Sebuah kisah cinta rumit dan menimbulkan banyak pertanyaan yang dapat menyesakan hari nurani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ericka Kano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertanda Ngidam (2014)
Kenapa dia lagi , dia lagi. Yah betul aku memang masih mencintai dia di lubuk hati paling dalam, tetapi bukan berarti aku ingin kembali padanya. Aku orang berdosa tapi masih takut Tuhan. Aku tidak akan menodai janji pernikahan ku hanya karena perasaan ku ini. Aku sudah memilih Steve. Aku selalu menyadarkan diriku bahwa keinginanku untuk bersama Rai hanyalah nafsu belaka. Aku tidak ingin jatuh.
Sepanjang jalan balik ke kotaku, pikiranku betul-betul sibuk. Segala hal berperang di kepala ini. Hingga tak terasa sudah tiba di depan rumah.
Om Ewin membunyikan klakson. Tak berapa lama Steve keluar dari rumah dan langsung menuju mobil. Menyapa om Ewin seperlunya dan mengeluarkan koper ku.
"Om Win, ini ada oleh-oleh sedikit dari Bandung," ujarku sambil menyerahkan goodie bag kecil berisi beberapa camilan khas Bandung.
"Wah, makasih banyak loh Bu selalu bawain oleh-oleh dari luar kota," ucap Om Ewin sumringah
"Sama-sama, Om Win. Hati-hati di jalan ya kalau mau balik,"
"Iya, Bu. Izin balik ya Bu,"
Dan tiba hanya aku dan Steve.
"Aku dan Vincent merindukanmu," ujar Steve
"Aku juga kangen kalian berdua. Vincent tidak rewel kan?," tanyaku
"Tidak. Anteng dia," jawab Steve. Vincent sudah lima tahun. Jadi dia sudah tidur di kamarnya sendiri. bersebelahan dengan kamar kami. Sesekali kami tengokin untuk memastikan dia baik-baik saja.
"Papanya nakal gak?," tanyaku sambil melirik Steve
"Oh tidak. Papanya gak nakal sama sekali. Papanya mau nakal sekarang aja ke mamanya Vincent,"
Steve menarik daguku. Mulai mengulum bibirku dengan lembut.
"Aku kangen, Ty," bisiknya tepat di depan wajahku. Dia mencium ku lagi. Kali ini lebih dalam. Tangannya mulai bermain di punggungku. Lalu dia menarik tubuhku agar melekat padanya sehingga ciuman kami pun semakin membara.
"Aku ingin menikmatimu malam ini Ty," deru napasnya mulai memburu. Terlihat dia sudah mulai terangsang.
Ya, dan terjadilah seperti biasa. Selayaknya suami isteri hampir seminggu tidak bertemu. Terjadilah pertempuran. Aku melakukannya malam ini agak kasar dan dominan. Mulai dari pagutanku, caraku menghisap kepunyaan Steve, caraku memberi kecupan di dadanya. Semuanya terasa brutal. Aku seperti tidak mengenal diriku sendiri.
Untungnya Steve menyukainya. Entah kenapa, bayangan Rai membuatku kesal sehingga melampiaskannya pada gerakan demi gerakan saat bercumbu dengan Rai. Kali ini aku minta posisi di atas biar menguasai permainan. Aku sudah banyak belajar tentang gaya bercinta. Jadi aku sudah bisa mengimbangi Steve.
Setiap kali bertemu Rai, pasti aku akan jadi lebih dominan saat bercinta dengan Steve. Aku tidak mengerti apa yang terjadi.
"Kamu malam ini ganas sekali, Ty," ujar Steve masih ngos-ngosan selesai pertempuran denganku
"Namanya juga rindu," kataku menutupi kenyataan yang terjadi di hatiku
"Semoga besok merah-merah ini segera pudar," Steve menunjuk bekas merah cumbuan dari ku di bagian dadanya
"Kamu juga ganas malam ini. Aku beberapa kali keluar loh," godaku
"Ah sepertinya aku masih kangen netek deh," Steve membalikan badanku dan posisinya dia sudah di atas. Dan mulai mengulum putingku tanpa ampun.
Begitulah sampai hampir subuh. Dan yang membuat kami terkejut adalah, aku baru ingat jadwal suntik KB 3 bulan ku sudah lewat 3 hari lalu dan harusnya aku suntik dulu baru bercinta. Saking bergairah nya selama dua ronde pergulatan kami Steve selalu membuang cairannya di rahimku. Alamak. pertanda ngidam ini.