"Rasya! Berikan suamimu pada kakakmu, dan ambil bekas suami kakakmu!"
Seperti sebuah sambaran petir yang mampu menghancur leburkan tulang belulangnya. Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba sang papa menyuruh menukar suami atas permintaan kakaknya.
..
Tidak tahu mengapa orang tua Rasya selalu memperlakukannya begitu buruk, hanya mendapatkan barang bekas dari kakak kandungnya untuk bertahan hidup. Suatu ketika, Rania meminta papa nya untuk menukar suaminya dengan suami adiknya yang langsung diiyakan oleh papahnya.
Hancur sudah hidup Rasya, sebelum akhirnya dia menyadari satu kebenaran bahwa kakaknya sudah mengambil sang suami yang sudah menjadi barang bekasnya.
Sedangkan suami baru Arasya ternyata belum pernah menyentuh Rania, dan untuk pertama kali dia mendapatkan barang baru.
Bukan hanya itu, fakta lain tentang kehidupan suaminya juga terkuak seiring berjalannya waktu dan yang lebih mengejutkan ternyata Saka adalah seorang crazy rich!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Azzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Angkuh
"Aku memang sudah bekerja menjadi sekertaris CEO di perusahaan yang sama tempat mbak Rania dan mas Dimas kerja. Kalau mama tidak percaya bisa tanya ke mereka."
"Apa?!" Mama Santi sangat terkejut mendengarnya. Bisa-bisanya Rasya yang derajatnya jauh lebih rendah dari Rania harus bekerja di kantor. Tidak mungkin, mama Rasya tak percaya begitu saja jika Rasya hanya mengatakan tanpa memberikan bukti.
"Tidak mungkin! Mana mungkin kau bisa diterima kerja di perusahaan sebesar itu?! Jangan mimpi kamu, Rasya! Kamu itu hanya lulusan kampus kecil dan tidak memiliki kemampuan apapun, mana mungkin kamu bisa lolos tes masuk kerja kesana!"
"Sudahlah, Ma. Kalau mama tidak percaya juga tidak apa-apa, aku memang tidak pernah meminta kepercayaan dari mama. Kalau sudah tidak ada yang ingin dibahas lagi, mama bisa pulang saja karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah ikut kembali,"
Amarah mama Santi memuncak, wanita angkuh itu langsung naik darah mendengar sindiran halus anak nya. "Dasar anak kurang ajar! Beraninya kami mengusir mama mu sendiri, dasar anak tidak tahu diri! Sudah dibesarkan selama 23 tahun tapi begini balasan mu pada mama, hah?!" Terlanjur kelap mata, mama Santi berusaha mendorong Rasya dengan kasar, namun tiba-tiba saja tangan wanita itu lebih dulu di tarik keras oleh seseorang dari arah belakang.
"Apa yang Anda lakukan?! Berani-beraninya Anda menyakiti istri saya!" Saka menghempas kasar tangan ibu mertuanya yang hampir mendorong istrinya. Nafas pria itu terdengar memburu, pandangan nya menggelap melihat istri nya hampir saja disakiti.
"Heh, menantu tidak tahu diri! Kenapa kau berteriak di depan ku?! Dari mana saja kamu?! Pasti kamu baru saja keluyuran tidak jelas ya?! memanfaatkan keluguan anak saya untuk menumpang hidup kan?!"
"Cukup, ma! Jangan bicara seperti itu pada Saka. Apa yang mama katakan itu sudah keterlaluan. Sebaiknya mama pergi sebelum orang-orang datang melihat keributan di sini." Meskipun hati Rasya sangat marah dengan kelakuan mama nya, tapi dia tetap mengontrol emosinya karena tak ingin membentak orang tuanya sendiri. Belum lagi jika tetangga tahu keributan di rumah nya, itu akan membuat Rasya semakin malu.
"Halah..! Memangnya kenapa kalau orang-orang tahu kita ribut? Biarlah semua orang tahu kalau kau anak durhaka! Tidak berbakti dengan orang tua!"
Rasya memejamkan mata, menetralkan gejolak hati yang sudah membumbung tinggi dan ingin sekali memuntahkan nya. Sungguh, dia tak ingin kelepasan karena tak bisa mengontrol emosi. Namun bila amarah nya terus-terusan dipancing, dia hanya lah manusia biasa yang sangat mudah terpancing emosi bukan?
"Maaf, ma. Kalau memang mama tidak mau pergi, jangan salahkan saya untuk menyeret Anda." Tangan Saka bersiap mencekal tangan ibu mertuanya untuk di antar pergi, sudah terlalu muak dengan drama yang dilakonkan mertuanya. Namun sebelum Saka berhasil menyentuh tangan nya, wanita itu lebih dulu menghindar.
"Jangan sentuh tangan ku! Aku tidak sudi disentuh oleh tangan miskin mu itu!" Dengan nada angkuh, mama Santi menunjuk tangan Saka yang hampir menyentuh nya.
Saka merekatkan kepalan tangan nya, air mukanya semakin menggelap, nafasnya terdengar memburu, tatapan nya begitu tajam hingga mama Santi tak berani menatap mata menantunya. Mungkin andai di depannya tak ada Rasya, meja dan kursi yang ada di teras ini sudah terbalik hancur berkeping-keping.
"Jangan melewati batasan Anda, Nyonya Bimantara."
Rasya tersentak mendengar bariton suaminya yang lirih seperti geraman namun terdengar sangat menakutkan, wanita itu segera maju mendekat suaminya.
Bukan hanya Rasya, mama Santi pun ikut merasakan hawa tak enak melihat air muka Saka. Wanita itu segera memperbaiki tas tenteng nya dengan sedikit gemetar dan berjalan pergi dari sana. "Sudahlah, aku muak bicara dengan kalian." Katanya sebelum pergi yang berhasil membuat dada Saka semakin bergemuruh hebat. Tak ada ucapan selamat tinggal atau sejenisnya, wanita itu pergi masih dengan gaya angkuhnya meski sebenarnya dalam jiwa merasa takut dengan ekspresi yang ditunjukkan Saka kali ini.
.