NovelToon NovelToon
Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Status: sedang berlangsung
Genre:Kebangkitan pecundang / Kontras Takdir / Romansa Fantasi / Mata Batin / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Salsa bisa lihat malapetaka orang lain… dan ternyata, kemampuannya bikin negara ikut campur urusan cintanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Uang Pesangon Akhirat

Salsa mengepalkan tangan di saku, menahan hasrat ingin menonjok wajah Pak Rudi. IaIa menarik napas, lalu memasang senyum palsu terbaiknya.

"Kak! Pak Rudi! Aku dataaang!"

Pak Rudi berbalik, wajahnya langsung cerah melihat 'dompet berjalan'. "Eh, Dik Salsa! Katanya mau belajar musik? Sini saya pilihin alat yang cocok."

"Santai aja, Pak. Nunggu kalian kelar dulu," Salsa melirik kakaknya. "Btw, ada proyek apa nih?"

"Biasa, saya bikin chord baru, minta Surya ngisi aransemen. Siapa tahu meledak!" Pak Rudi menepuk bahu Surya. "Surya, laptop sama voice recorder bawa, kan?"

Mata Salsa menyipit. Dasar lintah darat.

"Bawa dong, Pak. Ini kan cangkul saya," jawab Surya polos.

Salsa pura-pura bodoh. "Ya udah, lanjut gih. Aku main piano bentar ya."

Saat pura-pura main piano (dengan suara sumbang yang menyedihkan), ponsel Salsa bergetar.

Komandan Rakha: Besok kosong? Ikut ke Resort Nuansa Alam. Kita selidiki Angkasa Wiguna.

Komandan Rakha: Pakaian formal. Reimburse kantor.

Mata Salsa langsung hijau melihat kata reimburse. "86 Komandan!" balasnya.

Sorenya, Salsa memastikan Surya aman sebelum pamit makan malam dengan Maya.

Restoran Sky Garden, Lantai 70.

Maya mentraktir Salsa makan malam super mewah sebagai ucapan terima kasih.

"Sumpah, Sal. Kalau nggak ada kamu, aku udah nggak tahu nasibku gimana," mata Maya berkaca-kaca.

"Sstt, udah ah, jangan dibahas terus. Yang penting sekarang kamu bakal jadi artis top!" Salsa mengangkat gelas jus bluberinya. "Cheers!"

Di meja sebelah, sekelompok cewek heboh membahas comeback-nya Angkasa Wiguna. Wajah Salsa langsung asem.

Setelah mereka pergi, Maya berbisik, "Jangan percaya image polos yang mereka bilang tentang Angkasa Wiguna, Sal."

"Kenapa? Kamu tahu sesuatu?" Salsa langsung berubah ke mode detektif.

Maya celingukan setelah memastikan tidak ada yang mendengar, lalu mendekatkan wajahnya. "Dulu pas aku jadi penari latar, temanku mergokin Angkasa nyeret cewek ke toilet. Ceweknya nangis-nangis. Tapi manajernya langsung dateng, ngebungkam semua orang. Di industri ini, duit dan kuasa bisa bikin setan jadi malaikat."

Salsa merinding. Fix, si Angkasa ini emang sakit jiwa.

Malam itu, Salsa video call orang tuanya.

"Bu, aku lulus CPNS!"

Seketika rumah di kampung heboh. Ibu teriak memanggil Bapak yang lagi nyuci sprei. Salsa menatap layar lekat-lekat, memastikan tidak ada visi kematian pada orang tuanya. Aman.

"Pak, Bu, kantor kasih fasilitas rumah dinas. Pindah ke Jakarta ya?" bujuk Salsa.

Tapi respon Bapak di luar dugaan. "Nduk, Bapak sama Ibu di sini aja. Udah nyaman, nggak mau ngerepotin kamu. Uangnya kamu tabung aja."

Dada Salsa sesak. Orang tuanya terlalu baik.

"Nggak bisa diuangin, Pak. Lagipula..." Salsa memelas, "Kerjaanku bahaya kalau kepikiran kalian jauh. Kalau dekat, aku kerjanya tenang."

Mendengar kata 'bahaya', pertahanan Bapak runtuh. "Ya sudah, nanti Bapak urus pindahan."

Salsa lega. Setidaknya keluarga intinya bakal ada dalam jangkauan perlindungannya.

Besoknya, 15.30 WIB.

Salsa sudah glowing dengan gaun putih satin hasil pilihan Maya.

Sebuah Mercedes hitam berhenti. Kaca turun, menampilkan wajah kaku Komandan Rakha.

"Masuk."

"Wih, Komandan dapet sopir?" ledek Salsa saat masuk. Ternyata sopirnya Adit.

Adit nyengir. "Busyet, Bu Bos cantik bener! Baju gembel yang kemarin bakar aja deh!"

Salsa tertawa, tapi tawa itu mati saat Rakha menatapnya tajam.

"Kenapa? Salah kostum lagi?" tanya Salsa panik.

"Terlalu mencolok," komentar Rakha datar.

"Mencolok gimana sih? Ini putih polos lho," protes Salsa. "Yaudah saya ganti."

"Masuk," perintah Rakha tak sabaran. "Apa perlu saya bukain pintu?"

Salsa mendengus kesal dan masuk mobil. Dasar kulkas dua pintu.

Di jalan, Rakha tiba-tiba menggeser duduk mendekat. Salsa otomatis mundur mepet jendela. "Ngapain?"

Rakha mengeluarkan kotak kecil berisi earpiece mutiara. "Jangan gerak."

Jari dingin Rakha menyentuh telinga Salsa saat memasangkan alat itu. Jarak mereka terlalu dekat, napas Rakha terasa di kulit lehernya. Salsa menahan napas.

"Sekarang kalungnya. Ini komunikator," Rakha menyodorkan kalung mutiara.

Salsa mencoba memasang sendiri tapi gagal terus karena grogi. "Dit, tolong pasangin dong!"

Adit melirik dari spion. "Dih, ogah. Bos di sebelah nganggur tuh."

Rakha berdecak. "Ribet."

Tangannya terulur, menyapu tengkuk Salsa, dan—klik. Kalung terpasang. Suasana mobil mendadak canggung parah.

Resort Nuansa Alam.

"Cek sound. Satu, dua," suara Adit terdengar di telinga Salsa.

"Masuk," bisik Salsa.

Rakha langsung menggandeng tangan Salsa, menyelipkannya di lengan kekarnya. "Jangan kaku. Anggap aja kita lagi survei lokasi nikah."

Salsa mencoba menggunakan 'mata elang'-nya pada para pelayan. Ada satu pelayan yang dia tatap, lalu semenit kemudian pelayan itu jatuh dan memecahkan gelas.

Salsa kecewa. Nggak ada visi. Ternyata kekuatannya cuma aktif kalau kecelakaannya fatal atau mematikan. Kesialan receh nggak kehitung.

"Zonk nih," bisik Salsa saat mereka duduk di aula konser.

Rakha menatapnya sekilas. "Udah biasa. Polisi makannya emang harapan palsu. Jangan cemberut."

Konser dimulai. Musik orkestra mengalun indah, tapi mata Salsa sibuk scanning.

Pandangannya terkunci pada pemain biola dengan rambut digelung. Cewek itu gelisah, pergelangan tangannya penuh makeup tebal—seperti menutupi lebam.

Saat mata mereka bertemu, visi itu datang.

Cewek itu menyimpan flashdisk di loker, lalu mengambil kartu ATM. Dia resign mendadak, naik taksi online putih. Di jalan pegunungan, taksi itu remnya blong, jatuh ke jurang, dan meledak. Sopirnya selamat dan mengambil balik kartu ATM itu.

Salsa langsung menarik lengan Rakha, menyeretnya keluar.

"Pemain biola itu. Dia bakal mati malam ini. Taksi online putih, plat B 164 PRM" Salsa menjelaskan semuanya dengan cepat.

Wajah Rakha mengeras. "Pemain cello orkestra itu, Dita Arimbi, juga hilang seminggu lalu. Ini pasti berhubungan."

Rakha menyentuh dasinya. "Dit, cegat taksi plat B 164 PRM di gerbang bawah. Pakai alasan cuaca buruk."

"Siap, Ndan!"

"Sekarang gimana cara ngedeketin dia tanpa bikin curiga? Dia paranoid banget," tanya Rakha.

Mata Salsa berbinar jahil. "Aku punya ide gila."

Rakha mundur selangkah. "Firasat saya buruk."

Konser bubar. Mawar, si pemain biola, buru-buru kabur. Tapi langkahnya dihadang cowok ganteng berjas mahal.

Rakha menyodorkan kartu nama palsu dengan gaya sok asik. "Nona, boleh bicara sebentar di tempat sepi?"

Mawar melirik jam mahal Rakha, lalu tersenyum miring. "Tuan, istrinya nggak marah tuh? Tadi duduk di sebelah lho."

Rakha menghela napas panjang, rasanya ingin resign jadi polisi. Lewat earpiece, dia mendengar Salsa menahan tawa. Dengan berat hati, ia mengucapkan dialog nista yang disiapkan Salsa.

"Istri saya... dia jauh lebih playgirl dari saya. Kami open marriage."

Di balik pilar, tawa Salsa berhenti. Sialan, kenapa gue yang difitnah playgirl?!

Mata Mawar berbinar. "Oke. Saya tahu tempat sepi."

Mawar membawa Rakha ke sudut taman yang gelap. Ia baru saja mau menggoda, ketika sebuah lencana polisi mendarat di depan wajahnya.

"Rakha Wisesa, Reskrim," suara Rakha berubah dingin dan mematikan. "Anda terlibat kasus pembunuhan. Kooperatif atau mati konyol malam ini."

Kaki Mawar lemas. "P-polisi?"

"Flashdisk itu mana?" tembak Rakha langsung.

Mawar gemetar. "Kok tahu..."

"Nyawa kamu sedang diincar. Ikut kami sekarang atau naik taksi maut itu, pilihan di tangan kamu."

Mawar menangis, lalu menyerahkan flashdisk dari tas biolanya.

Ruang Interogasi.

Mawar yang masih shock akhirnya buka mulut.

"Isi flashdisk itu video Angkasa Wiguna ngebunuh Dita Arimbi, pemain cello kami. Dita didorong di tangga darurat sampai kepalanya pecah."

"Kenapa kamu punya videonya?"

"Aku mau meras dia. Aku minta 10 Miliar, tapi mereka cuma mau kasih 5 Miliar buat tutup mulut," aku Mawar.

Pintu terbuka, Adit masuk dengan wajah serius.

"Ndan, konfirmasi. Taksi online yang dipesan Mawar tadi remnya sudah dipotong. Ada bensin di bagasi. Kalau dia naik, pasti meledak di jurang."

Wajah Mawar pucat pasi. Dia baru sadar, 5 Miliar itu bukan uang tutup mulut, tapi uang pesangon berangkat ke akhirat. Dia langsung ketakutan dan meraung nangis keras.

1
Lala Kusumah
nah loh....
Tini Rizki
keren bikin penasaran lanjut Thor
Lala Kusumah
Alhamdulillah Salsa, rezeki anak Sholehah 🙏🙏👍👍😍😍
...cienta kamyu...
lanjut thoorr...semangat yaa
sahabat pena
syukurlah si playboy petra selamat 🤣🤣🤣🤣dag dig ser itu dihadapkan sama makanan dan minuman yg beracun
Lala Kusumah
alhamdulilah semua selamat, tegaaaanng pisan 🫣🫣😵‍💫😵‍💫🙏🙏👍👍
hebaaaaaatt Salsa 👍👍👍
Lala Kusumah
ikutan tegaaaanng kalau Salsa lagi mode on begitu 🫣🫣😵‍💫😵‍💫
sahabat pena
huhuhu up nya kurang byk kak.... lagi seru yeuh 🤣🤣🤣✌
Lala Kusumah
sukses selalu bang Surya 👍👍👍
Reni Syahra
kerenn bangett eksekusinya..
lanjutt thor💪
ganbatteee😍
Lala Kusumah
semangat Salsa 🙏🙏💪💪👍👍
saniati Amat
semangat trs thor,jgn lupa jg ksehatn,ditunggu up slanjutnya💪💪💪💪
renren syahra
up nya jng lama2 dong thor
sahabat pena
Luar biasa
Lala Kusumah
bakat Salsa emang hebaaaaaatt n kereeeeeennn 👍👍👍
Lala Kusumah
cepat tolong kakakmu Salsa 🙏🙏🙏
Lala Kusumah
syukurlah
Melody Aurelia
bos gurem nih😄
Melody Aurelia
emang enak kalo kantong penuh
Melody Aurelia
keren loh 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!