Novel ini kelanjutan dari Cinta di atas menara ( pencuri hati pria lumpuh)
Arabella adalah seorang gadis muda yang terpaksa menikahi seorang pria yang sangat membenci wanita.
Di matanya semua wanita adalah sumber penderitaan.
Tapi seiring berjalannya waktu pemikiran itupun berubah,dan semua sudah terlambat.
Perlakuan kasar dan tidak manusiawi yang Bella terima selama ini telah mengubah hatinya yang tak lagi menginginkan cinta dari suaminya. Bella pun memilih pergi meninggalkannya. Nah apa yang akan terjadi selanjutnya?
Dan siapakah Arabella? adakah hubungannya dengan Devan dan Andara? Bagaimana kisah selanjutnya..?
Yuk simak di karya terbaruku.
Jangan lupa like, subscribe dan komentar yang baik baik ya 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewidewie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Deg
Bella merasakan tubuhnya semakin gemetar setelah mendengarkan sendiri apa yang dikatakan oleh Saga dan Raga. Ternyata apa yang dilakukannya selama ini sama sekali tidak berarti apa apa untuk suaminya.
Memang awalnya mereka menikah karena bisnis keluarga, tapi tidak dipungkiri Bella mengharapkan sebuah keluarga yang sempurna.
Air matanya tiba tiba mengalir deras di sudut netranya dan tubuhnya yang semakin rapuh pun bersandar di dinding yang dingin.
Najwa melihat sahabatnya luruh dan bersandar dengan mata sembab " Bell, kamu kenapa?" Najwa mengusap punggung Bella.
Bella yang tersentak dengan sentuhan lembut Najwa segera mengusap air matanya dan menatap kedua netra yang berada di depannya, mencoba mengukir senyum yang penuh paksaan di sudut bibirnya " Enggak apa apa kok Wa, ehm ada debu yang masuk mata kayaknya. Udah yuk kita siapkan makan malam, kamu panggil gi papa Raga dan kakak kamu!" Tanpa menunggu jawaban dari Najwa, Bella bergegas meninggalkan tempat itu menuju meja makan dan mulai menyiapkan makan malam.
Najwa tertegun menatap Bella " Ah gak mungkin ada debu masuk matanya, rumah ini bersih tak ada debu. Pasti ada sesuatu yang disembunyikannya" Batinnya kemudian menatap daun pintu kamar pamannya.
Ceklek
Tiba tiba tanpa diketok, pintu sudah terbuka.
" Oh kebetulan kak Saga sudah keluar, di mana paman? Yuk makan malam bersama"
Ucap Najwa dengan manja namun jawaban Saga tak sesuai harapan, Saga nampak murung dan terlihat jelas sedang menahan amarahnya.
" Aku akan pulang, di mana Bella?"
Mendengar suara Saga yang mencarinya dan untuk pertama kali setelah menikah dia menyebut namanya, Bella segera bergegas menghampirinya
" Iya tuan Saga, anda mencariku?"
"Kita pulang sekarang " Jawabnya dingin tanpa ekspresi, tanpa menunggu jawaban dari istrinya Saga pun melangkah meninggalkan rumah Mahendra.
" B-baiklah " Bella ikut berjalan di belakangnya, sekilas menoleh dan menatap pada Najwa. Tatapannya nampak penuh tekanan, senyum palsu yang terukir pun terlihat berselimut kesedihan.
Tidak butuh waktu lama Saga dan Bella tiba di apartemen.
" Kenapa anda tiba tiba mengajakku pulang tuan?" Tanya Bella.
Saga tak menjawab, tangannya mengepal kuat, dengan tatapannya yang dingin '' Lebih baik kamu tidak banyak bertanya!"
" Ampun tuan" Rengek Bella dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.
Plaks
Satu tamparan mendarat dengan keras di wajahnya hingga darah segar mengalir di sudut bibirnya " Hiks hiks ampun tuan, maaf aku tidak akan banyak bertanya lagi hiks hiks hiks" Dengan lusuh, Bella bersimpuh di kaki Saga sambil mendekapnya dengan erat.
Tanpa belas kasihan, Saga pun menendang tubuh Bella hingga tersungkur di lantai
" Kamu memang brengsek, kamu menjual tubuhmu kepadaku dan jangan pernah berharap lebih! Sekarang pergilah! Aku muak melihat wajahmu!"
Bella terus saja menangis dan beranjak perlahan kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.
Air matanya terus mengalir meratapi nasibnya. Langkahnya gontai seakan tak sanggup lagi untuk berdiri. Tanpa alasan yang jelas suaminya selalu marah marah, seolah olah apa yang dilakukan selalu salah di matanya.
Bella terus menyusuri jalanan sepi sambil menangis, suami yang diharapkan bisa berubah seiring berjalannya waktu, ternyata nihil. Bukannya menjadi lebih baik tapi justru semakin kejam menyiksanya seakan dirinya bukan lagi manusia melainkan sebuah patung yang hanya disediakan untuk menjadikannya pelampiasan nafsu amarahnya saja.
Tiba tiba kakinya seakan lemas dan tak bisa lagi menyangga tubuhnya, pandangannya kabur.
Bella terjatuh dan pingsan begitu saja di pinggir jalan.
...🧡🧡🧡...
Erina semakin penasaran dengan gudang tua yang berada di belakang rumahnya.
Dan anehnya lagi keluarga Bertrand bukanlah keluarga biasa tapi memilih tinggal di rumah sederhana yang tidak ada tetangga.
Dulu pernah tinggal di komplek perumahan elit tapi tidak lama dan memilih kembali tinggal di rumah sederhananya dengan alasan agar Bella tidak menjadi gadis sombong.
Saat suaminya sedang bekerja, diam diam Erina menyelinap ke belakang untuk mencari tahu apa yang sudah disembunyikan Bertrand darinya selama dua puluh tahun ini.
Karena saat ini Erina sudah bisa berjalan, jadi tidak membutuhkan kursinya lagi. Erina mulai beranjak untuk segera melangkah perlahan memasuki ruangan tersebut.
Erina merasakan ada sesuatu yang berdebar di dalam tubuhnya begitu mulai menginjakkan kakinya di depan pintu gudang.
" Ah kenapa dadaku berdegup kencang, ada apa ini? Apa yang sebenarnya berada di dalam sana?" Batinnya sambil memegangi dadanya.
Tiba tiba seseorang menepuk pundaknya, membuatnya melotot tajam dan berhenti melangkah. Erina memutar tubuhnya perlahan.
Deg
" Ah bibi, mengagetkanku saja" Gumam Erina sambil mengelus dadanya.
" Nyonya sudah bisa berjalan lagi?" Tanya bibi sambil membawa sebuah mangkuk kecil di tangan satunya.
Erina menghela nafasnya panjang " Iya bi, tapi tolong jangan kasih tahu Bertrand dulu. Aku mau memberikan kejutan kepadanya"
Bibi mengangguk dan tersenyum" Oh iya, nyonya ngapain di sini? Tolong nyonya pergilah kalau sampai tuan besar tahu anda memasuki gudang ini akan menjadi masalah besar".
Erina menatap sebentar wajah paruh baya yang berada di depannya kemudian beralih pada pintu rapuh dari gudang yang berada di sampingnya" Tapi bi, aku penasaran ada yang Bertrand sembunyikan dariku di dalam sana".
" Nyonya Erina, bibi takut nyonya terkena marah tuan Bertrand, nyonya kan tahu bagaimana tuan kalau dibantah " Ucap bibi dengan tatapan teduh.
Deg
Erina menatap tajam dan menunjuk pada dirinya sendiri" Erina? Bibi memanggilku Erina?"
Bibi pun mengangguk
Erina mencoba mengingat semua masa lalunya dan semuanya sudah jelas di dalam pikirannya kalau dirinya bukanlah Erina.
" Bi, namaku Andara, bukannya Erina"
Bibi pun terkejut dengan pengakuan dari Erina, matanya membulat sempurna
" Jadi nyonya sudah ingat semuanya, syukurlah nyonya"
Erina atau Andara memegangi pundak wanita paruh baya itu " Bibi, tapi jangan katakan apapun pada Bertrand aku mohon".
Bibi mengangguk perlahan, wajahnya mengukir senyum dan membalas usapan lembut tangan Andara.
" Nyonya Andara, karena anda sudah ingat semuanya mari ikut bibi" Bibi menarik tangan Andara dan membawanya masuk ke dalam gudang tua itu.
Ternyata gudang tua itu memiliki jalan yang panjang menuju ke sebuah tempat rahasia.
Andara tetap berjalan mengikuti bibi masuk semakin dalam ke tempat yang mirip dengan lorong panjang itu.
" Bibi, kenapa ada tempat seperti ini di sini tapi aku tidak tahu ?" Tanya Andara sambil terus melihat ke sekeliling.
" Itu karena nyonya menderita amnesia dan lumpuh jadi tidak bisa berjalan jalan di sekitar sini" Jawab bibi asal.