Pernikahan Paksa Alea

Alea melirik ke arah dua wanita yang merayu suaminya, memohon maaf karena telah membangkitkan emosi Ravka saat menyinggung pernikahan Alex dan Sherly.

Entah kenapa Alea jadi merasa jijik dengan dua wanita yang rela merendahkan diri hanya demi pria. Tapi yang membuat gadis itu lebih jijik lagi saat suaminya merespon rayuan dua wanita itu.

Perasaan jengah meremas ulu hatinya ketika salah satu wanita itu mendaratkan bibirnya di sudut bibir suaminya. Ia sudah mulai merasa tidak tahan dengan polusi yang ditangkap kedua bola matanya.

"Hey Nona apa tidak bisa dikecilkan suaranya? Kau mengganggu saja," Salah seorang wanita yang sepertinya bernama Hesti menghardik Alea. Namun, Alea tidak bergeming. Ia berpura-pura tidak mendengar ucapan wanita itu. Untuk tujuan itulah ia menyalakan home teater dengan volume yang besar. Membuat mereka merasa terganggu dan menghentikan aktivitas yang tidak semestinya mereka lakukan.

Kalau saja ia bertemu wanita itu di lain kesempatan, mungkin ia bisa saja mengabaikan mereka. Tapi saat ini yang mereka rayu adalah suaminya. Ia hanya tidak ingin Ravka berbuat hal yang tidak pantas di depan matanya tanpa ia berusaha untuk menghalangi.

"Sudahlah, jangan hiraukan dia. Anggap saja dia tidak ada. Suara musik itu justru semakin menambah romantis suasana," Ucap Ravka menarik wajah Hesti dan menciumnya hingga membuat wajah Alea memerah antara marah dan risih.

Alea kemudian menghempaskan remote telivisi di atas sofa begitu saja. Kemudian beranjak meninggalkan living room dan naik ke geladak kapal.

"Terserahlah apa yang mau kamu lakukan kepada dua wanita tidak punya harga diri itu. Aku tidak akan ikut campur," Maki Alea kesal saat tiba di geladak kapal.

"Hey, kenapa lu? Marah-marah ga jelas," Alea menolehkan wajahnya kepada Nino yang sedang menghampirinya. Ternyata pemuda itu juga sedang berada di geladak kapal.

"Tidak apa-apa," Ucap Alea datar.

"Ga pa-pa kok marah-marah?"

"Aku hanya tidak suka melihat orang berbuat tidak pantas di depan umum. Rasanya sungguh membuat ku geli," Alea bersungut-sungut.

"Maksud lu Si Boss?" Tanya Nino yang dijawab Alea dengan isyarat matanya. "Tumben Boss mau ladenin mereka. Biasanya Boss pasti akan langsung mengusir cewek-cewek resek yang berusaha ngerayu dia," Lanjut Nino.

Alea mengerutkan kedua alisnya. Heran dengan apa yang disampaikan oleh Nino, karena tidak seperti itu yang ia lihat dibawah sana.

"Tapi sepertinya dia menikmati dirayu dua wanita sekaligus," Isi kepala Alea meluncur begitu saja melalui mulutnya tanpa dia sadari.

"Entahlah, beberapa hari belakangan sikap Si Boss berubah. Mungkin ada kaitannya dengan Sherly," Jawab Nino.

"Sherly siapanya Mas Ravka?"

"Lu ga tau Sherly? Sherly itu anak rekan bisnis Tuan Bayu yang dijodohkan dengan Boss. Perjodohan itu menuai sukses, karena Boss sepertinya benar-benar jatuh cinta sama Sherly sampai mereka memutuskan untuk menikah. Tapi gue juga ga tau, kenapa tiba-tiba kemaren yang nikah sama Sherly bukannya Boss malah Alex?" Nino mengakhiri ceritanya dengan menautkan kedua alisnya.

Denyutan di jantung Alea terasa hingga ke ulu hatinya saat mendengar cerita Nino. Dengan sekejap hatinya mencelos terasa dingin dan menusuk. Ternyata tebakannya tidak meleset. Mungkin hal itulah yang memancing kemarahan Pemuda itu terhadapnya.

"Memang sebelum ini Mas Ravka tidak pernah bermain-main dengan wanita lain selain Sherly?" Tanya Alea berusaha mengorek informasi sebanyak-banyaknya tentang Ravka.

"Boss itu orangnya setia. Dia ga pernah neko-neko dari dulu. Bahkan saat bersama Sherly pun mereka tidak pernah berbuat yang aneh-aneh. Lagipula kedua orang tua Ravka lumayan religius, jadi sejak dulu mereka sudah menanamkan nilai-nilai agama kepada semua anak-anaknya, termasuk Si Boss,"

"Kamu banyak tahu tentang keluarga mereka ya?"

"Yah gue ini orang yang beruntung dianggap temen oleh Ravka. Gue udah kenal dia sejak kami masih SMP. Yah sedikit banyaknya ngebuat gue tahu tentang keluarga mereka. Apalagi semenjak gue diangkat jadi asisten pribadi dia. Gue jadi semakin sering bersinggungan sama keluarga besarnya dia,"

"Kenapa kamu bisa bilang beruntung dianggap teman sama Mas Ravka?" Tanya Alea penasaran. Gadis itu menyandarkan tubuhnya pada pinggiran geladak kapal. Memposisikan tubuhhnya dengan relaks.

"Yah saat SMP orang tua gue jatuh bangkrut, keluarga gue jadi berantakan. Ayah dipenjara karena tidak bisa membayar hutang-hutang perusahaan. Ibu jadi orang yang pemarah. Keluarga dan teman-teman ngejauhin gue. Hanya Ravka yang bertahan menemani gue melewati masa sulit. Bahkan sekolah gue sampe lulus orang tua dia yang membiayai," Nino mengikuti Alea bersandar pada pinggiran geladak kapal. Melihat buih-buih air yang memecah saat kapal yang ditumpanginya dengan cepat menghantam air laut yang dilewati. Matanya menerawang jauh hingga kejadian beberapa tahun silam. Kejadian yang membuat ia merasa terikat dengan Ravka dan bersedia mengabdi padanya.

Mendengar cerita Nino dan Bi Mimah, Mas Ravka sepertinya orang baik. Apa aku yang menyebabkan Mas Ravka menjadi seperti sekarang? - Tanya Alea pada hati kecilnya.

"Hey, lu tu sebenrnya siapa sih?" Tanya Nino saat ia sudah mengembalikan pikirannya pada masa sekarang.

"Bukannya kamu udah menanyakan pertanyaan yang sama tadi?" Jawab Alea.

"Itu artinya gue belum dapet jawabannya, makanya gue tanya lagi,"

"Kan tadi kamu bilang, kamu orang yang dekat dengan Mas Ravka dan tau banyak tentang keluarganya. Jadi aku rasa, nanti juga kamu bakalan tau sendiri," Lagi-lagi Alea berkilah.

"Lu tu sama aja kaya Ravka. Ngeles mulu kalau ga mau jawab," Ucap Nino menajamkan tatapannya kepada Alea. Ia jadi penasaran siapa sebenernya gadis ini, dan apa tujuannya berkeliaran di sekitar Ravka.

"Emang Mas Ravka ga pernah cerita apa-apa kenapa dia jadi berubah akhir-akhir ini?" Tanya Alea mengalihkan perhatian Nino dari dirinya.

"Ravka orangnya tertutup. Dia itu ga gampang mengatakan isi hati yang sebenarnya," Ungkap Nino. "Eh, jangan-jangan lu ada hubungannya sama Alex dan Sherly?" Tanya Nino kemudian.

"Aku ga kenal mereka sama sekali,"

"Terus kenapa Bu Dilla nyuruh lu nempelin Ravka? Lu mau dijodohin sama Ravka yah? Biar Ravka bisa segera lupain Sherly?"

"Emang aku orang yang pantas menggantikan Sherly?" Tanya Alea balik.

"Yah, ga juga sih. Lu jauh beda banget sama Sherly. Lagipula Tuan Bayu ga akan sembarangan jodohin cucu kesayangannya. Maaf-maaf aja nih ya, bukan maksud mau ngeremehin atau ngehina lu. Tapi kayanya lu itu lebih cocoknya sama gue. Kita kayanya lebih selevel deh," Nino mengerling jahil ke arah Alea.

Ucapan Nino semakin membuat mental Alea menciut. Ia menyadari bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa yang layak mendampingi Ravka. Tapi statusnya sebagai seorang istri memaksa hatinya untuk bisa lebih tegar mengarungi biduk yang terombang ambing tidak tentu arah.