Benih Yang Tertukar

Bella tengah mengamati beberapa daster yang dipajang di etalase. Gavin mengajaknya belanja kebutuhan pribadinya. Gavin membawanya ke sebuah butik yang ternama, dan tentunya pakaian yang dipajang pun adalah karya desainer ternama.

Seumur hidup Bella ini baru pertama kali dia masuk ke butik ini. Membuat Bella canggung.

"Mau pilih yang mana. Yang warna sage itu sepertinya cocok sama kamu." ucap Gavin memberi saran. Desah nafasnya terasa lembut menyentuh leher Bella. Ternyata sedekat itu Gavin padanya.

Andai Bella menoleh kebelakang tentu wajah mereka akan bersentuhan. Bella berdiri kaku, takut gerakannya menimbulkan kontak fisik diantara mereka.

Sebenarnya sedari tadi, Bella sudah tertarik dengan sebuah daster berwarna coklat. Coraknya tidak terlalu ramai. Dan bahannya juga lembut dan pastinya nyaman dipakai. Namun, saat melihat harga yang tertulis di label, Bella urung memilihnya.

Dia tidak ingin menyusahkan Gavin. Sudah cukup banyak kebaikan yang dia terima dari pria itu. Dia harus tahu diri, meskipun Gavin mampu membelinya jika masih sekedar daster.

"Cobalah dulu yang ini." Gavin meraih daster coklat yang diidamkan Bella. Karena Gavin melihat Bella kesulitan menentukan pilihannya.

"Tidak usah, yang lain saja." tolak Bella halus. Tapi Gavin malah memantaskannya ke tubuh Bella.

"Ini sangat cocok dengan warna kulitmu. Ambilah." ucap gavin lembut.

"Tapi, harganya sangat mahal. Yang lain aja," Bella tetap menolak.

"Tapi kamu suka 'kan? Soal harga jangan ambil pusing." Gavin bersikukuh mengambil daster itu. Lalu membantu Bella memilih yang lain. Gavin faham, mungkin Bella segan menentukan pilihannya. Karena dirinyalah yang akan membayar tagihannya nanti.

Padahal Gavin sudah menekankan, bahwa dia akan menanggung seluruh kebutuhan hidupnya dan itu jelas tertulis dalam kontrak.

Tiba-tiba ponsel Gavin berdering. Dia lalu pamit sama Bella untuk menjawab panggilan itu. Daster coklat di tangannya diserahkannya pada Bella.

"Bentar ya, aku keluar dulu. Pilih saja mana yang kamu suka ya." Bella hanya mengangguk. Menatap punggung Gavin yang keluar dari butik. Lalu Bella kembali melanjutkan memilah-milih daster.

Saat Gavin keluar, Bu Lilis dan Maya masuk ke dalam butik perlengkapan bayi dan ibu hamil.

Bu Lilis mendekati etalase tempat beberapa daster dipajang, dimana Bella berada. Sedang Maya lebih memilih ke stand perlengkapan anak.

Bella sama sekali tidak menyadari kehadiran mereka. Disaat Bella meraih daster warna sage yang disarankan Gavin tadi, disaat itu pula sebuah tangan meraih daster itu. Bella sangat terkejut dan berpaling ke pemilik tangan itu.

"Aku menginginkan daster ini." sebut wanita itu menarik kasar dari tangan Bella.

"Maaf Bu, aku sudah duluan meraihnya." ucap Bella berusaha mempertahankan daster itu. Sehingga wanita itu menoleh ke arah Bella.

"Aku yang lebih dulu mengambilnya." ucap wanita itu kasar dan sangat terkejut dengan siapa dia saling rebut.

"Ou-wh, kamu toh Bella. Ngapain kamu disini dan beli daster. Kamu tau tidak harga barang disini mahal. Emangnya kamu mampu beli?" ucap Bu Lilis sinis menghina Bella.

Bella hanya diam, malas berurusan dengan mantan ibu mertuanya.

"Cepat kemarikan daster itu. Aku belinya untuk menantuku, yang tengah mengandung calon cucuku." tohok Bu Lilis lagi.

"Aku yang lebih dulu mengambil baju ini. Silahkan ibu cari model yang lain." sahut Bella bertahan.

"Eh, malah ngotot. Emangnya untuk apamu daster ini. Kamu itu 'kan mandul. Oh, buat mancing bayi ya, biar kamu bisa hamil, hahaha ...." tanpa perasaan Bu Lilis makin kelewatan menghina Bella.

"Mau kuapakan daster ini, itu urusanku. Tapi berhentilah menghinaku mandul. Ibu juga masih punya anak perempuan selain Maya. Bahkan mungkin anak ibu yang mandul."ucap Bella penuh penekanan.

"Hei Bella! Dasar wanita mandul. Ngaca dulu kamu sana woi. Jelas-jelas anakku tidak mandul. Karin sedang hamil saat ini. Masih juga kamu menuduh anakku mandul. Dasar sinting kamu!" maki Bu Lilis geram.

"Ada apa sih, Mam kok ribut-ribut." Maya yang sedang melihat-lihat di etalase lain menghampiri ibunya.

"Eh, kamu Bella?" sebutnya kaget melihat ibunya berselisih dengan Bella.

"Tuh, Bella merebut daster yang hendak mama belikan untuk Karin. Buat apa coba dia beli itu." Bu Lilis tersenyum mengejek.

"Sudahlah Ma, cari yang lain saja. Mungkin dia butuh daster itu, mau mancing biar bisa hamil, hihihi ...." setali tiga uang dengan ibunya, Maya juga menghina Bella.

"Tidak bisa. Mama maunya daster itu. Karin pasti tambah cantik kalau pakai daster itu." Bu Lilis berusaha merebutnya dari tangan Bella.

"Maaf Bu, aku yang lebih dulu pegang baju ini. Yang lain masih banyak, silahkan pilih itu." Bella ngotot mempertahankan barang ditangannya.

Sebenarnya Bella mau saja melepas daster itu. Tapi penghinaan dari mantan ibu mertuanya itu membuatnya tidak mau mengalah.

"Memangnya kamu mampu beli itu? Sok-sokan belanja di butik ini." timpal Maya sinis.

"Berhentilah menghina orang. Karena hinaan itu akan berbalik kepada kalian." Bella tetap berusaha sabar menghadapi dua manusia sombong di depannya.

"Ala-ah, sok bijak kamu, Bell. Serahkan saja daster itu. Karin lebih pantas mengenakan daster itu, karena dia sedang hamil. Bukan perempuan mandul seperti kamu." sergah Maya frontal.

"Teruslah mengagungkan perempuan jalang itu. Asal jangan kaget ya, suatu saat kalian tau hal yang sebenarnya. Siapa Karin dan bayi dalam kandungannya. Pu-eh!" ucap Bella karena sudah tidak tahan akan hinaan yang dilontarkan mantan ibu mertua dan iparnya itu.

"Maksud kamu apa, hah! Berani-beraninya kamu menghina menantuku!" maki Bu Lilis berusaha hendak menampar Bella. Tapi sebuah lengan kokoh mencekal tangan itu.

"Ada hak apa ibu mau berbuat kasar pada istriku?" ucap Gavin dingin yang tiba-tiba sudah berada dalam ruangan.

Bu Lilis terkejut, begitu juga Bella. Bahkan Maya shok mendengar pengakuan dari Gavin, yang menyebut Bella istrinya.

Bagaimana mungkin Bella menikah dengan pria tampan di hadapannya ini. Mana tajir lagi. Karena wajah Gavin tidak asing lagi. Dia adalah salah satu pengusaha yang berhasil di kota ini.

'Bisa-bisanya menikah dengan, Bella.' Batin Maya.

"Ada apa sayang? Apakah mereka telah menyakitimu?" ucap Gavin lembut. Membuat Bu Lilis juga pada akhirnya shok. Mantan menantunya kok bisa kenal dengan pria ini. Dilihat dari penampilannya pasti bukan orang sembarangan.

"Ibu itu merebut daster yang abang pilihkan tadi. Katanya aku tidak pantas memilikinya." isak Bella tiba-tiba. Bu Lilis dan Maya kaget karena Bella telah mengadukan mereka. Dan sikapnya manja sekali pada Gavin.

"Oh, jadi kedua orang kampung ini telah menghina istriku! Berarti mereka harus berurusan denganku." dengus Gavin dingin.

"Anda siapa?" dengus Bu Lilis pongah. Tidak gentar meski dalam hati sudah ketar-ketir. Tetap jaga image di depan Bella, yang selalu dia remehkan selama ini.

"Saya suaminya. Lalu ibu siapa?" tatap Gavin tajam, menantang.

"Saya adalah mantan ibu mertuanya. Kasihan sekali, Anda pasti akan menyesal telah menikahi perempuan itu. Bella pasti merahasiakan dirinya pada Anda." ungkap Bu Lilis sinis.***