NovelToon NovelToon
SEBATAS TEMAN TIDUR

SEBATAS TEMAN TIDUR

Status: tamat
Genre:Cinta Seiring Waktu / Romansa / Tamat
Popularitas:171.6k
Nilai: 4.8
Nama Author: Chyntia R

Medeline Arcela Forza, dijual oleh Kakak tirinya di sebuah tempat judi. Karena hal itu pula, semesta kembali mempertemukannya dengan Javier Antonie Gladwin.

Javier langsung mengenali Elin saat pertemuan mereka yang tak disengaja, tapi Elin tidak mengingat bahwa dia pernah mengenal Javier sebelumnya.

Hidup Elin berubah, termasuk perasaannya pada Javier yang telah membebaskannya dari tempat perjudian.

Elin sadar bahwa lambat laun dia mulai menyukai Javier, tapi Javier tidak mau perasaan Elin berlarut-larut kepadanya meski kebersamaan mereka adalah suatu hal yang sengaja diciptakan oleh Javier, karena bagi Javier, Elin hanya sebatas teman tidurnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17. Pernyataan (Javier POV)

Terkadang aku penasaran apakah Elin tidak pernah mengingat sosokku di masa lalu sama sekali? Bukankah seharusnya ia bisa mengingat mengenai aku meski samar-samar karena dulu dia adalah seorang bocah kecil yang sempat tinggal di Mansion orangtuaku?

Keingintahuanku mengenai hal itu, membuatku ingin sekali bertanya pada Elin terkait ingatannya tentang aku di masa lalu, tapi entah kenapa bibirku selalu terasa kelu jika sudah berada bersamanya di pembaringan yang sama. Hingga ku putuskan untuk selalu memejamkan mata lebih dulu untuk membuat diri ini segera tertidur.

"Kak?"

Lagi, Elin selalu memanggilku dengan suara yang cukup menggangguku. Sebenarnya itu terasa mengganggu karena pikiran-pikiran kotorku sendiri. Bagaimana tidak, aku pria normal yang mati-matian menahan gejolak saat berada begitu dekat dengannya. Jujur saja, has ratku padanya seringkali muncul menggebu-gebu sehingga setiap ini terjadi aku selalu merutuki diri demi menahan perasaan ingin menyergap Elin saat itu juga.

Sepertinya, ucapan ibu benar jika tidak seharusnya Elin yang menjadi teman tidurku karena aku bisa saja lepas kendali, tapi logikaku selalu mengatakan jika Elin adalah seorang bocah yang tidak sepatutnya ku sentuh.

Oleh karena hal itu pula, setiap malam naluri dan logikaku selalu berperang disaat aku dan Elin sudah berada diatas ranjang seperti ini.

"Kenapa, hmm? Tidurlah, Elin." Aku selalu menghindar lebih dulu agar tidak terlibat percakapan dengannya, karena aku tak mau menatap Elin dalam keadaan seperti ini atau akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan olehnya nanti.

"Iya, aku akan tidur." Suara Elin terdengar kecewa. Ah, apa sebenarnya yang ingin ia tanyakan padaku? Kenapa aku jadi merasa bersalah telah menolak obrolannya lagi dan lagi.

...***...

Seperti pagi-pagi biasanya, aku duduk di stool bar dan memperhatikan Elin yang sedang membuat sarapan untukku.

"Kak, apa kau akan bekerja?" Mata lentik itu tiba-tiba menghadapku, menghentikan aktivitasnya yang sedang memasak omelette diatas pan yang terpasang di kompor listrik.

"Hm..." sahutku singkat.

"Ini hari Minggu dan kakak tetap bekerja? Sebenarnya apa pekerjaan kakak?"

Aku terbatuk saat itu juga, jujur saja aku lupa jika ini hari Minggu. Aku terlalu bersemangat saat melihat pakaian kerjaku sudah lengkap dan disediakan oleh gadis itu.

"Kak, kau tidak apa-apa?" Elin memberiku tisu karena tadi aku terbatuk akibat teh yang ku seruput.

"Kau tau ini hari Minggu tapi kenapa masih menyiapkan pakaian kerjaku?" tanyaku sembari menyambut tisu dari Elin lalu mengelap ujung bibirku.

"Dan kenapa kakak memakainya? Apa kakak lupa jika ini hari Minggu?"

Aku mengulumm senyum karena ucapannya, tak lama terdengar tawa kecil dari gadis itu. Aku senang dia mulai terbiasa denganku di Apartmen ini.

"Liontinmu bagus. Kau beli dimana?" tanyaku memancingnya. Aku ingin tau apa dia ingat asal mula liontin yang ia kenakan itu?

"Ah, ini." Elin memegang bandul liontinnya yang berbentuk bunga tulip. "Kata ibu, ini pemberian dari majikannya dulu. Beliau sangat baik, sayang aku tidak mengingatnya."

Dan ucapan Elin cukup membuatku tercengang beberapa saat. Apa maksud Elin dengan tidak mengingat siapa majikan ibunya? Apa dia melupakan ibuku?

"Kenapa kau tidak mengingatnya?" tanyaku datar.

"Entahlah, mungkin karena dulu aku pernah kecelakaan. Ibu bilang, saat itu aku mengalami amnesia temporer, tapi tidak ku sangka jika akibat kejadian itu aku tetap melupakan banyak hal-hal dimasa lalu."

Dan penjelasannya ini merupakan jawaban. Elin tidak ingat siapa aku. Elin melupakanku dan ibu. Pantas saja dia tidak pernah mengatakan jika wajahku familiar atau seperti pernah mengenalku. Entahlah.

"Kak? Kau jadi mau bekerja?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Bantu aku melepaskan dasi," kataku selanjutnya. Aku sendiri tidak tau kenapa bisa mengatakan hal itu, seperti tercetus begitu saja.

Dengan gerak sigap, Elin tiba-tiba sudah berdiri didepanku. Tubuhnya yang mungil sudah tepat dihadapanku yang masih duduk di stool bar dan posisi ini justru membuat tinggi tubuh kami hampir setara.

"Kakak diam disana, sepertinya akan lebih mudah membuka dasinya jika kakak duduk saja disana."

Entah kenapa juga aku menurut, tangan Elin mulai menuju leherku untuk membuka simpul dasi. Hal ini mengingatkanku pada kejadian kemarin dimana aku kelepasan dan hampir menciumnya. Tapi, buru-buru aku mengenyahkan pemikiran seperti itu. Hal konyol itu tak akan terjadi lagi karena aku takut membuat kesalahan dengan menyentuh Elin walau hanya secuil.

"Aku menyukai kakak," cicit Elin didepan wajahku. Bibirnya bergerak dengan pelan dan matanya menatapku dengan serius.

"Aku tidak tau sejak kapan aku merasa nyaman bersama kakak tapi aku cukup bisa mengartikan jika sekarang aku mulai menyukai kakak."

Tubuhku membeku. Penuturan Elin kali ini sungguh diluar ekspektasi ku, pun diluar prediksiku. Aku speechless karena dia begitu polos dan jujur mengakui perasaannya itu.

"Kak, jawab aku kak."

Buru-buru aku melepaskan tangan Elin yang tadinya masih berniat melepas dasiku, aku tau benda itu sudah terlepas beberapa saat sebelumnya namun Elin masih tetap memegangnya disana.

"Hahaha, kau bicara apa Elin?"

"Aku serius, kau tau aku serius dengan hal ini, Kak."

"Lalu?" tanggapku tak acuh, padahal hatiku seperti dilempar petasan yang seakan menyadarkan ku akan keadaan dimana aku memang bisa saja membuat Elin menyukaiku karena keadaan yang sengaja ku ciptakan diantara kami berdua.

"Apa kakak tidak merasa menyukaiku?" Bibirnya itu kembali bergerak dengan teratur seiring dengan kosa-kata yang keluar dari sana.

Aku meneguk ludah dengan susah payah. Tidak, aku tidak boleh terjebak rasa pada gadis ini. Dia hanyalah bocah kecil yang tidak sepatutnya ku balas rasa. Dia hanya akan menjadi alat balas dendam ku terhadap Liam suatu saat nanti.

Akhirnya aku kembali tertawa untuk menanggapi pernyataan Elin.

"Aku juga menyukaimu, Elin. Aku menyukaimu sebagai partner tidurku," kataku dengan cuek.

Ku lihat matanya mengerjap beberapa kali, sepertinya dia sedang mencerna perkataanku.

"Kau tau, aku selalu menyukaimu selagi kau masih bisa membuatku tertidur nyenyak."

"Kak? Kau tau maksud dari perkataanku kan?"

Aku mengangguk. "Dengar, Elin. Kau terlalu muda untuk mengartikan rasa. Dan, ku pikir kau harus mengkaji ulang perasaanmu itu agar tidak salah mengartikan. Kau hanya terlalu nyaman bersamaku bukan menyukaiku dalam arti lain."

"Tapi, Kak. Aku tau kau juga menyukaiku!" ucap Elin keras.

"Oh ya? Darimana kau bisa menebaknya?"

"Kemarin kau hampir menciumku?"

Aku tertawa kencang. "Aku ingin menciummu? Mungkin kau saja yang salah mengartikan setiap pergerakanku," kataku menghindar.

"Aku tau kak!"

"Ya, kalaupun memang iya, itu mungkin karena aku menganggapmu sebatas teman tidurku, Elin. Kau mau ku cium? Aku akan menciummu jika kau mengharapkannya, tapi jangan artikan itu sebagai pertanda aku menyukaimu karena pria bisa melakukan hal itu pada siapa saja yang diminatinya."

"Jadi, kau berminat padaku tanpa menyukaiku?" Elin kembali menebak.

"Bisa dibilang begitu." Aku mendekat padanya, dengan niat mengintimidasinya. "Jadi, jangan kira jika aku melakukan itu karena aku menyukaimu, bisa jadi aku begitu hanya karena naluriku sebagai seorang laki-laki," jawabku terus-terang.

Elin tertunduk, aku jadi merasa kesal pada diriku sendiri karena menegurnya begitu keras. Padahal, aku tau dia hanyalah gadis polos yang mungkin dengan susah-payah menyatakan rasa. Aku hanya tidak mau dia berharap lebih padaku. Aku takut dia akan terluka nantinya karena diakhir aku akan memanfaatkannya.

"Jangan pupuk perasaan itu jika kau benar-benar menyukaiku. Kau akan kecewa, Elin. Jadi, hilangkan rasa itu sebelum kau terlanjur sulit untuk membuangnya."

Elin pergi dari hadapanku dengan mata berkaca-kaca. Aku menarik nafas dalam-dalam melihat kepergiannya.

...Bersambung ......

1
melting_harmony
Luar biasa
Masal Njeber
Biasa
S.Syahadah
menurut aku cerita nya ringan dan ga mau berhenti baca hehe
S.Syahadah
ini udh bab berapa ya aku kenyamanan baca hahaha
COOL_I4N
nice thor. suka endingnya. tp alangkah lebih klimaks kl gak ada adegan javier mengotori tangannya membunuh liam+irina hik hik. membalas nya gak perlu sadis2 thor ky di dunia mafia.
COOL_I4N: tp aku mau baca karya author yg lain. semoga lebih bagus dr novel ini. semangattttt thor
total 1 replies
COOL_I4N
jav+daddy nya sadis amat tho ky mafia aja yg udah biasa haus darah😭😭😭😭😭😭 agak so sad endingnya sadis gini.
COOL_I4N
wah harus nya liam dan irina di adu domba saja biar mereka saling menghabisi/menyiksa satu sama lain. sayang jav harus mengotori tangan nya sendiri
COOL_I4N: apalg irina kan punya keluarga yg notabene adalah keluarga orang kaya jg pasti punya kuasa apa gak resiko kl sampai mereka tau irina dibunuh
total 1 replies
COOL_I4N
wahhh kecewa thor kurang hot wkwkwkkw tp tetep romantis kok. mau thor untuk next ada detailnya. secara ini kan novel dewasa kok sopan amat ky novel teen aja xixixixixixi🤭🤭🤭🤭
COOL_I4N
yeayyyyu ada part extra tq thor. soalnya msh nunggu adegan malam pertama elin dan jav nih 🤭🤭🤭🤭
COOL_I4N
so sweeeeeettt 😍😍😍😍😍😍😍😍
COOL_I4N
thorr adegannya jangan sopan2. buat sampe elin dan javier skidipappappap🤣🤣🤣
COOL_I4N
aku suka detail2 kecil spt ini thor. author gambarkan jav melihat sekitar untuk memastikan ini dunia nyata atau mimpi setelah mendengar perkataan elin
COOL_I4N
huaaa sedihnya jd jav sampe gak bs bedain yg mana mimpi yg mana kenyataan😭😭😭😭 tolong endingnya yg klimaks ya thor. aku suka banget adegan dan dialog novel ini. sampe author bs buat adegan pertemuan elin dan jav dr jeruk nggelinding. surprise bgt pdhl pas baca awal elin udah nyiapin nata2 tempat buat piknik sampe ke dapur dan tau jav sdh datang kesan nya kok jd udah gak surprise. tp sekali lg author kasih surprise ke pembaca bs kasih adegan dan dialog yg bagus. suka suka suka
COOL_I4N
tp aku percaya pdmu thor mau dibawa kemana plot ceritanya
COOL_I4N
harusnya mama jav segera kabarin jav jangan ambil tindakan sendiri takutnya malah nglakuin kesalahan kehilangan kesempatan untuk nyelamatin elin dan bikin jav tambah marah. kan bs sampaikan pesan ke jack kl jav susah diajak omong
COOL_I4N
ya ampunt thor kasian jav 😭😭😭😭 aku bs bayangin kl jav depresi sampe pingin tidur trs. aku sendiri kl stres sedih bgt rs nya kepingin tdr gak bangun2. udah males ngapa2in, makan jg udah gak nafsu
COOL_I4N
ya ampun kasian jav sampe kepisah 2 th sm elin 😭😭😭
COOL_I4N
jahatnya nanggung thor. krn apa yg liam + irina lakukan dg rencana menjual elin bukannya berniat menghilangkan nyawa nya saja itu akan beresiko terbongkarnya kejahatan mereka
COOL_I4N
oh so sweet sekali pembicaraan javier & elin di gedung bioskop
COOL_I4N
so sweeeeeet jav😍😍😍😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!