Bagaimana jika sahabatmu meminta mu untuk menikah dengan suaminya dalam bentuk wasiat?
Dara dan Yanti adalah sahabat karib sejak SMA sampai kuliah hingga keduanya bekerja sebagai pendidik di sekolah yang berbeda di kota Solo.
Keduanya berpisah ketika Yanti menikah dengan Abimanyu Giandra seorang Presdir perusahaan otomotif dan tinggal di Jakarta, Dara tetap tinggal di Solo.
Hingga Yanti menitipkan suaminya ke Dara dalam bentuk wasiat yang membuat Dara dilema karena dia tidak mencintai Abi pria kaku dan dingin yang membuat Yanti sendiri meragukan cinta suaminya.
Abi pun bersikukuh untuk tetap melaksanakan wasiat Yanti untuk menikahi Dara.
Bagaimana kehidupan rumah tangga Dara dan Abi kedepannya?
Follow Ig ku @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat Wasiat
Abi memandang kosong gundukan tanah merah di hadapannya. Wajahnya yang tampan tampak bertambah tua akibat shock ditinggal oleh wanita yang mulai disayanginya.
Penyesalan mengijinkan Yanti pergi dengan jalan darat bukan naik pesawat seperti rencana semula membuatnya semakin terpuruk.
"Kenapa kamu ngeyel minta pulang pakai mobil, Yan? Kalau kamu tetep naik pesawat kan nggak gini" ucapnya berulang hingga dia menangis sesenggukan.
"Mas Abi..." sebuah tangan mungil memegang pundaknya yang membuat Abi menoleh. Tampak gadis cantik berada di belakangnya mengenakan kerudung hitam dan gamis hitam.
"Dara pulang dulu ya" pamit Dara yang datang bersama orangtuanya yang sedang menghibur orangtua Damayanti.
Abi hanya menatap kosong namun kepalanya mengangguk lalu kembali menatap pusara Yanti.
Banyak pelayat yang mulai meninggalkan komplek pemakaman dan kebanyakan adalah teman-teman seangkatan Dara dan Yanti yang berencana datang ke acara reuni namun berubah menjadi acara duka cita.
Antasena sedari awal acara di rumah keluarga Darmanto hingga pemakaman tidak jauh-jauh dari sepupunya. Hatinya merasa sakit ketika mengingat permintaan terakhir kakak iparnya yang meminta Dara menjaga Abi.
Kenapa harus Dara, mbak? Apakah mbak Yanti tidak tahu aku suka sama Dara?
Dara sendiri lebih banyak menghibur Bu Darmanto yang masih shock tidak terima anak kesayangannya pergi meninggalkan dirinya selama-lamanya.
Edo dan beberapa panitia pun memutuskan untuk menunda acara reuni keesokan harinya dan untungnya pihak hotel tidak keberatan.
Kini area pemakaman mulai sepi. Antasena mengajak Abi untuk pulang bersama dengan mertuanya.
"Mas, kamu harus istirahat dulu. Kamu nggak tidur dari semalam." Sena menghela tubuh Abi yang lemas dalam rangkulannya.
"Aku pulang kemana Anta?" lirihnya.
"Pulang dulu ke rumah Oom Darmanto atau mau nginep di hotel? Aku pesankan."
"Hotel saja. Pilih yang lokasinya sama dengan reuni Yanti. Panggil pengacara Joko ke Solo hari ini juga."
"Baik mas".
***
Dara beristirahat di kamarnya setelah membersihkan badannya usai dari pemakaman. Kembali teringat apa yang terjadi semalam ketika Yanti meminta dia menjaga Abi.
Yanti, permintaan mu ini sulit! Aku tidak mencintai mas Abi, begitu juga dengan mas Abi. Apakah kau tahu, mas Abi tanpa dia sadari sudah mencintaimu.
Tok!Tok!
"Dara, sayang. Boleh ibu masuk?" suara Bu Haryono terdengar di balik pintu.
"Boleh Bu. Nggak aku kunci." Dara pun mendudukkan tubuhnya di pinggir tempat tidur. Bu Haryono masuk ke kamar Dara mengenakan daster. Dirinya pun sudah membersihkan diri.
"Dara..." Bu Haryono mendudukkan tubuhnya di kursi rias Dara dan menatap ke arah putrinya. "Tadi mamanya Yanti cerita, kalau sebelum Yanti pergi, dia minta kamu menjaga suaminya. Apa betul?"
Dara menatap ibunya. Ada perasaan tidak enak di dirinya. Tanah Yanti masih basah namun mama Yanti sudah bercerita tentang hal itu membuatnya seperti perempuan yang mengambil kesempatan.
"Dara juga nggak tahu kenapa Yanti seperti itu. Sumpah Bu, Dara nggak ada perasaan apa-apa sama mas Abi dan Dara nggak pernah hubungi mas Abi. Malah mas Sena adik sepupu mas Abi yang hubungi Dara." Bagaimana pun Dara tidak nyaman dengan tatapan ibunya. "Ibu bisa cek hp Dara kalau tidak percaya. Dara malah nggak punya nomornya mas Abi."
Bu Haryono mempercayai putrinya karena sepulang dari Jakarta beberapa bulan lalu pun Dara juga tidak berubah. Pria yang datang ke rumah pun hanya Edo dan Bu Haryono tidak melihat gelagat Dara tertarik dengannya, hanya sebatas teman saja.
Dara hanya bercerita tentang Abi pun sepulang dari Jakarta, tidak ada cerita yang lain. Lebih sering bercerita tentang Yanti setiap dia selesai wa atau telepon.
"Tapi Ra, permintaan terakhir Yanti itu wasiat lho, amanah. Harus dilakukan." Bu Haryono memegang tangan Dara. "Kalau Yanti meninggalkan surat wasiat bagaimana?"
Dara terperangah.
Apakah dia sudah memiliki firasat sebelumnya jadi dia sudah membuat surat wasiat sebelum kemari?
"Dara belum bisa memikirkan itu sekarang Bu. Yanti baru dimakamkan dan nanti aku bersiap tahlilan ke rumahnya. Ibu jangan ikut kepancing sama Tante Darmanto ya." Dara mere***mas genggaman ibunya.
"Kalau ada wasiatnya Yanti dan meminta kamu menjadi istri Abi, ibu harap kamu memikirkannya panjang. Karena bagaimanapun ibu tidak mau kamu menikah karena wasiat meskipun wasiat wajib dilaksanakan. Ibu mau kamu menikah karena kamu dan calon suamimu saling mencintai."
Dara hanya mengangguk karena dirinya sendiri tidak ingin menikah dengan Abi.
***
Sore ini pengacara Joko sudah berada di kamar hotel Abi. Setelah mengucapkan bela sungkawa kepada kliennya, Joko pun mengiyakan bahwa Yanti meninggalkan surat wasiat untuk Abi.
"Sebelumnya saya minta maaf pak Abi, karena Bu Yanti meminta saya untuk merahasiakan perihal ini. Jadi hari Kamis lalu Bu Yanti menghubungi saya dan meminta bertemu dengan saya di Starbucks dekat rumah pak Abi." Pengacara Joko menatap duda tampan ini takut-takut karena Yanti sangat mewanti-wanti jangan sampai Abi tahu pertemuan mereka.
"Lalu?" Abi menaikkan alisnya. Jujur baru kali ini dia tidak mengetahui kegiatan Yanti beberapa hari terakhir ini. Ia hanya tahu Yanti minta ijin jalan-jalan untuk membeli oleh-oleh untuk dibawa pada hari Jumat.
"Bu Yanti menyerahkan dua buah surat yang semuanya sudah dibubuhi tanda tangan diatas meterai dan ada dua surat. Keduanya saya bawa sekarang selain surat wasiat lainnya tapi Bu Yanti meminta agar saya memprioritaskan suratnya yang ini."
Pengacara Joko membuka kopernya dan mengeluarkan dua pucuk surat beramplop putih. Tidak ada yang istimewa jika dari luar namun bagi Abi isinya paling penting. Dibacanya nama yang ditulis di amplop.
Teruntuk Mas Abimanyu tersayang
Abi hapal tulisan tangan Yanti. Disentuhnya amplop itu dan tak sadar air mata menitik di matanya. Lalu dia melihat amplop satu lagi dan keningnya berkerut. Tulisan di amplop sangat menggelitik dirinya.
Buat sahabatku Adara Utari Haryono
Abi menatap pengacara Joko dengan tatapan bertanya.
"Kenapa ada nama Adara disini?"
Antasena yang sedari tadi diam jadi ikut melihat amplop yang berada di meja tamu.
"Bu Yanti bilang memang dia membuat surat wasiat untuk pak Abi dan Bu Adara yang harus diserahkan jika beliau wafat" jawab pengacara Joko.
"Pak Joko sudah membaca surat wasiat almarhum mbak Yanti?" tanya Antasena.
"Maafkan pak Anta, saya hanya diperlihatkan bagian bawah surat saja yang terlipat. Bu Yanti hanya memastikan bahwa syarat surat wasiat nya sudah sah hukum atau belum jika terbubuh tanda tangan diatas meterai." Wajah pengacara Joko tampak tegang melihat wajah Abi yang mengeras.
"Mas..." suara Antasena membuat Abi menoleh ke arah sepupunya. "Nampaknya mbak Yanti sudah mempersiapkan semuanya."
Abi hanya mengangguk.
"Pak Joko, saya minta anda lima hari lagi datang kemari karena saya masih ada acara tahlilan tujuh hari Yanti seminggu ke depan. Usai hari ketujuh tahlilan, kita buka bersama-sama surat wasiat Yanti dan bapak yang menyerahkan surat itu kepada nona Adara" perintah Abi.
"Baik pak Abi. Saya permisi dulu" pamit pengacara Joko seraya membereskan berkas penting kliennya. Lalu dirinya keluar dari kamar tempat Abi menginap.
"Kenapa harus Adara, Yan?" bisik Abi lirih.
Antasena hanya terdiam.
Kalau sudah menjadi wasiat, memang harus dilakukan dan kenapa harus Rara yang menjadi penggantimu mbak?
Babang Abimanyu
***
Yuhuuu..
Jangan lupa support author yaaaa
Like n vote
ikuti karya author lainnya
- Just The Way You Are
- You're The Only One
Tararengkyu ❤️🙂❤️