Melisa terpaksa menjalani kehidupan yang penuh dosa, demi tujuannya untuk membalaskan dendam kematian orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Positif
Rudy menyelinap masuk ke kamar Melisa karena ia tidak t4h4n ingin memadu cinta dengan bercocok tanam bersama isteri kecilnya.
Dan nyatanya suara keduanya yang sedang merenda kasih sampai juga ditelinga Lusi, saat itu Lusi terbangun ketika ia hendak ke kamar mandi.
Lusi mengira suaminya tengah menonton televisi seperti biasanya yang selalu menonton pertandingan bola.
Apa yang ia bayangkan ternyata salah. Karena saat langkah kakinya menuju ke pintu di mana kamar Melisa berada, jantungnya mulai berdetak kian cepat.
Sayup-sayup Lusi mendengar suara r4cauan dari suaminya yang terlihat sedang bermain p4n45 dengan Melisa.
Ternyata Rudy, suaminya tidak sedang menonton bola tapi pria itu malah sedang bermain bola bersama Melisa.
Seakan tahu apa yang mereka lakukan, Lusi bahkan menajamkan telinganya, karena saat ia akan membuka pintu ternyata pintu kamar Melisa terkunci.
Sudah di pastikan bahwa keduanya tidak mau terganggu, sehingga pintu kamar dikunci, ada rasa gerah menyelimuti dirinya, hati Lusi begitu sakit mendengar jerit yang keluar dari mulut Melisa.
Dengan rasa sakit Lusi berjalan menghindar dari Rudy dan Melisa yang sedang bekerja keras mewujudkan impian Rudy.
"Jadi kamu gak bisa tidur karena tidak tidur bersama Melisa ya mas." Batin Lusi disela air matanya yang sudah menetes dengan hati yang tercabik-cabik.
Lusi sadar akan konsekuensi yang akan diterima ketika tahu pengkhianatan mereka berdua malah ia jadikan alasan untuk Melisa bisa mengandung ben1h suaminya.
Pasti akan ada ikatan batin cinta diantara keduanya, terlebih lagi Rudy yang sangat perhatian dan telah lama diam-diam ada rasa pada Melisa.
Belum lagi keduanya sering bercocok tanam, sudah pasti Rudy akan c4ndu milik Melisa. Dan selalu ingin membajaknya setiap hari.
Dan akhirnya kegiatan itu berhenti saat waktu telah menunjukkan pukul jam 2 pagi, saat itu Rudy keluar dari kamar Melisa dengan langkah pelan.
Rudy tidak ingin sampai Lusi tahu bahwa dirinya sempat memasuki kamar milik Melisa, ia tak ingin menyakiti hati istri pertamanya.
Rudy tertidur di samping istrinya, dan karena lelah sehabis menghabjskan m4lam yang p4n45, akhirnya ia langsung terlelap tidur.
Sementara Lusi yang mendengar dengkuran halus suaminya, kini mulai membuka matanya, ia menoleh ke arah suaminya yang kelelahan.
Waktu telah berlalu cukup cepat, 2 Minggu setelah Lusi balik dari rumah sakit, ia selalu dirawat oleh Melisa dengan tulus.
Dan malam itu kembali Rudy kembali ke kamar Melisa untuk meminta jatahnya pada isteri keduanya.
"Ibu....." Batin Melisa terkejut kala ia tanpa sengaja melihat ibunya sedang mengintipnya yang sedang bermain bola dengan Rudy.
Namun karena Melisa sendiri juga tak bisa melarang bahkan menghentikan pergerakan Rudy di bawah sana, akhirnya Melisa hanya bisa diam sembari
Lusi yang tidak mampu melihat itu semua pun memilih kembali ke kamarnya, ia berusaha menutup matanya berusaha untuk tidur kembali.
##
Pagi itu Melisa merasakan malas saat ia akan memulai menyendokkan makanan yang baru ia masak ke mulutnya.
Rasa mual pun mulai terasa, belum lagi badannya terasa cepat lelah. Terlebih lagi rasa pening yang ia rasakan cukup membuatnya selalu ingin tidur.
Saat Rudy dan Lusi tengan menikmati sarapan, Melisa yang akan menyendokkan nasi ke dalam mulutnya pun mulai merasakan mual kembali, rasanya ingin muntah.
Dengan cepat-cepat Melisa pun berlari ke wastafel yang letaknya dekat kamar mandi, Lusi dan Rudy saling menatap satu sama lain dengan satu alis Rudy yang terangkat.
Tak lama terdengar suara muntahan Melisa yang cukup nyaring menyapa pendengaran pasangan suami isteri itu.
Rudy yang panik dengan isteri mudanya itu menyusul dan memijat tengkuk Melisa yang sibuk menumpahkan cairannya.
"Kamu kenapa Mel?" Tanya Rudy yang terlihat begitu khawatir pada isterinya.
"Entahlah ayah, Melisa merasa mual banget, udah gitu kepala Melisa pusing sekali." Jawab Melisa dengan memegangi kepalanya.
"Mungkin kamu hamil." Tebak Lusi yang langsung berbicara cukup keras.
"Apa hamil? Melisa hamil?" Seru Melisa yang tak menyangka dan menyadarinya.
Memang selama ini ia terlambat datang bulan sudah 2 Minggu, namun ia tak menyangka bahwa dirinya akan hamil secepat ini.
"Benarkah itu sayang?" Seru Rudy yang terlihat senang dan memeluk Melisa.
Lusi yang melihat rasa sayang Rudy yang begitu besar pada Melisa membuatnya sedikit iri.
"Coba kita ke dokter atau cek pake testpack." Cetus Lusi yang juga sebenarnya jika Melisa hamil, ia pun akan senang.
"Lebih baik coba pake testpack saja, nanti kalo positif baru ke dokter. Gimana ayah?" Ucap Melisa yang menyarankan itu pada suaminya sekaligus memberi jawaban pada pilihan ibu angkatnya.
"Baiklah jika kamu inginmya seperti itu, mas lebih baik kamu cepat pergi ke apotek untuk membeli alat tes kehamilan untuk Melisa." Titah Lusi pada suaminya.
Rudy langsung mengangguk cepat, ia pun juga penasaran apakah ia berhasil membuahi Melisa atau tidak. Pasalnya setelah sebulan lebih menikah Rudy rutin mengajak Melisa dengan kegiatan suami istri itu.
Dengan semangat empat puluh lima, Rudy langsung keluar dari rumah untuk melajukan mobilnya menuju ke apotek terdekat.
Di apotek Rudy pun meminta alat uji kehamilan yang cukup mahal dan terbukti akurat dalam mendeteksi kehamilan dini.
Tak tanggung-tanggung Rudy membeli lima alat uji itu dengan berbeda merk. Tak lama Melisa menunggu cukup lama akhirnya Rudy pun datang dengan membawa kantong plastik berisi alat uji itu.
"Sudah buruan Mel di coba?" Ucap Lusi menginstruksikan pada melisa.
"Baik ibu, ayah ayo temani Melisa." Manja Melisa yang saat itu ia tanpa sadar merajuk di hadapan Lusi.
Lusi yang melihat kemanjaan Melisa mulai jengah pada madunya, dan terpaksa Lusi mengizinkan suaminya itu untuk menemani Melisa sampai ke dalam kamar mandi.
Di dalam kamar mandi Melisa menaruh urune yang baru saja ia keluarkan kedalam wadah, lalu ia langsung membuka satu persatu alat uji itu seluruhnya.
Kemudian mencelupkannya pada urine yang ia tampung tadi, jantung Rudy semakin berdegup ingin segera mengetahui hasilnya.
Sedangkan Lusi menunggu di dalam kamar, hingga tak lama Melisa dan Rudy keluar dari kamar mandi.
"Sudah kamu lakukan sesuai yang ada di keterangannya kan Mel?" Tanya Lusi sesaat Melisa baru saja keluar dari kamar mandi.
"Iya Bu, tunggal tunggu beberapa menit saja." Ucap Melisa.
Rudy yang berdiri di samping Melisa juga ikut gelisah, tangannya menggenggam istrinya. Hingga Lusi tak sengaja menatap genggaman suaminya pada madunya itu.
3 menit kemudian setelah waktu berakhir akhirnya Melisa melihat satu persatu isinya dan hasilnya sesuai apa yang di perkirakan Lusi, bahwa Melisa tengah hamil.
"Postif Bu..,ayah. Melisa hamil." Seru Melisa dengan memperlihatkan satu persatu hasilnya yang menunjukan dua garis merah.
Sontak saja Rudy dan Lusi ikut senang, bahkan Rudy tanpa sadar langsung melabuhkan alat ucapnya pada milik sang isteri.
Melisa yang refleks pun m3mb4l4s setiap p4gu t4n itu, dan mereka melakukan itu di depan Lusi yang malah makin tersingkirkan.
Lusi yang jengah pun meninggalkan pasangan gil4 itu, dan Rudy pun melepaskan p4gut4n itu saat dirasa pasokan udara hampir menipis.
"Selamat ya sayang, ayah senang akhirnya impian ayah terkabul juga. Kita akan punya anak sayang." Seru Rudy sekaligus tangannya menghapus jejak saliva pada b1 b!r Melisa.
"Ayah senangkan Melisa akhirnya bisa hamil?"
"Tentu saja sayang." Jawab Rudy yang memeluk Melisa dengan eratnya.