"ah...Aku tidak akan memaafkanmu Alaska!! " ucap wanita itu dalam hati setelah melihat tunangannya bermesraan di mansion milik ayahnya dengan seorang wanita yang tidak lain adalah sepupunya sendiri.
Hubungan yang awalnya terjalin manis dan menyenangkan itu, kini mulai goyah karna hadirnya seorang wanita berhati licik bermuka dua itu, didepan baik di belakang diam diam menusuk.
Tiba tiba ada yang memperhatikan wanita itu dari lama, dan kini ingin mencuri kesempatan untuk menaklukkan hati si wanita itu.
Apakah wanita itu akan takluk oleh nya? ayok ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanna Lovina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16.Ttm
Akhirnya mereka berdua sampai di kota x dengan barang bawaan masing masing.
Jeslin berjalan sedikit lebih pelan di belakang karena koper nya yang lumayan berat.
"ih... pria ini ga ada peka peka nya sama sekali." gerutunya dalam hati melihat Jefan bahkan tidak mau membantunya yang sedang kesulitan.
*bugh*
Dia menubruk pria yang tiba tiba berhenti di depannya tanpa aba aba.
"ah.... lo ngapain sih berhenti tiba tiba? " mengusap jidatnya yang terasa sakit akibat benturan dengan tubuh tegap Jefan.
"duh.... kamu ga apa apa? " tanyanya panik.
" Dan lo masih nanya gua ga papa? dasar cowok emang ga ada yang peka! " jawabnya kesal.
"hah? gua salah apa? " tanya nya dalam hati.
"yaudah deh iya maaf... sini koper nya aku yang bawa!" mengambil koper itu dan tangan yang sebelah lagi menggandeng tangan kiri Jeslin.
Jeslin tersenyum puas dengan perlakuan itu dan melupakan jidatnya yang masih terasa nyut nyutan.
Mereka berjalan bagai pasangan yang akan melakukan liburan setelah tunangan sambil tersenyum malu malu satu sama lain.
"Jadi... tuan putri, kemana langkah kita selanjutnya? " tanya Jefan dengan nada lembut.
" maybe...nyari penginapan. Aku sedikit cape dan badanku terasa lengket karna keringat. " jawabnya.
"Oke! " Jawabnya sambil mulai mencari penginapan untuk mereka berdua.
Sudah hampir se jam mereka mencari semuanya penuh sementara hari sudah mulai malam.
"ah... aku dapat satu! kita harus bergegas kesana sebelum ada yang booking! " teriak Jeslin kegirangan.
"oh.. oke oke... kamu terlalu excited girl. " ucap Jefan sedikit kaget.
Tanpa basa basi mereka langsung memesan taxi dan menuju tempat itu.
Sesampainya di penginapan, mereka langsung masuk ke tempat pemesanan.
"kayaknya lo aja deh Jef yang pesan, gua cape banget! " ucapnya minta tolong.
"baiklah silahkan duduk di ruang tunggu nanti aku akan memesan. " jawabnya menunjuk sofa di ruangan itu.
Hampir setengah jam berlalu, Jefan belum selesai dengan pesanannya. Dia sedang berdebat dengan resepsionis disana.
"Kenapa sih lama banget?" tanya Jeslin yang udah berdiri di belakang nya.
"Ini nyonya, kuncinya mau di ambil atau tidak? Jika tidak silahkan cari tempat penginapan lain. " ucap resepsionis itu sedikit kesal.
"Yaudah sini kuncinya! " ucap Jeslin agak tidak suka dengan pelayanannya.
"Tapi Jes... "
"udah ayo!!" Jawab Jeslin memotong dengan kunci di tangannya.
"baik tuan, jangan lupa pembayarannya yah! " teriak resepsionis itu lagi.
"Iya! tuh di cek aja mba! " jawab Jefan.
Mereka berjalan melewati lorong yang lumayan panjang agar sampai di kamar mereka.
" lo yakin Jes? " tanya Jefan ragu.
"kenapa sih dari tadi lo kayak ragu gitu?" tanya Jeslin merasa aneh dengan nya.
Belum menjelaskan apa apa mereka sudah keburu sampai di depan pintu kamar.
Pintu dibuka dan mereka memasuki ruangan. Jeslin kaget melihat ruangan yang hanya menyedikan satu tempat tidur dan itu juga untuk sepasang kekasih.
"kenapa lo gak bilang, mereka cuman sedia in satu? " tanyanya ingin marah.
"itu yang pengen gua bilang dari tadi. Tapi kamu tidak membiarkanku bicara. " jawabnya santai merebahkan tubuhnya di sofa.
"Trus, harus gimana? cari lagi... tapi udah gak mungkin! " Ucap Jeslin agak frustasi sambil duduk di kasur.
Dia pengen teriak sangat kesal tapi takut mengganggu penghuni lain dan akhirnya di usir.
"Yaudah aku juga tidak akan berbuat macam macam kok. Buat malam ini, kamu tidur di kasur dan aku di sofa ini. Lagian udah terlanjur di booking kan, sayang uangnya! " Ucap Jefan mencoba meyakinkan sambil memejamkan kedua matanya.
"bener yah?? " tanyanya agak ragu.
"bener!!! takut amat. " Sindirnya lagi.
"oke! awas aja bohong! " jawabnya lagi sedikit ragu.
Tidak ada jawaban lagi dari mulut pria itu.
"hah... dia tidur? Cepat amat. " gumam Jeslin memperhatikan wajah Damai dan mata yang sedang tertutup itu.
Untuk meyakinkan dirinya sendiri dia mendekat dan memperhatikan wajah itu lebih dekat lagi memastikan apakah di benar benar tidur atau hanya pura pura tertidur.
"huh dasar... dia benar benar tertidur." Berdiri dan menyunggingkan sedikit senyuman menyadari dia baru aja menatap wajah tampan sedekat itu.
"Ah... Jes... biasa aja jangan terkecoh dengan ketampanan itu! Laki laki itu kelihatan baik di muka tapi lain di hati. " gumamnya meyakinkan dirinya untuk yang dilihatnya barusan.
Dia mengambil handuk dan segera membersihkan dirinya dengan air hangat.
Setelah itu, dia memesan makanan via online untuk malam ini karna tidak mungkin lagi untuk keluar mencari makanan apalagi mereka belum tau tentang kota ini.
Dia menyiapkan semuanya di meja kecil yang ada disana dan mencoba membangunkan Jefan yang masih enggan bangun dari tidurnya.
"hei... Jef... ayok bangun.. " bisiknya ke telinganya sambil berlutut di samping sofa.
Jefan hanya menggeliat seolah masih ingin memperpanjang tidurnya.
"Jefan... bangun!! " teriak Jeslin yang tidak sabaran sehingga membuat Jefan kaget setengah mampus sehingga langsung membuka matanya dan reflek duduk.
"duh.... bisa kali banguninnya pelan pelan Jes... jantungku rasanya mau copot! "
"iya... pelan pelan dan lo ga akan bangun bangun!" berdiri dan duduk di dekat meja yang diatasnya makanan sudah tertata rapi dengan pipi merah.
"hahah... iya iya gua bangun.... " ucapnya segera menyusul duduk di dekatnya.
"ayok makan. Habis ini lo mandi badan lo bau keringat! " ucapnya sambil menaruh makanan di piring.
"lo galak juga yah... tapi... "
"apa? " potong Jeslin.
"menarik! " jawabnya sambil terus menatap pipi yang semakin merona itu.
"ih...maksud lo apa bilang gua menarik? jangan jangan lo mau berbuat aneh aneh ya sama gua? " ucapnya dengan nada penuh curiga.
"ihh... pikiran lo yah kemana mana aja dari kita masuk tadi! " jawab Jefan sambil menyentil jidat Jeslin dengan jarinya.
"ah... sakit tau... " rengek nya mengusap jidatnya.
"ups... maaf... sini gua tiup! " menyingkirkan tangan wanita itu dan meniupnya lembut.
Untuk satu menit yang terasa sangat panjang wajah mereka berdua berada sedekat itu hingga akal Jeslin yang mulai mode on langsung menjauhkan wajahnya yang sudah mulai memerah.
"cukup cukup udah gak sakit !" Ucapnya sambil melanjut makan dengan posisi agak menunduk tak kuat menahan malu.
Jefan menjauhkan wajahnya dan mulai menyunggingkan senyuman merasa kejadian tadi sedikit menyenangkan.
Dan itu adalah hari pertama mereka di kota ini. Hari yang melelahkan tapi sedikit hangat dengan sikap Jefan yang bisa mengimbangi kelakuan dan omongan Jeslin yang kadang asal bunyi alias asbun.