Karena sebuah pengkhianatan membuat Alvaro mabuk-mabukan namun siapa sangka ada yang menaruh sebuah obat untuk nya membuat dia melakukan kesalahan terbesar yaitu merenggut kesucian seorang gadis.
Alena yang harus merasa menjadi wanita kotor setelah kesucian yang ia jaga untuk suaminya kelak telah di renggut oleh orang yang dia tidak tahu.
Sialnya lagi ternyata ada kehidupan baru di dalam rahimnya, dia pun rela untuk di usir dari rumahnya karena ingin mempertahankan bayinya walau pun ayah dari bayi tersebut tidak tahu siapa.
Walaupun dia hadir dari sebuah kesalahan satu malam namun hadirnya bayi ini bukanlah kesalahan, hanya saja orang tuanya yang salah.
Bagaimana kelanjutannya???
Yukkk kepoinnnn ceritanya!!
🥕🥕🥕
Follow Instagram @lala_syalala13
Follow TikTok @Lala_Syalalaa13
Follow Facebook @Lala Syalala
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KSM_BAB 17 (REVISI)
Malam harinya Alena, Arsen dan Alvaro sudah siap dengan pakaian formal mereka, Alena dengan gaun yang sudah Alvaro pesankan khusus untuk wanita spesial pula.
Sedangkan Alvaro dan juga Arsen menggunakan tuxedo senada yang terlihat serasi.
"Sudah siap?" tanya Alvaro saat mereka sudah berada di ruang tamu.
"Aku takut," ucap Alena dengan gugup.
"Kamu gak perlu takut, kan ada aku sama Arsen di sini." jelas Alvaro.
Kemudian mereka pun segera menuju rumah kediaman keluarga Adalvino, Jack yang mengemudikan mobilnya sedangkan alena, Alvaro dan Arsen berada di belakang dengan Alvaro memangku sang anak.
"Jangan gugup." lirih Alvaro sambil menggenggam erat tangan Alena karena melihat Alena terus menggerakkan jarinya gugup.
Alvaro pun menggandeng tangan Alena dengan lembut dengan Arsen di gendongannya, Alena yang mendapat perlakuan tersebut pun merasa gugupnya sedikit berkurang.
Sedangkan mama Ratna, papa Dion dan mikaila sama sekali tidak tahu tentang kedatangan Alena dan Arsen ke sana, yang dia tahu Alvaro akan pulang setelah menginap di apartemennya.
Alvaro memang tinggal bersama dengan keluarganya karena kemauan mama Ratna yang tidak ingin berpisah dan khawatir.
"Mama, papa." sapa Alvaro masuk ke dalam rumah.
Mama Ratna, papa Dion dan mikaila sedang berada di ruang keluarga sambil berbincang-bincang santai pun melihat ke arah Alvaro yang baru masuk.
Mama Ratna terkejut dengan seseorang yang Alvaro bawa, bahkan semua orang terkejut melihatnya.
"Sayang ini...." jeda mama Ratna.
"Selamat malam nyonya, tuan besar." sapa Alena gugup bahkan tangannya yang di genggam Alvaro pun sudah keringat dingin.
"Alvaro akan menikah sama Alena ma, pa." ucap Alvaro.
"Aaaa sayang kamu dateng juga," ucap mama Ratna menghampiri Alena dan memeluknya dengan erat.
"Iya nyonya." ucap Alena pelan.
"Panggil mama aja ya kayak Alvaro panggil," ucap mama Ratna.
"Iya bener apa kata mama kamu nak Alena, mulai sekarang panggil mama sama papa aja ya." ucap papa Dion menghampiri Alena juga.
"Iya ma, pa." jawab Alena senang.
"Wah ini jagoan opa ya?" ucap papa Dion menghampiri Arsen yang berada di gendongan Alvaro.
"Papa," rengek bocah kecil itu.
"Sayang, ini Oma sama opanya Arsen loh. Tadi katanya mau ketemu sama Oma opa," ucap alvaro.
Arsen yang mendengar pun langsung melihat ke arah mama Ratna dan papa Dion bergantian meneliti wajah mereka.
"Mau gendong opa?" tawar papa Dion.
Arsen pun menganggukkan kepalanya, dia dari dulu ingin sekali bisa di gendong sama opanya seperti Alex temannya dulu yang selalu pamer juga di manja oleh opa Oma nya dan juga papa nya.
"Aduh ponakan aunty gemes banget sih," ucap mikaila dengan gemasnya mencium seluruh wajah Arsen yang berada di gendongan sang papa.
"Aunty...?" tanya Arsen bingung karena dia belum pernah dengar sebutan itu.
"Ini adik nya papa sayang, panggil aunty ya." ucap Alvaro menjelaskannya karena sang adik dari dulu jika memiliki seorang ponakan maka harus panggil aunty.
"Halo aunty ini alsen." ucap Arsen memperkenalkan diri.
"Ih sumpah gemes banget sama Arsen," ucap mikaila.
"Sayang kita makan malam yuk, pasti kalian belum makan malam." tawar mama Ratna yang terus menggandeng tangan Alena.
"Ini sebenarnya yang anak mama siapa sih?" tanya Alvaro heran dia malah di kacangin karena semua orang ke Alena dan Arsen.
Dia bukan iri ya hanya bercanda, dia malah senang karena sekarang keluarganya bertambah dan bisa melihat mama dan papa nya yang tersenyum ceria seperti itu membuat hati Alvaro damai.
"Udah gak usah cemburu sama anak istri sendiri." jawab mama Ratna.
Mereka pun makan malam bersama, suasana hangat membuat Alena merasa nyaman karena dia di terima di keluarga ini.
Arsen yang memang sudah bisa makan sendiri pun makan sendiri tanpa minta bantuan.
"Rencananya kapan kalian akan menikah?" tanya papa Dion setelah mereka makan malam.
"Rencananya besok varo bakalan ke kantor catatan sipil pa." ucap Alvaro santai namun membuat Alena syok karena waktunya bukankah terlalu cepat.
"Kenapa ke sana? Apakah kalian tidak ingin mengadakan pesta besar besaran?" tanya mama Ratna sedikit tidak setuju.
"Maaf ma, ini Alena yang minta agar di adakan di kantor catatan sipil saja." jawab Alena pelan.
Dia memang sudah merundingkan dengan Alvaro tentang konsep pernikahan dan Alena sendiri yang memilih.
"Ya sudah kalau kalian mau nya gitu," ucap papa Dion.
"Kalian mulai kapan bakalan tinggal di sini?" tanya papa Dion lagi.
"Alena ngikut mas varo aja ma," ucap Alena mengganti panggilan nya kepada Alvaro.
Alvaro yang mendengar itu pun sudah sangat senang sekali, bahkan dia sampai terus melihat wajah Alena yang ikut malu juga dan mengalihkan pandangannya.
"Mulai hari ini ya," ucap mama Ratna.
"Tapi kan ma...."
"Alvaro biar tidur di kamar tamu aja kamu sama Arsen tidur di kamar Alvaro." ucap mama Ratna memotong.
Dan akhirnya mulai hari ini Alena pun sudah tidur di kediaman keluarga Adalvino.
TOK TOK TOK
Suara ketukan pintu membuat Alena teralihkan atensinya, Alena pun membuka pintu tersebut dan melihat Alvaro yang berada di sana.
"Arsen mana?" tanya Alvaro.
"Dia udah tidur." jawab Alena.
"Mau cari udara segar di taman belakang," ajak Alvaro.
Alena pun menimbang-nimbang dan mengiyakan karena dia belum pernah sama sekali ke taman belakang, namun saat dia datang tadi hari sudah gelap.
"Boleh, sebentar ya." ucap Alena mengambil sweater yang memang barang-barang nya sudah berada di dalam.
"Ayo."
Mereka berdua pun berjalan menuju ke arah taman belakang, suasana sudah sepi namun ada beberapa asisten rumah tangga yang masih bersih-bersih dapur.
"Wah cantik sekali," ucap Alena melihat taman belakang terdapat kolam renang cukup besar, ada taman bunga dengan berbagai bunga di sana dan juga ada gazebo untuk bersantai di sana.
Bahkan taman belakang rumah ini lebih besar dari pada rumah yang dia kontrak bahkan jauh lebih besar.
"Suka?" tanya Alvaro.
"Suka banget."
"Mau duduk di sana?" ajak Alvaro untuk duduk di gazebo dekat kolam renang.
Dengan senang hati Alena pun menganggukkan kepalanya, Alvaro pun menggenggam tangan Alena dengan lembut dan mengajaknya ke sana.
Hati Alena rasanya melting di buatnya, perlakuan Alvaro yang membuat hati Alena mencair, jantungnya berdegup kencang.
"Alena aku mau ngomong sama kamu," ucap Alvaro saat mereka sudah duduk di sana.
Alena hanya mendengarkan saja dan ingin tahu apa yang ingin Alvaro katanya.
"Saya sudah bilang sama kamu kalau saya ingin bertanggung jawab dengan menikahi kamu, dan kamu harus tahu bahwa saya menikah hanya untuk satu kali seumur hidup, saya harap di perjalanan rumah tangga kita nanti akan ada cinta di antara kita dan aku harap kamu mau menerima semua kekurangan ku." tegas Alvaro yakin.
Alena di buat terharu, dalam hidupnya dia sudah menyerah untuk berharap akan cinta, apa lagi ada anak yang hadir tiba-tiba namun siapa sangka akan ada orang yang tulus ingin bersama dengan dirinya.
"Iya mas, bimbing aku jika nanti aku banyak salah dan kurangnya." ucap Alena.
"Apa kamu tadi manggil aku apa?" tanya Alvaro memastikan lagi.
"Yang mana?"
"Yang kamu panggil aku tadi loh," ucap Alvaro penasaran.
Sedangkan Alena merasa malu karena harus menjawabnya lagi.
"Mas." ucap Alena.
"Ya tuhan ibu dari anak ku kenapa gemes banget sih," sahut Alvaro membawa Alena dalam dekapannya.
Jantung Alena seperti berdegup lebih kencang, ini adalah pelukan yang sangat menghangatkan baginya tuhan.
"Oh ya mas, emang kita harus menikah besok ya?" tanya Alena.
"Iya, kenapa memangnya? Kamu gak mau menikah sama saya?" tanya Alvaro.
"Bukan begitu mas, tapi bukankah itu terlalu cepat." ucap Alena memberikan pengertian.
"Gak ada yang terlalu cepat jika kita sudah mantap sayang," ucap Alvaro membuat kedua pipi Alena memerah.
.
.
Bersambung.....