalah seorang pengusaha kaya raya yang bergelimang harta, namun kekayaannya bangkrut dan harus memulai dari awal sebagai asisten eksklusif teman dekatnya yang bernama Zayden. Sejak perusahaan utama miliknya bangkrut Adrian mulai kehilangan powernya. Dia tidak bisa dengan mudah melakukan sesuatu. Fakta bahwa uang bisa berbicara memang benar adanya. Dulu Adrian bisa melakukan segalanya dengan cepat berkat ada uang, jika dia masih berada di puncak kejayaan mungkin saat ini Lyanna sudah bisa ditemukan, Adrian hanya perlu mengerahkan puluhan orang untuk mencari Lyanna.

Kakinya masih lumpuh, setiap hari Adrian berusaha melatih kakinya. Diam-diam dia bisa berjalan meski hanya 2 atau 3 langkah dan harus berhenti dulu. Namun Adrian harus tetap terlihat lumpuh total di hadapan Helena sampai dia bisa mengumpulkan bukti.

Dengan keterbatasan uang, pencarian Lyanna hanya bisa dilakukan oleh 2 orang. Adrian tidak begitu yakin bahwa Lyanna akan segera ditemukan jika hanya 2 orang yang mencarinya. Tapi setidaknya ada usaha untuk mencari Lyanna, meskipun harapannya kecil.

Tidak hanya melakukan pencarian terhadap Lyanna, Adrian juga melakukan penyelidikan lebih dalam tentang Helena. Dugaan bahwa Helena melakukan tindakan kejahatan di belakangnya semakin kuat dengan adanya bukti Helena dengan sengaja mengumpankan Lyanna pada mengusaha besar seperti Mike.

4 hari yang lalu Adrian diam-diam mengikuti Helena. Setiap malam Helena akan keluar dari rumah dengan tempat dan tujuan yang sama. Sebuah gedung klup mewah di sebuah kota LA. Klup itu terkenal sebagai hunian para pengusaha menengah ke atas, entah apa yang dilakukan Helena di dalam klup. Adrian tidak memiliki akses untuk mengikuti Helena sampai kedalam gedung pencakar langit itu.

Namun satu hal yang pasti, pakaian yang dikenakan Helena saat memasuki dan meninggalkan klup selalu berbeda. Apalagi Helena yang yang tidak pulang malam itu juga membuat Adrian tidak bisa berpikir positif pada apa yang Helena lakukan didalam sana.

Adrian memutuskan untuk tidak lagi mengikuti Helena karena sudah tau tujuan wanita itu akan pergi. Daripada membuang-buang waktu Adrian lebih baik membuat janji dengan Thalia. Tiba-tiba saja Adrian teringat pada satu-satunya sahabat dekat Lyanna.