NovelToon NovelToon
Istri Pengganti untuk Om Penyelamat

Istri Pengganti untuk Om Penyelamat

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Pengantin Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Dark Romance
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ladies_kocak

(Tidak disarankan untuk bocil)

Seharusnya, besok adalah hari bahagianya. Namun, Alfred Dario Garfield harus menelan pil pahit saat sang kekasih kabur, mengungkap rahasia kelam di balik wajahnya—luka mengerikan yang selama ini disembunyikan di balik krim.

Demi menyelamatkan harga diri, Alfred dihadapkan pada pilihan tak terduga: menikahi Michelle, sepupu sang mantan yang masih duduk di bangku SMA. Siapa sangka, Michelle adalah gadis kecil yang dua tahun lalu pernah diselamatkan Alfred dari bahaya.

Kini, takdir mempertemukan mereka kembali, bukan sebagai penyelamat dan yang diselamatkan, melainkan sebagai suami dan istri dalam pernikahan pengganti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Elena ditemukan

Alfred duduk di kursi ruang makan yang mewah, pandangannya menusuk ke barisan piring berisi hidangan mewah yang tertata rapi. Hanya dirinya dan istri yang menikmati, tapi makanan-makanan itu tak pernah sia-sia—para pelayan dan pengawal dengan sigap menyantapnya tanpa sisa.

Roslina melangkah keluar dari kamar Serena menuju ke ruang makan. Tubuhnya tegap, wajahnya serius saat berdiri di antara para pelayan. Alfred menatap dingin, suaranya menusuk udara, “Ke mana gadis itu? Kenapa tak ikut makan malam?”

“Maaf, Tuan. Nona akan segera turun... cuma sedikit terlambat,” jawab Roslina dengan nada hati-hati.

Alfred mendengus, suaranya berubah menjadi perintah tajam, “Apa yang dia lakukan sampai terlambat? Panggilkan dia sekarang!”

Roslina menunduk sejenak, kemudian menjawab, “Nona sedang menenangkan nona Serena. Bayi itu menangis tanpa henti, Tuan.”

Alfred mengangkat alis, “Apakah berhasil?”

Wajah Roslina seketika berubah cerah, suaranya penuh semangat, “Tentu, Tuan! Nona Michelle sangat berhasil. Nona Serena langsung berhenti menangis saat digendongnya. Bayi itu tampak nyaman sekali.”

Diam.

Alfred melepas napas berat, matanya menatap jauh, setidaknya anak sahabatnya mau dengan istrinya.

Di sudut lain, Alfred menarik sudut bibirnya, sebuah senyum tipis mengintip di balik ekspresinya yang dingin. Matanya menyipit, penuh keheranan saat melihat salah satu menu malam itu berbeda dari biasanya—bakso?

"Siapa yang mau makan bakso di rumah ini?" Suaranya datar, tapi mengandung sedikit sindiran.

“Tuan, nona memang memesan bakso. Dia sendiri yang membulatkan adonannya, sementara kuahnya dimasak oleh koki,” Roslina menjawab tenang, seolah tahu Alfred akan meremehkan.

Alfred menatap bulatan bakso itu dengan sinis, “Bulatannya berantakan sekali.”

“Tuang saja, aku ingin mencobanya,” perintahnya tanpa emosi.

Roslina memberi isyarat kepada pelayan lain untuk menyendok bakso dan kuah ke mangkuk Alfred. Perlahan, dengan ekspresi enggan, Alfred mengaduk dan memasukkan bakso kecil itu ke mulutnya. Diam-diam ia merasakan cita rasa yang baru dan asing di lidahnya.

Kepala Alfred mengangguk pelan, bibirnya merekah jadi senyum tipis. “Lumayan,” katanya singkat, suara dinginnya mengandung arti tersirat.

Senyum tipis Roslina adalah kemenangan kecil dalam aksi nonanya membuat tuan Alfred menjadi diri sendiri.

Sedangkan, para pelayan saling bertukar pandang penuh tanda tanya, mata mereka terpaku pada sang tuan yang terlihat begitu berbeda dari biasanya.

"Aku ingin mencicipi lebih banyak," kata Alfred, menyerahkan mangkuk kosong itu.

Pelayan itu segera menuangkan kuah dan bakso hangat ke dalam mangkuknya lagi, dengan hati-hati menjaga agar masih tersisa sedikit—sebab Michelle hanya membuat bakso itu untuk dirinya sendiri.

"Tuan, kau sudah menghabiskan makanan nona," bisik Roslina dengan suara penuh kejutan.

Alfred tersenyum tipis, matanya menyiratkan kesenangan bercampur gengsi. "Kalian pasti bisa membuatnya kembali," katanya santai, seolah mengakui bahwa rasa bakso itu telah mencuri hatinya.

Roslina hanya mengangguk, tak berani berkata banyak. Namun dalam diam, hatinya berbunga melihat perubahan kecil di wajah tuannya—senyuman dan ekspresi yang kini lebih hidup, jauh berbeda dari sikapnya yang dulu dingin dan datar sebelum kedatangan Michelle.

Tiba-tiba, langkah ringan yang ceria terdengar dari arah lift yang baru terbuka. Michelle muncul dengan senyum hangat yang langsung mengisi ruangan. Ia duduk perlahan di kursi kosong di dekat Alfred. "Maaf, aku terlambat," katanya lembut.

Alfred hanya berdehem, sibuk menyendok bakso ke mulutnya, matanya tak bisa berbohong—senyum kecil itu tetap melekat di bibirnya, seolah bakso itu lebih dari sekadar hidangan.

Michelle menekuk bibirnya, matanya berkaca-kaca saat menyadari kuah dan bakso keinginannya telah habis. "Bakso-ku kok bisa habis?" Suaranya terdengar lirih, seperti anak kecil yang kehilangan pelipur lara di malam sunyi.

Alfred menatapnya dengan mata penuh iba. Dia menghela napas pelan, lalu berkata, "Buatkan lagi besok. Mulai malam ini, aku yang akan makan semua makanan yang kau inginkan. Apapun yang kau inginkan, aku akan mencicipinya."

Michelle makin menekuk bibir, kecewa dalam diam. "Ish, Om, aku sudah membayangkan makan bakso ini sepanjang hari," katanya, suara kecilnya penuh harap yang kandas.

Alfred hanya tersenyum sinis, "Jangan lebay. Kau pakai bahan milikku, jadi aku yang berhak makan." Sebuah keegoisan yang disamarkan sebagai gurauan, tapi terasa menusuk.

Michelle mengangguk pelan, lalu mengambil makanan lain tanpa minat. Namun tiba-tiba, Alfred mengangkat mangkok bekasnya ke arah Michelle. "Makanlah. Aku sudah kenyang," ucapnya ringan, seolah tanpa beban.

Seketika, senyum lebar merekah di wajah Michelle. Hidungnya yang sudah merona merah, bahagia seperti seorang anak kecil mendapatkan kembali mainan yang hilang. Ia menyantap bakso itu dengan lahap, tanpa peduli bahwa itu adalah bekas suaminya.

Alfred mengangkat alisnya, matanya menyipit tajam, seolah menantang. "Akhirnya, jiwa anak kecilnya muncul juga," batinnya dingin, menatap istrinya yang melahap makan malam tanpa sisa.

Vino datang berdiri di samping Alfred, langkahnya ragu-ragu tapi berani, tahu bahwa tuannya ini sedang makan — momen yang sakral di mana kata-kata kerja adalah dosa besar.

"Katakan," perintah Alfred tanpa berbalik, suaranya rendah dan mengancam.

"Keberadaan nona Elena sudah ditemukan," ujar Vino berat.

Michelle berhenti mengunyah, menunduk, wajahnya suram seperti menanggung beban dunia yang runtuh. Berita itu bagai pisau yang menancap di dadanya, mengiris harap yang selama ini ia genggam erat: jika Elena kembali, dia tahu nasibnya sebagai istri pengganti akan berakhir, bahkan mungkin dengan perceraian dari Alfred.

Alfred melirik Michelle, matanya tajam menyelinap ke balik dinding tenang yang dibuat istrinya, tapi sedikit pun tak mampu menyembunyikan kerutan kecil di sudut bibirnya — senyum tipis seolah sangat puas dengan respon istrinya.

"Di mana?" suaranya seperti bisikan badai, menuntut jawaban.

"Paris,"

1
partini
lanjut thor 👍👍👍👍
partini
hemmm moga pergi biar kamu kelabakan
Mericy Setyaningrum
alfred riedel kaya pelatih Timnas dulu ehhe
ladies_kocak: oh ya? baru tahu 😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!