Elara Calista seorang wanita cantik yang menjadi istri kedua dari Erlangga Lysander pria tampan yang begitu dicintainya. Sayang saja hubungan mereka tidak pernah mendapatkan restu. Membuat rumah tangga mereka sering di landa masalah. Yang dibuat oleh istri pertama Erlangga serta ibu mertuanya yang begitu tidak menyukainya.
Mereka melakukan berbagai cara untuk menghancurkan pernikahan nya. Hingga akhirnya pernikahan Elara dan Erlangga benar benar berada di ujung tanduk.
Apakah Elara harus bertahan atau memilih untuk menyerah?. Dan apakah Erlangga akan membiarkan Elara pergi dari kehidupannya?.
(Jangan lupa yaww bantu folow akun Ig @sya_gelow )
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syana Elvania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tes DNA
"Tadi pagi sempat ada sedikit hambatan. Tapi semuanya sudah berjalan dengan aman terkendali. Sekarang nyonya Lala sedang melakukan Tes DNA non-invasif dirumah sakit ini juga. Dan Tuan, dokter membutuhkan sampel darah anda untuk tes DNA."
Erlangga mengangguk berdiri dari duduknya. "Baiklah, suruh perawat datang kemari dan mengambil sampelnya disini. Aku tidak bisa meninggalkan istri ku sendirian". Titahnya teringat akan janjinya pada Elara.
Stevan mengangguk "baik tuan." Ujarnya sebelum akhirnya pamit sedikit menjauh untuk menelfon seseorang.
Sedangkan Erlangga kembali masuk kedalam kamar hendak mengecek sang istri yang teryata sudah terjaga dan tengah menatap nya.
"Hey, sayang?. Kamu terbangun?." Tanya lembut Erlangga berjalan mendekat, duduk di kursi samping ranjang sang istri. Salah satu tangan nya ter-ulur mengusap lembut pipi istrinya. "Ada apa?. Apa ada yang sakit?."
"Enggak. Aku cuman ngantuk tapi nggak bisa tidur." Jujur Elara lantaran tadi ia belum sepenuhnya tidur hanya diambang alam mimpi. Sebelum akhirnya terbangun lagi.
"Baiklah, sayang nanti perawat akan mengambil sampel darahku untuk tes DNA. Dan akan dilakukan disini karena aku tidak ingin meninggalkan mu."
Ia mengerutkan keningnya. "Disini?." Ulang Elara. Yang diangguki suaminya. "Okey, aku jadi nggak usah jauh-jauh lagi sama kamu." Setuju Elara dengan senang, mungkin teramat senang ia bisa terus menempel pada suaminya.
"Kalau begitu kamu istirahat lagi. jika tidak bisa tidur..., Kamu ingin menonton televisi?." Tawar Erlangga yang diangguki sang istri. Dia meraih remot televisi yang berada di atas nakas dan menyalakan televisi, membuka kartun pada salah satu program televisi. Kartun ini merupakan salah satu favorit Elara.
Ia mulai menonton televisi dengan hikmat sesekali tersenyum geli ketika ada adegan komedi yang begitu lucu untuk nya. Walaupun ia sudah besar tetap saja ia sangat menyukai kartun. Memangnya tidak boleh orang dewasa masih menonton kartun?.
Tak berselang lama pintu ruangannya di ketuk, sebelum akhirnya Stevan masuk membawa dua perawat yang salah satunya mendorong troli medis berisi peralatan untuk mengambil sampel darah.
"Tuan, nyonya." Sapa Stevan dengan sopan. "Ini perawat yang akan mengambil Sampel darah anda tuan." Ujar Stevan sopan. Dan dua perawat itu sedikit membungkuk memberikan sapaan sopan.
Erlangga mengangguk. "Sebentar cinta ku." Dia sempat kan mengecup kening sang istri, sebelum beranjak berdiri dan duduk di sofa.
Elara menatap proses yang di lakukan perawat dengan penuh minat. Di mana kini perawat tengah mengambil Sampel darah Erlangga yang kemudian dimasukkan ke wadah tabung khusus yang terbuat dari kaca.
Pengambilan Sampel berjalan dengan cepat karna sangatlah mudah. Tidak membutuhkan waktu yang lama akhirnya selesai juga. Perawat memasukan sampel kedalam kotak medis dan merapikan peralatan nya.
"Kapan hasilnya akan keluar?." Tanya Erlangga.
"Paling cepat 3-5 hari kerja tuan." Ujar perawat itu sopan. Namun, membuat Erlangga tidak senang.
"Bisakah lebih dipercepat?!."
"Maaf tuan, 3 hari kerja itu sudah sangat cepat karna normalnya 5-10 hari kerja." Jelas perawat itu dengan profesional, sedikit menunduk takut.
"Mas.. udah gapapa. Lagian kan pas tersisa 3 hari. Aku mau nungguin kok." Elara tersenyum penuh pengertian pada suaminya yang masih terlihat kesal.
Erlangga akhirnya mengangguk dengan berat hati. Mengibaskan tangannya untuk menyuruh mereka pergi. Setelah itu kembali duduk di kursi samping istrinya. "Maaf sayang. Aku janji hasilnya akan sudah ada sebelum waktu yang kamu berikan habis."
Ia mengangguk. "Aku boleh tanya sesuatu ngga?. Kenapa kamu begitu yakin itu bukan anak mu?." Tanya Elara ragu ragu. Pasalnya jika bukan anak Erlangga lalu anak siapa?.
"Aku tidak pernah menyentuh Dia. Bahkan saat mamah memaksa ku untuk tidur satu ranjang dengannya aku tidak akan pernah mau. Karna hanya kamu lah yang berhak mendapatkan nya sayang, bukan wanita lain."
Ia tertegun melihat kesungguhan suaminya. 'semoga saja Mas... kamu benar benar jujur.' batinnya tersenyum getir. "Kita lihat saja ya... hasilnya nanti." Cicit Elara yang membuat pria itu semakin mengeratkan genggaman tangan nya di jari jemari nya.
"Baiklah sayang. Aku tahu kamu masih ragu terhadap ku. Tapi tidak apa aku memaklumi nya." Erlangga mengecup lembut punggung tangan sang istri. Ada rasa kecewa ketika istrinya tidak mempercayai nya. Namun, dia tahu jika itu kesalahan nya juga yang sering ingkar janji hingga akhirnya kepercayaan sang istri lama kelamaan pudar.
"Maaf Mas... Aku nggak bermaksud untuk..." Elara tidak melanjutkan ucapannya, menggigit bibir bawahnya merasa tidak enak hati.
"Tidak apa sayang. Aku tahu ini semua salah ku yang sudah sering ingkar janji. Sekarang kamu istirahat lagi ya. Dokter bilang kamu harus lebih banyak beristirahat." Pinta Erlangga dengan lembut yang membuat Elara mengangguk.
Kini Lala sudah selesai menjalani Tes DNA non-invasif. Dia keluar dari ruangan pemeriksaan dengan wajah kesal. 'Apa yang harus kulakukan semuanya akan terbongkar!. Tidak. Tidak bisa!.' batin Lala panik tidak ingin semua usahanya untuk mendapatkan Erlangga berakhir sia sia.
"Silahkan nyonya. Anda akan diantar pulang oleh anak buah tuan Erlangga." Ujar Stevan. Membuat Lala mendengus kesal.
Benar benar sial tadi dia tak bisa kabur karna di luar ruangan banyak anak buah Erlangga berjaga. Bagaimana mungkin ia bisa kabur. Apalagi para dokter yang tidak mau bekerja sama membantunya. Padahal dia sudah menjanjikan banyak uang pada mereka.
"Aku bisa pulang sendiri!." Ketus Lala berjalan pergi dengan langkah kesal. Sekarang yang harus dipikirkan nya adalah bagaimana cara menyabotase surat hasil tesnya nanti. Dan itu membuat nya sangat sangat stres.
Dia menghentikan taksi, dan masuk kedalam taksi dengan kesal. Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan. Lala menggigit ujung ibu jarinya. Memikirkan rencana apa yang bisa di lakukannya. Semuanya terasa mustahil. Apalagi itu bukan sembarang rumah sakit. Tapi rumah sakit terbesar di kota ini. Dengan reputasi tinggi.
"Mbak sudah sampai." Ujar supir taksi menyadarkan Lala dari lamunannya sampai tidak menyadari jika dirinya sudah tiba dikediaman utama keluarga lysander.
Dia membayar supir taksi. Lalu keluar dari dalam taksi masuk ke rumah yang lebih tepatnya mansion. Di dalam sana teryata Mita sudah menunggu nya dengan raut wajah khawatir. Duduk gelisah di sofa.
"Mama..." Panggil Lala berhambur memeluk Mita sembari menangis. Mencoba untuk mencari perhatian pada Mita yang mudah terjebak tipu dayanya.
"Bagaimana?. Kamu tidak apa apa kan. Cucu mamah baik baik saja kan?." Cecar Mita khawatir. Tidak akan tinggal diam pada perilaku putranya yang sangat lancang.
"Untung saja cucu mamah kuat. Tapi Lala ga terima Mas Erlangga meragukan Lala. Ini kan anak Mas Erlangga. Mamah harus bantu aku menyakinkan Mas Erlangga." Pinta Lala penuh harap. Kunci utama nya dekat dengan Erlangga hanya Mita. Jadi sebisa mungkin dia harus bersikap manis pada Mita. Menjadi menantu baik dan sopan
"Memang dasar anak itu sudah semakin keras kepala pasti ini karna ulah wanita sialan itu. Kamu tenang saja kalau hasil tes itu keluar mamah singkirkan dia!." Kesal Mita yang malah membuat Lala panik.
'sial!. Kenapa mamah malah dukung hasil tesnya keluar!.' Frustasi Lala yang hanya bisa ditutupi dengan senyum palsu.