NovelToon NovelToon
My Secret Victoria

My Secret Victoria

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Balas Dendam / Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ni Putu Widia Sari

Victoria Baserra seorang siswi SMA High school tak sengaja bertemu dengan El Ganendra, putra tunggal keluarga Eros, salah satu keluarga ternama dan memiliki impact yang besar. Seiring berjalannya waktu sesuatu hal gelap mulai terkuak.

Sebuah rahasia kelam, terkubur dalam dalam. tak ada yang tahu. hari ini dia berakhir atau justru baru memulai. Apa yang terjadi sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Putu Widia Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Serra terus memejamkan kedua matanya, dengan perasaan penuh ketakutan kedua tangannya sudah mulai menghalangi wajahnya. " Aaarghhhhh....Kak Devan mau ngapain," Teriak nya cukup perlahan.

Tubuh Devan melewati Serra, tangannya meraih sebuah buku disamping Serra. Serra sudah waspada, tetapi kenapa tidak ada sentuhan atau terdengar pergerakan apapun. Ia mulai merasa ada yang aneh, Serra membuka matanya perlahan, satu demi satu, memastikan apa yang terjadi sebenarnya.

Kedua matanya melihat dengan jelas, dan ternyata pria itu hanya mengambil sebuah buku yang tertumpuk dibawah. Buku yang hendak dia susun di rak rak. Bahkan pria itu rupanya tengah menyusun buku buku tersebut ke rak rak.

Serra mengusap matanya berkali kali, ia melongo bukan main. Apakah dunia sudah akan kiamat?, bagaimana pria ini tiba tiba melakukan hal semulia itu. Serra membenarkan rambutnya, menarik nafas panjang dan melangkah maju memberanikan diri. " Kak Devan, " Ucap nya kebingungan.

Devan melirik tanpa menoleh, " Kenapa?," Sahut nya ketus.

"Itu buku,,,,, yang,"

"Yang mau Lo kembaliin!! ," Sela nya, mengkagetkan seisi antero kepala Serra.

Kening Serra mengkerut, bagaimana pria ini bisa menebak isi pikirannya. " Kok, bisa,,"

"Bisa apa?, bisa tau?. Mending Lo fokus cari rak rak yang lain,"

Serra membuang wajahnya, memejamkan kedua matanya sejenak. Ia merasa tidak berdaya dihadapan pria ini. Pria yang begitu dingin melebihi kutub Utara, tiba tiba membantu nya dalam mengembalikan buku buku nya. " Apa ini karena doa gue tadi ya, tapi masak iya secepat itu tuhan.," bisik nya perlahan.

"Tunggu apa lagi?," Tegur Devan melihat Serra masih berdiri disana.

"Ouhhhh,,, iya kak ... Ini mau jalan," Sahut Serra mulai bingung harus apa, ia sampai berpikir keras bolak balek . Seperti cacing kepanasan.

"Duhhhhh... Kok gue jadi ngebleng gini, gue mau ngapain sih sebenarnya," Jelas nya kebingungan, kening nya sudah basah dengan keringat sejak tadi.

"Serra, ayo fokus. Kenapa otak Lo ngeleg disaat saat seperti ini, astaga," Ujar nya memukul perlahan kepala nya beberapa kali.

Disisi lain Devan sudah membereskan beberapa buku, dan ia hanya sibuk mencari rak rak yang sesuai. Tetapi sambil terus mencuri curi pandang pada pria di sebelahnya, Serra menggigit kuku nya perlahan. Matanya begitu gatal, sampai tak bisa fokus ke depan. Ia diam diam mulai memperhatikan Devan.

"Aduhhhhhh.....awwwwww," Lirih nya, kaki Serra tak sengaja kesandung ujung rak . Rasanya Mak jlebbbbb. Ia begitu terlihat kesakitan, Devan menoleh akurat.

Serra mengetahuinya, ia kemudian kembali ke posisi awal nya. Berpura pura menahan sakit dan fokus ke tujuan nya. " Aduhhh,,, kak Devan ngapain sih ngeliat ke sini. Kaki gue sakit banget, malu banget kalo dia tau gue kesandung. "

"Pasti dia mikir mata Lo tarok dimana, kayak pas di kantin." Pikir nya berisik.

************

Diruangan yang sama, Vicky hanya tinggal mencari satu buku rak yang sesuai. Ia sudah berkeliling hampir beberapa menit, tetapi ia bahkan tak menemukan nya sampai saat ini. Hingga di titik terakhir, ia melihat susunan buku yang sesuai berada di rak paling atas.

Vicky menatap penuh ke arah buku yang dia pegang, kemudian dengan keyakinan ia hendak berusaha meletakkan walaupun dia tau resiko yang dia alami. Vicky mulai menjinjit, tatapan penuh ke atas. Tangannya mulai menaikkan buku.

"Tunggu," Cegah El

Vicky menghentikan dirinya, menoleh ke arah sumber suara. " Kenapa?,"

"Biar gue aja, itu terlalu tinggi. Nanti Lo kejatuhan buku buku," Jelas El.

"Engga, gue bisa. Lo udah bantu banyak tadi," Kekeh Vicky.

"Okey, tapi gue dibelakang Lo. Jaga jaga takut ada hal yang gak diingkan . Kayak yang gue bilang tadi,"

Vicky mengangguk, El mulai melangkah maju mendekati Vicky. Gadis itu menatap El separuh, kemudian kembali berusaha meletakkan buku tersebut. Kedua kaki nya kembali menjinjit ia meregangkan tubuhnya dengan sekuat tenaga. Oke kali ini dia sampai, tetapi beberapa susunan buku mulai bergerak dan goyang.

El yang terus memperhatikan nya mulai khawatir, begitupun dengan Vicky. Dan setelah berhasil , tubuh Vicky tak bisa seimbang lagi. Tanpa sengaja bahunya menyenggol salah satu rak buku. Rak itu bergoyang perlahan, dan beberapa buku besar hampir terlepas dari tempatnya. Dalam detik yang terasa lambat, Vicky melindungi kepalanya dengan cepat.

Ia berlindung segera, dalam keheningan ia sama sekali tak mendengar gemercik buku yang berjatuhan. Vicky memastikannya, matanya langsung tertuju pada tangan El yang ternyata mencegah buku itu jatuh, dan hal yang diluar nalar. Yakni tangan kiri El melindungi kepala Vicky, tangan yang kekar besar melebar melindunginya.

Vicky membalikkan badannya, matanya bertemu dengan wajah El. Mereka begitu dekat, bahkan sangat dekat. Tubuh Vicky bahkan tak terlihat jika ada yang melintas. El menurunkan pandangan nya, bertemu dengan mata indah penuh misteri itu.

Beberapa saat seolah dunia terasa milik berdua, keheningan, kesunyian menjadi saksi keuwuwan mereka. " Hemmmmm,,," Vicky mencairkan suasana merenggut nyawa ini.

"Lo gak papa?," Jelas El menanyakan keadaan Vicky.

"Iya, gue gak papa. Thanks ,"

"Welcome, udah selesai kan?,"

"Iya,"

"Ini masih jam istirahat, mau makan ?,"

"Hemmm,, tapi Serra,"

"Pasti entar dia nyusul, temen Lo itu keliatan nya sedikit agresif, apalagi soal makanan,"

Vicky tersenyum, mendengar sudut pandang El mengenai teman nya Serra.Mereka berdua bergegas pergi untuk membeli makanan di kantin.

Diluar perpustakaan, El memperlambat langkahnya, sambil terus sesekali memantu Vicky yang berjalan lebih dulu . Ia meraih ponsel di saku baju nya, terlihat terus menatap layar ponsel nya dan mengetikkan sesuatu. Beberapa saat setelah nya, ia kembali mengecek ponsel.

"Kantin full , " Ucap El tiba tiba,

"Oh ya?,"

"Iya tadi temen gue kasih info, gimana kalo ke taman sekolah ?,"

"Disana engga terlalu banyak orang, kita bisa beli makanan. Sambil duduk santai, menikmati udara segar,"

"Boleh, "

"Okey, ayo," Jelas El , mempersilahkan Vicky jalan lebih dulu.

*******

Sementara di perpustakaan Serra dan Devan akhirnya selesai dengan masalah perbukuan. Walaupun sebenarnya yang lebih banyak berjasa adalah Devan, entah ada angin apa pria ini tiba tiba menolong Serra .

Serra menghela nafas panjang, mengelap keringat di dahi nya. " Akhirnya, selesai juga," Ucap Serra lesu.

Tiba tiba dari arah rak disebelahnya, muncul Devan yang telah mengembalikan buku terakhir. Serra langsung membenarkan posisi nya, kembali menunduk dan menyembunyikan wajahnya. Seperti ninja yang berubah drastis.

"Udah selesai,"

Serra mengangguk perlahan, " Makasih kak," Jelas nya gugup.

"Gue ga makan orang, sampe Lo harus ketakutan,"

"Engga kok kak, gue gak pernah mikir gitu...cuma," Jelas Serra klarifikasi.

"Cuma apa?, "

"Aduhhh,, Serra mulut Lo kebiasaan banget. Kenapa selalu mancing dengan kalimat ambigu, mati lah gue," Bisik pikiran nya.

"Cuma apa?," Tegur nya sekali lagi.

"Hemmmm,, engga kak. Temen gue nunggu diluar , gue harus pergi.. Makasih sebelumnya kak, maaf juga buat yang waktu itu," ucap Serra terburu buru, ia segera melangkah maju dan bergegas pergi dengan cepat.

"Pintu keluar disana, Lo nyari apa disana?," Tegur Devan, yang sekaligus mengkagetkan Serra.

Saking gugupnya gadis itu sampai salah jalan, ia baru menyadari bahwa dirinya sudah mengambil jalan yang salah. Kedua matanya begitu tertegun, wajah nya memucat dan detak jantungnya terasa hebat.

"Ya ampun,, Serra malu ih. Keliatan banget Lo guguk nya," Bisik Serra memejamkan keduanya matanya.

Dengan keraguan yang besar, ia membalikkan badannya kaku. Ia masih mempertahankan pose nunduk nya . Dengan kepedean tingkat minus, ia akhirnya melangkah kembali dengan cepat. Tanpa menoleh dan tanpa bernafas.

Kecepatan nya bahkan hampir setara dengan angin puting beliung , ya begitulah perumpamaan nya. Rasa malu nya sudah mencapai level maksimum. " Aduh,,,, aduhh.... Ya ampun, malu banget gue,"

"Kenapa sih, gue harus salah jalan. Gue gak tau lagi harus tarok dimana muka gue,"

"Arghhhhh,,, hari ini emang apes banget. Tadi Bu Wati, terus Bu Ani. Dan sekarang,,, di depan kak Devan,,,"

"Aduhhh,,, sorry sorry gue gak sengaja," Ucap Serra tak sengaja menabrak seorang siswi di lorong kelas. Langkah nya mulai berantakan, ia tak memikirkan disekitar nya , bahkan tak memperhatikan langkah kaki nya.

Ia begitu terlihat kesal, nampak jelas dari caranya berjalan saat ini. Tak beraturan, hilang arah dan pikirannya penuh dengan asumsi negatif.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!