Takdir hidup memang pilihan, lalu bagaimana kalau takdir itu yang memilihmu?
"Disaat takdir sudah memilih mu, aku sudah siap dengan segala resikonya!"
Bekerja sebagai pengasuh anak berkebutuhan khusus, membuat Mia harus memiliki jiwa penyabar yang amat besar.
Bagaimana reaksi Mia, saat anak yang diasuhnya ternyata pria berusia 25 tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SA BAB 17 Aneh
Selepas menyiapkan makan malam untuk Januar, Mia memutuskan untuk membersihkan diri didalam kamarnya. Kamar itu menjadi tempat Mia berkeluh kesah, menumpahkan rasa lelah yang mulai menyerangnya.
Mia harus bergegas mandi karena Sang Tuan Muda pasti tengah mencarinya saat ini, untung saja dirinya menyempatkan makan malam walaupun hanya sedikit. Setidaknya ada kekuatan saat Mia menidurkan Januar nanti.
10 menit waktu yang di butuhkan oleh Mia. Wajah gadis berambut panjang itu terlihat lebih segar, rasa lelah dan kantuknya hilang seketika terbawa air mandi.
Mia segera mengganti pakaiannya, mengeringkan rambut panjang sepunggungnya- sebelum dia menemui Januar. Waktu sudah menunjukan pukul 7.30 malam, Mia yakin kalau Januar sudah selesai makan malam.
"Kak Mira kok enggak ada kabar sih? apa di tempat tugasnya Mas Farid enggak ada sinyal?"
Mia terus saja mengecek ponselnya, dia berharap kakak perempuan satu satunya itu memberinya kabar. Sudah hampir satu minggu ini Almira, kakaknya belum memberikan kabar apa pun.
Selepas Mira ikut pindah bersama suaminya, yang nota bene adalah anggota kesatuan TNI angkatan darat ke daerah yang menjadi tempat tugas suaminya, Mia merasa kesepian- karena salah satu teman curhatnya hilang.
Ditambah lagi sahabat dekatnya memutuskan untuk melanjutkan koas nya di luar kota. Karena kesibukan masing masing, membuat mereka tidak memiliki waktu untuk saling menghubungi.
"Si Mao lagi, mentang mentang banyak dokter ganteng disana, lupa sama temen!" gerutunya lagi.
Mia segera memasukkan ponselnya kedalam saku. Setelah memastikan kalau rambut dan penampilannya siap, Mia bergegas keluar. Dia siap untuk me-nina bobokan anak asuh kesayangannya yang tampan rupawan bak Dewa Apollo di cerita Yunani.
Mia melangkah cepat, tatapannya terarah ke depan- mengabaikan apa pun dan siapa pun yang ada di sekitarnya. Misinya saat ini adalah segera menemui Januar, karena Mia yakin kalau Januar sudah menunggunya.
Mia berdehem pelan, gadis itu menghela napas pelan saat melihat Januar tengah bermain rubik di temani oleh kedua majikannya- yaitu Eyang Putri dan Nyonya Arista.
"Selamat malam Nyonya Eyang, Nyonya Arista!"
Mia mengembangkan senyuman canggung. Jujur dia tidak enak hati saat mengganggu kebersamaan mereka, bahkan Mia dapat melihat tatapan tidak suka dari pria yang dia temui di dapur tadi. Walaupun pria berdimple di dagu itu jauh dari ketiga majikannya, namun Mia masih dapat melihat tatapan tidak bersahabat nya.
'Itu orang kenapa sih? dari tadi lihatin terus, berasa jadi buronan,'
Mia terus saja berkesal ria didalam hatinya. Entah kenapa Mia ingin sekali segera pergi ke kamar Januar, tatapan pria berkaos maroon itu sangat mengganggunya.
"Mia udah selesai?"
Lamunan Sang Pengasuh pecah, Mia sedikit tersentak kala mendengar suara Januar. Gadis itu berusaha menampilkan raut wajah baik baik saja, Mia mengangguk sambil tersenyum tipis pada Januar.
"Ini udah waktunya Janu istirahat," tutur Mia pelan.
Sebenarnya Mia ingin meringis, kala melihat Arista melirik jam mahal yang ada dipergelangan tangannya. Bagi mereka pukul 7.45 malam belum malam, tapi masih sore. Tapi bagi Januar, waktu itu pas untuk mengistirahatkan tubuh serta otaknya.
Dan lagi besok adalah jadwal Januar terapi. Mia juga harus memastikan kalau Januar meminum semua obatnya.
"Ayo! Janu mau tidur, Mia!"
Tanpa di suruh dua kali, Janu bangkit- pria bertubuh tinggi itu mendekat pada Mia sembari mengulurkan tangannya. Rubik kesayangan Januar pun tidak pernah lepas dari tangannya, benda rumit yang selalu membuat Mia mual saat melihatnya.
Mual karena kapasitas otaknya tidak sampai. Mia sempat berpikir, kenapa Januar bisa memainkan benda itu? bukankah rubik adalah benda yang sangat sulit untuk dimainkan?
"Mia?"
"I-iya!"
Mia tersentak saat Januar mengguncang lengannya. Gadis berambut panjang itu mengangguk pelan, Mia bahkan menundukkan sedikit kepalanya pada Eyang Putri dan Nyonya Arista- sebelum Mia membawa Januar.
"Janu tidur dulu ya Eyang, Mama."
Eyang Putri dan Arista mengangguk, keduanya melempar senyuman pada Januar.
"Iya Sayang, jangan lupa berdoa dulu ya. Apa Janu mau Mama temenin tidurnya?"
Januar menoleh pada Mia, tidak lama pria itu menggeleng pelan membuat Arista merengut.
"Enggak usah, Janu sama Mia aja!"
Setelah mengatakan itu Janu meninggalkan mereka, sedangkan Mia terlihat ragu untuk mengikuti langkah anak asuhnya.
"Kalau begitu saya per-,"
"Pastikan kalau Januar tidur dengan benar!"
Mia mengangguk canggung pada Arista, gadis itu menipiskan bibirnya saat melihat Eyang Putri mengangguk pelan.
"Baik Nyonya, kalau begitu saya permisi!"
Mia segera pergi, bahkan dia bersikap abai saat mendengar decihan seseorang saat Mia melewatinya. Mia tahu siapa itu, siapa lagi kalau bukan pria yang selalu melihat aneh padanya.
"Tuh cowok kenapa sih? kayaknya enggak suka banget sama aku, heran deh!" gerutunya.
**ANEH, PINGIN KU GETOK
KALAU PART INI LOLOSNYA CEPET AKU UP SATU LAGI, KALAU ENGGAK BERARTI NT MASIH EROR 😫😫
SEE YOU NEXT PART TERAKHIR MUUAACCHH😘**
jadi pengasuh malah 🤗