seorang perwira tentara yang memiliki masa lalu kelam dengan ayahnya dan akhirnya dia menemukan cinta pertamanya
* maaf ya kalo jelek pemula soalnya😁
semua isi cerita ini hanya fiksi belaka. tempat kejadian, nama tokoh, musuh dan lainnya merupakan ide dari author itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kirput10i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rindu
Bab 17
Mereka tidak ada habisnya, mereka sangat banyak hingga aku kewalahan.
" Ugh...mereka engga ada habisnya..." Ucapku dengan mengusap daguku menggunakan punggung tanganku.
Bahkan tenk kami hampir tidak bisa mengalahkan mereka karena mereka sangat banyak. Hingga beberapa dari mereka berhasil menerobos dan memasuki hutan." Oh tidak, mereka memasuki hutan " gumamku. Aku segera menghubungi yang bertugas menjaga hutan.
" Tim penembak, siaga! " Ucap singkatku
Aku mengikuti mereka ke hutan dan mengendap-endap mengikuti mereka melewati semak-semak. Tidak lupa aku memasang alat komunikasi di telingaku untuk memberi sinyal pada mereka. Kapten penembak tersembunyi entah dimana itulah mengapa seandainya dia tidak menerima sinyalku aku masih ada cara lain.
Seperti jendral yang aku dolakan di masa lalu.....
Musuh sepertinya tidak tahu arah jalan menuju pemukiman padahal hanya lewat kiri, lalu ada perempatan, lalu belok kanan, Lalu lurus terus, lalu ada tanjakkan, lalu kanan lagi, lalu ada hutan hewan liar, lurus terus dan sampai, semudah itu. Tapi aku harap mereka tidak menemukannya.
Aku bersembunyi di balik semak-semak, aku mundur kebelakang karena untuk mencari posisi nyaman, namun sialnya aku menginjak ranting yang sangat banyak di belakangku.
* Krekk!
" Ah sial! " Gumamku
Aku mengatakannya sambil menengok kebelakang untuk melihat rantingnya. Tapi saat aku berbalik musuh sudah di hadapanku dengan senjata mereka, mereka mengancamku akan menghabisiku.
" Angkat tangan! "
Aku menuruti permintaan mereka tapi, aku tidak merasa takut sama sekali karena....
Mereka sudah datang.
" AKH...! " teriak salah satu dari mereka hingga tewas.
" Apa yang terjadi?! " Tanya seorang dari mereka.
Aku memberi tahu mereka apa yang terjadi dengan melirik ke belakang mereka. Saat mereka menengok ke belakang, mereka di lihatkan sekumpulan tim penembak yang bergelantungan di atas pohon.
" AKH.....! " Teriak lagi salah seorang dari mereka hingga tewas.
" Tepat sasaran..." ucap salah satu penembak.
" Hm...bagus Raka...." Jawabku dengan melihatnya di atas pohon.
Raka hanya tersenyum melihatku dengan memegang senapannya. Lalu dia turun dan menuju ke arahku, dia melihat kondisiku yang lumayan mengenaskan padahal aku baik-baik saja.
" Ehh...lu tawuran pake apaan Cok? " Tanyanya
" Pake palu..." Jawabku
" Bajulu robek-robek tapi mukalu baik-baik aja? " tanyanya dengan melihat wajahku
" Terus pake palu lagi, emang kerasa apaan? "
Aku mengeluarkan palu yang aku maksud dan matanya langsung terbelalak.
" Ini palunya...." Jawabku dengan menunjukkan paluku.
Dia berkedip beberapa kali Dan terbelalak, wajahnya seperti tegang karena melihat palu yang aku bawa.
" Eee...."
Aku bertanya " kenapa? "
Dia hanya terdiam dan menggelengkan kepalanya untuk menjawabku. Aku mendengar suara teriakan dari tempatku, aku harus kesana untuk membantu mereka. Tapi Raka mengatakan dia ingin ikut bersamaku, dia bilang dia ingin membantuku menghadapi musuh. Lalu aku melihat ketua timnya dan bertanya apakah boleh Raka ikut bersamaku.
Ketua regunya mengizinkannya tapi hanya Raka saja, yang lainnya tidak boleh ikut.
" Yess!! " Ucap Raka dengan melompat.
Aku berterima kasih dengan ketuanya dan pergi bersamanya. Ini untuk ke seratus kalinya kami bertugas bersama, tapi di Medan perang.
Kami sampai di tempat perangku
" Nah Raka, lu di belakang aja, soalnya lu penembak. " Kataku dengan menunjuk tempat dimana Raka seharusnya.
" Siap ketua...." Jawabnya dengan hormat
" Faisal! Mereka telah menghabiskan sebagian besar pasukan kita! Apa yang harus kita lakukan...? " Teriak salah satu rekanku.
Kurasa aku tidak punya pilihan lain, saatnya aku menggunakan palu yang di berikan ibuku. Palunya sebesar badanku dan sangat berat, tapi itu tidak masalah karena aku kuat.
" Saatnya menjadi Werkudara..." Ucapku pelan
Aku melihat di depan para musuh sedang menuju arah kita, aku pun berlari ke arah mereka dan mengeluarkan paluku dan menghatam mereka. Semua musuh jatuh tersungkur, ada salah satu dari mereka terkena paluku dan kepala mereka hancur dan tertancap ke dalam tanah.
Paluku yang cantik ini jadi dipenuhi darah mereka, aku membersihkan paluku dan mulai menancapkan paku lagi.
" Gua engga nyangka Faisal bisa se sadis itu...." Ucap Raka yang melihatku dari belakang.
Matahari mulai terbenam dan kami kembali ke barak masing-masing dan akan melanjutkan pertarungan kami besok pagi. Ini salah satu perjanjian kami, jika matahari terbenam kami harus kembali ke barak agar bisa istirahat.
Aku sampai di barak dan aku melihat Amir. Aku ingin menyapanya tapi....
" Hai am...mir...? " Sapaku yang perlahan
Dia melihatku dan hanya melambaikan tangannya. Aku menghampirinya dan melihat tubuhnya yang penuh darah. Darah itu dibersihkan dari rubuhnya, tapi itu bukan darahnya bahkan tubuhnya baik-baik saja, tidak ada luka sama sekali.
" Eee.....Amir, itu badan lu? " Tanyaku dengan menunjuk tubuhnya.
Dia melihat tubuhnya dan menjawab dengan santainya. " Oh..ini darah musuh! "
Astaga seperti biasa dia sesadis itu tapi untungnya di ceritanya dia hanya memenggal kepala musuhnya dan tidak lebih buruk lagi.
Aku pergi ke jendela yang terbuka dan menyandar disana. Melihat cahaya bulan dan mendengar suara ombak dari lautan, tidak lupa suara jangkrik yang berbunyi. Hembusan angin yang menerpa wajahku membuatku merasa sejuk dan tenang.
Tapi aku melihat tempat ada jembatan kayu setengah di laut, tempat itu persis dimana aku dan Irma pertama kali mengobrol. Melihat itu aku jadi teringat dia kembali, aku tidak mengerti akhir-akhir ini aku jadi terus mengingatnya kapanpun dan dimanapun, apakah aku merindukannya?
Aku terdiam dan melamun tapi saat aku melamun aku tersadar dengan tepukan di pundakku. Itu Amir yang menepuk pundakku.
" Gua tau lu lagi ngapain..." Katanya dengan memegang pundakku
" Lu lagi kangen seseorang kan? " Tanyanya seperti tau isi pikiranku
" Gua kalo ngeliat pemandangan kayak gini jadi keinget mantan gua dulu..."
" Dia putusin gua di tempat kayak gini gara-gara ga tahan sama pekerjaan gua...."
" Tapi mantan gua ada benernya....."
" Gua jarang pulang, terus selalu lupa janji "
" Yah sekarang gua sendiri..."
Aku hanya melihatnya dengan kasihan, aku tahu Amir tidak berniat meninggalkan mantannya. Hanya saja pekerjaan yang menghalangi mereka untuk terus bersama.
" Ngomong-ngomong udah malem, tidur gih...." Ajaknya dengan menguap
Aku hanya mengangguk untuk menjawabnya, karena aku jadi agak sedih mengingat kenangan yang aku buat dengannya sebelum aku pergi, sudah satu bulan aku meninggalkanya dan kini aku sangat merindukannya.
Andai aku bisa melihatnya satu kali saja itu bisa mengobati rasa rinduku. Tapi kelihatannya itu mustahil aku saja tidak tahu dimana dia sekarang. Dia tidak mungkin di desa kaki naga karena tempat itu dikosongkan untuk menghindari bahaya perang bagi masyarakat. Dan aku juga sangat merindukan emak akhhh sekalian saja aku kangen bapakku!
Tapi hanya merindukan mereka tidak ada gunanya aku harus menyelesaikan perang ini agar bisa bertemu mereka, tapi kelihatannya menemui ayahku agak mustahil karena dia....
Ah sudahlah, sudah mulai malam Amir juga sudah sampai di kamarnya aku juga harus sudah ada dikamarku untuk rebahan di ranjang yang keras.
Tubuhku banyak sekali luka, dan badanku juga sakit mungkin karena terkena pukulan dari musuh. Aku harus tidur lebih cepat malam ini agar mereka melihatku sehat dan bugar.
dynamic Irma and Faisal lucu kalii, tpi kasihani lh si Raka, ditampar muluw :'D
baguss omagahh, gk nyangka sebagus itu jujur. Keep growin' !!