Sekilas hampir mirip dengan cerita yang sempat viral beberapa waktu lalu. Tetapi ini murni karya Author, hanya ada sedikit kemiripan alur saja.
Menceritakan tentang seorang gadis bernama Zahwa Qarira Nazhira yang mencintai pengawal pribadinya yang bernama Liam Martin Robinson. Akan tetapi, Liam justru berbuat jahat ke Zahwa hingga suatu ketika Zahwa bertemu dengan seorang pria yang ternyata mengagumi dirinya sejak dulu.
Akankah Zahwa memaaafkan Liam dan kembali mencintai Liam?
Simak ceritanya ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riya Wardu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Teringat Kembali
Munchen, Jerman
Seorang pria sedang menepuk-nepuk bokong seorang anak laki-laki mencoba menidurkan anaknya. Sambil membacakan dongeng agar anak laki-laki itu cepat tidur.
Pemandangan itu tak luput dari seorang wanita yang bersandar pada dinding.
"Terima kasih Mas Theo, terima kasih sudah menerima aku dan Gabriel anakku.. Meski Gabriel bukan anak kandungmu tapi kamu sangat menyayangi Gabriel.. "ucap wanita itu yang tidak lain adalah Zahwa.
Tiga bulan pernikahan dengan Theo, Zahwa dinyatakan hamil setelah dia sempat pingsan. Zahwa tidak percaya jika dia hamil, dia hamil anak Liam. Ya Liam, karena Zahwa dan Theo selama menikah belum pernah berhubungan intim. Liam lah yang telah merenggut mahkota nya pada malam itu, dan membuat Zahwa hamil karena kejadian malam itu.
Zahwa kembali mengingat kejadian itu..
CETAR
CETAR
CETAR
Zahwa tidak menghitung berapa kali dia mendapat cambukan sabuk ikat pinggang dari Liam. Dia tidak lagi meringis kesakitan, karena itu percuma.
Jika dia ditakdirkan masih bisa hidup bahagia, semoga ada yang menolong dirinya. Jika memang dia harus merenggang nyawa di tangan Liam, dia pun pasrah.
Entah setan apa yang merasuki Liam, dia melahap bibir Zahwa dengan rakus lalu dengan kasarnya dia merobek pakaian Zahwa.
"J-jangan Liam.. "mohon Zahwa terisak ke Liam kembali yang melepaskan mengoyak seluruh pakaian Zahwa.
Liam yang sedang dalam mabuk tidak peduli dengan permohonan Zahwa, dia membuat Zahwa polos tanpa sehelai benang. Zahwa terus memohon ke Liam akan tetapi Liam seolah tuli tidak mendengarkan Zahwa.
"Aaaggrhh... "teriak Zahwa yang merasakan sesuatu merobek dinding kesuciaannya.
Sakit. Perih. Bukan hanya karena dinding itu terobek, tetapi hati dia juga merasa sait. Kenapa? Kenapa harus dengan cara seperti ini? Andai saja Liam melakukan ini dengan rasa cinta ketika mereka sudah menjadi pasangan halal mungkin Zahwa akan sangat bahagia. Nyata nya yang Liam lakukan sekarang seperti seekor singa yang kelaparan memangsa buruannya. Ringisan bahkan teriakan Zahwa tidak diperdulikan oleh Liam, hujaman demi hujaman benda tumpul Liam mengobrak-abrik di daerah kehormatan Zahwa. Cairan kristal bening terus mengalir dari mata Zahwa menahan rasa sakit dari perbuatan Liam.
"Aaaahh... "erangan panjang dari Liam menutup hujaman benda tumpulnya.
Dan entah sadar atau tidak Liam mengeluarkan lahar panasnya di dalam rahim Zahwa. Dan itu dirasakan oleh Zahwa meskipun dia merasa sakit dan terus menangis karena perbuatan keji Liam
Tanpa merasa bersalah dan seakan puas Liam menjatuhkan dirinya di samping Zahwa dan tertidur di sampingnya. Zahwa sendiri sudah lemas dengan perbuatan Liam, dia pun ikut memejamkan matanya dengan bulir kristal masih setia menetes di pipinya. Baru beberapa menit memejamkan matanya, Zahwa terbangun dan melihat Liam masih tertidur pulas. Ini menjadi kesempatan dirinya untuk melarikan diri dari Liam. Dia berusaha bangkit dari tidurnya meskipun merasakan sakit di pangkal pahanya.
Dengan tertatih dan mengendap-endap melihat keadaan sekitar dia berhasil melarikan diri dari orang-orang yang ditugaskan berjaga di sana.
PUK
Sebuah tepukan halus membuyarkan lamunannya.
"Kenapa? Kok kamu sedih? "Tanya seorang pria yang tidak lain adalah Theo.
Tersadar dari lamunan lalu Zahwa membalas senyuman ke Theo "Nggak papa, apa Gabriel sudah tidur? "
"Sudah.. "jawab Theo menunjukkan jika anak mereka sudah tertidur
Gabriel Rafael Lucas --- Nama anak laki-laki yang Zahwa lahirkan ke dunia ini.
Sejak saat mengetahui kehamilannya Zahwa menangis bahkan sempat mengalami gangguan psikis. Melihat keadaan Zahwa yang makin hari semakin terpuruk membuat dia geram atas apa yang sudah Liam lakukan pada Zahwa. Kejadian na'as yang menimpa Zahwa beberapa waktu membuatnya hamil. Dia berjanji sampai kapanpun tidak akan membiarkan Liam menyakiti Zahwa dan anak yang dikandungnya. Walaupun anak yang dikandung Zahwa bukan darah dagingnya, Theo berjanji akan menyayangi anak itu seperti anaknya sendiri.
Dan apa yang Theo janjikan pada dirinya telah dan selalu dilakukan dia sangat menyayangi Gabriel sejak dalam kandungan hingga Gabriel berusia dua tahun saat ini. Theo selalu menemani Zahwa dalam keadaan hamil dimana saat itu Zahwa mengalami gangguan psikis. Perlahan dengan ketelatenan Theo, Zahwa pulih dan menjalani hari-harinya dengan baik hingga saat melahirkan anaknya yang tentunya ada Theo yang menemani pada saat Zahwa melahirkan Gabriel.
Zahwa dan Gabriel merasa beruntung mempunyai sosok seperti Theo. Meskipun dia terlihat garang dan dingin, akan tetapi akan selalu berlaku lembut kepada istri dan anaknya. Satu hal yang membuat Zahwa merasa bersalah, hingga saat ini dia belum memberikan hak Theo sebagai suaminya.
Bisa dikatakan Zahwa masih merasa takut dan trauma jika akan melakukan penyatuan inti. Theo sendiri pun tidak pernah memaksa Zahwa untuk melayani dirinya, bagi Theo kenyamanan Zahwa yang paling penting. Walaupun dalam hatinya ingin melakukan penyatuan inti dengan Zahwa tapi dia tidak mau egois.
Jika dulu dia sebelum mengenal Zahwa sering dia bermain-main bersama wanita, sekarang tidak berlaku lagi untuk seorang Theo. Dia lebih memilih menyibukkan diri dengan bekerja atau bermain bersama anaknya --- Gabriel. Ya walau terkadang ada kalanya dia bermain solo di kamar mandi, yang terpenting untuk saat ini dia mau memberikan Paus Okra hanya untuk istri tercintanya --- Zahwa. Bukan malahan pergi dan bermain bersama jal4ng di luaran sana untuk menuntaskan hasratnya.
"Tapi kapan? "Batin Theo pada saat dia bermain solo
Dia sangat berharap segera memasuki sarang Zahwa.Tapi sekali lagi dia tidak mau egois dan memaksa istrinya --- Zahwa.
"Mas.. "panggil lembut Zahwa yang melihat Theo melamun
"Eh iya?! "Jawab Theo yang tersadar.
"Kok melamun? "Tanya Zahwa yang membuat Theo menggaruk kepalanya yang tidak gatal
Theo tersenyum lalu berkata "Nggak papa, aku mau ke ruang kerja dulu ada beberapa berkas yang mau aku teliti lagi.. "
Baru Theo akan berlalu Zahwa berucap "Mas, nanti aku mau bicara sesuatu.. Kamu jangan lama-lama ya.. "
Pinta Zahwa yang membuat Theo mengerutkan dahinya.
"Ya udah kamu sana ke ruang kerja, aku tunggu kamu di kamar.. "ucap Zahwa yang mendorong Theo untuk ke ruang kerja nya.
Zahwa merasa malu karena tadi mengatakan akan menunggu Theo di kamar mereka.
Sepanjang berjalan hingga di ruang kerja nya Theo merasa aneh dengan permintaan Zahwa malam ini. Padahal biasanya dia tidak merasa aneh dengan permintaan Zahwa yang sekedar ingin mengobrol berdua di kamar. Tapi malam ini kenapa dia merasa aneh.
"Huft.. "Theo membuang nafas kasarnya
Kemudian dia berkutat dengan beberapa berkas yang akan dia teliti ulang. Hingga beberapa menit berlalu dia telah selesai dan meregangkan otonya yang kaku agar lebih rileks.
Sampailah dia di depan pintu kamar mereka. Baru dia membuat pintu, dia dikejutkan dengan keadaan di dalam kamar itu.
zahwa diperlukan kurang baik, jgn kelihatan lemah zahwa tunjukan kpd kedua orgtua sangat kuat dan tanggung....